Chapter 2

3.1K 509 36
                                    

"Lucas?" Seketika senyumnya luntur, sebab Lucas sangat terkejut saat melihat siapa yang ada di depannya sekarang.

"U-uh hey Jungwoo what's up?"

Begitu juga dengan Jungwoo yang sedikit terkejut melihat Lucas yang kini mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku beserta apron cokelat yang terlihat sangat pas di tubuhnya. Seketika suhu di ruangan itu memanas dan Jungwoo merasa sedikit tidak nyaman.

"Kau bekerja di sini?" Tanya Jungwoo. Lucas melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Menandakan bahwa shift-nya sudah selesai.

"A-aku akan mengganti pakaianku dulu. Shift-ku sudah habis. Kalau kau ingin b—"

"Tidak perlu. Aku akan pulang, selamat malam." Jungwoo meninggalkan sedikit tip di atas meja dan berjalan keluar menuju mobilnya. 

"Selamat malam." gumam Lucas begitu pelan bahkan Jungwoo tak bisa mendengarnya.

'Untuk apa aku bertanya apa ia bekerja disini? Aku kan tidak peduli. Lagipula dia hanyalah seseorang yang menyebalkan yang selalu mengikutiku setiap pulang sekolah. Terlalu mempedulikannya hanya akan membuat diriku menjadi aneh.' Batin Jungwoo gelisah.

Dari dalam, Lucas terus memperhatikan Jungwoo hingga mobilnya sudah tidak terlihat lagi. 'Kuharap suatu saat nanti aku bisa mengantarmu pulang dengan kendaraanku sendiri, Jungwoo.' Lalu ia segera mengganti bajunya dan pulang ke rumah.

•••

11.13 p.m.

"Akhirnya selesai juga. Kopi itu sangat membantu sekali tapi aku jadi tidak bisa tidur. Bagaimana ini?" Ucap Jungwoo sembari menutup buku-buku tugasnya. Tiba-tiba, terlintas di benaknya nama Lucas.

'Tunggu, Lucas... kenapa dia bekerja di kedai kopi ya? Apakah dia ingin menambah uang saku? Tapi kalau dipikir-pikir, sekolah kami bukanlah sekolah yang biasa. Sekolah kami termasuk salah satu sekolah yang mahal di kota ini dan rata-rata siswanya juga berasal dari kelas menengah ke atas kan?'

'Uhh..tunggu. Tidak tidak.. kenapa aku malah memikirkan dia lagi? Aku kan tidak peduli dengannya. Lebih baik aku tidur saja.' Jungwoo menghela napas dan merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk favoritnya, mencoba untuk memejamkan mata.

Di lain sisi, Lucas masih berkutak dengan tugas sekolahnya yang sangat banyak. Seketika ia teringat akan Jungwoo. Motivasinya dalam belajar dan bekerja.

Ya, Lucas bukan berasal dari keluarga kaya raya ataupun konglomerat seperti Jungwoo. Ia hanyalah satu orang beruntung yang dapat masuk ke sekolah internasional di kota ini. Lucas tidak terlalu pintar dalam belajar, tetapi ia rajin mengerjakan tugas-tugas sekolah meski sesulit apapun itu.

Lucas adalah tipe anak yang jahil, periang, serta menyenangkan. Tak heran jika ia memiliki banyak teman. Bahkan tidak sedikit pula perempuan yang sudah menyatakan cinta padanya tetapi ditolaknya mentah-mentah. 

Semua demi Jungwoo dan untuk Jungwoo.

Lucas menyukai Jungwoo. Semenjak awal masuk sekolah, mereka ditempatkan di kelas yang sama. Saat itu Lucas duduk di depan Jungwoo. Lucas berpikir bahwa ia akan mendapatkan teman apabila ia berlaku baik pada semua orang. Ia akan mencoba memulai perkenalan dengan orang di belakangnya atau di depannya. Tapi , pada saat itu yang ada hanyalah seseorang di belakangnya.

Maka dari itu, Ia pun memberanikan diri untuk mengajak Jungwoo berkenalan tetapi tidak sama sekali dihiraukannya. Lucas menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Hei aku Lucas. Siapa namamu?" Hening. Tidak ada jawaban.

"Come on boy, apa kau malu?" Masih juga tidak ada jawaban. 'Apa dia malu? Atau apa nafasku bau? Tidak, aku kan sudah sikat gigi tadi. Tapi kenapa dia tidak menjawab ya?'

"Hei, ku harap kita bisa berteman dengan baik ya! Jadi, siapa nama mu?" Lucas bertanya lagi.

"Jungwoo. Kim Jungwoo" Lucas tersenyum. Meski jabatan tangan Lucas sama sekali tidak ia gubris, tetapi karena Jungwoo adalah teman pertamanya, ia mencoba untuk memakluminya.

Semenjak saat itu Lucas mulai penasaran dengan Jungwoo. Ia mulai memperhatikan Jungwoo, selalu mengajaknya bicara, dan mengikuti kemanapun Jungwoo pergi. Lucas sudah menganggap Jungwoo sebagai teman berharganya tetapi sepertinya tidak untuk Jungwoo. Ia seperti tidak ingin mengenal Lucas ataupun berinteraksi dengannya. Hal itu membuat Lucas bertanya-tanya apa yang telah ia lakukan sehingga membuat Jungwoo seakan seperti membencinya.

Sampai suatu saat, ada tugas kimia kelompok dan mereka ditunjuk sebagai partner dalam sebuah percobaan. Lucas sangat khawatir apabila ia berada di satu kelompok dengan Jungwoo. Ia takut jika nanti dirinya malah akan membuat Jungwoo tidak suka dan berakhir menghancurkan percobaan yang akan mereka lakukan.

Dengan sedikit ragu Lucas menengok ke arah Jungwoo. Tetapi, saat nama kelompok dibacakan, Jungwoo sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia tidak suka ataupun menolak. Lucas menghela napas lega. Ia berpikir bahwa ia tidak boleh mengecewakan Jungwoo.

"Uhm, kau Lucas... kan? Apa kau paham dengan prosedur percobaannya? Kalau tidak, aku akan menjelaskannya ulang. Wajahmu menunjukkan bahwa kau bahkan tidak paham sama sekali." Lucas terkejut karena ini pertama kalinya Jungwoo berbicara panjang lebar kepadanya.

'Wow, sangat tajam dan menusuk untuk kata-kata pertama yang ia ucapkan duluan untuk ku.' batin Lucas. Ia pun hanya tersenyum dan menggeleng membenarkan Jungwoo. Ia berbohong. Karena dengan berbohong, maka Jungwoo akan berbicara banyak padanya. Kesempatan ini tentu tidak akan dilewatkan oleh seorang Lucas.

Jungwoo menjelaskan prosedur percobaan dengan sangat detail dan mudah dipahami sehingga membuat Lucas takjub akan kecerdasannya. Baru saja Jungwoo selesai menjelaskan, Mr. Choi sudah memanggil mereka untuk giliran melakukan percobaan.

'Oke, kau tidak boleh menjadi beban untuk Jungwoo, Lucas. FIGHTING!!!'

Setelah percobaan berlangsung, api hijau yang menjadi tujuan percobaan mereka berhasil tercipta dengan indahnya. Tanpa sadar Jungwoo tersenyum lebar sambil menatap percobaannya yang berhasil sempurna dengan mata yang berbinar.

Lucas terpana melihat Jungwoo yang sedang tersenyum. Ia merasa bahwa lelaki di sampingnya ini sangat manis dan menggemaskan. Di saat itu juga, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dan ia merasa pipinya menghangat. 

Ah, Lucas jatuh cinta.

Semenjak saat itu Lucas berpikir bahwa Jungwoo sebenarnya adalah anak yang baik dan hangat. Dia hanya tidak ingin menunjukkan jati diri yang sebenarnya pada orang lain.

Begitu pula Jungwoo. Ia berpikir bahwa Lucas adalah anak yang bisa diandalkan dan ia sangat ingin berteman dengannya tetapi, lagi-lagi pikirannya tidak sejalan dengan hatinya.

'Haaaah, kalau diingat-ingat Jungwoo dulu sangat dingin kepadaku. Tapi semenjak saat itu, ia jadi mau berbicara padaku. Walaupun yang ia lontarkan hanya kata-kata pedas sih. Eh tapi kan ia lebih sering menganggapku tidak ada. Tunggu.. itu adalah sebuah kemajuan!! Okay come on Lucas kau pasti bisa!!' Lucas berdiri dan menari-nari di atas kasurnya, melupakan tugas sekolah yang masih menumpuk.

•••

05.17 a.m.

"Ya Tuhan apakah segelas kopi efeknya bisa dahsyat seperti ini? Ughhhhh aku tidak bisa tidur" Jungwoo berguling-guling di atas kasurnya.

"Apa yang harus kulakukan? Kelas dimulai jam 8 dan aku sama sekali belum tidur." Jungwoo terdiam dan tampak berpikir.

"Udara segar, aku butuh udara segar" ia melirik jam di atas nakas yang menunjukkan angka lima lewat dua puluh dua menit. Jungwoo memutuskan untuk sekedar berlari  pagi mengitari sekitar wilayah rumahnya. Dengan hoodie kelabu kesayangannya dan juga headset yang sudah tersemat di telinga, ia berlari menyusuri jalanan yang sepi sembari menghirup udara segar pagi sebanyak-banyaknya.

Setelah sekian lama berlari, sampailah ia di taman. Jungwoo mengistirahatkan badannya di sebuah bangku. Ia merasa sangat amat lelah dan memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar. Tanpa sadar, Jungwoo sudah terlelap di sebuah bangku taman.




••••

Again, feel free to ask or criticize in the comment box!
Don't forget to leave vote guys!
xxx

For You | Caswoo [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang