Chapter 3

2.8K 506 30
                                    

Setelah sekian lama berlari, sampailah ia di taman. Jungwoo mengistirahatkan badannya di sebuah bangku. Ia merasa sangat amat lelah dan memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar. Tanpa sadar, Jungwoo sudah terlelap di sebuah bangku taman.

07.26 a.m.

"Tabunganku bulan ini ditambah gajiku bulan depan ditambah bulan depannya lagi lalu—wait apakah itu Jungwoo?" Langkah Lucas terhenti karena melihat sesosok yang persis seperti Jungwoo sedang terlelap di bangku taman. Tanpa ragu ia pun menghampirinya.

"Jungwoo? Ya ampun! Jungwoo bangun! Apa yang kau lakukan sehingga bisa tertidur di sini? Hei! Jungwoo!" Lucas menepuk pipi Jungwoo berkali-kali tapi ia belum juga bagun. Lucas menusuk-nusuk pipi Jungwoo dengan jarinya, tetapi tetap tidak mau bangun.

'Aduh, bagaimana ini? Sebentar lagi masuk kelas, apa ku tinggal saja? Tapi ia hanya menggunakan sweater dan training sedangkan suhu sudah menurun drastis. Aduh tapi aku bisa terlambEEEH LUCAS BODOH INI KAN JUNGWOO MANA MUNGKIN AKAN KUTINGGAL?!' Lucas pun memutuskan untuk menggendong Jungwoo dan membawanya ke rumah.

•••

11.45 a.m.

Lick~

Lick~

Lick~

"Hoaaaam." Jungwoo terbangun karena merasakan ada sesuatu yang basah di sekitar wajahnya.

"Anjing? Aku tidak ingat aku punya anjing" Jungwoo melihat sekitar dan menyadari bahwa ia tidaklah berada di kamarnya. 'Di mana aku?'

"Kau ada di rumahku." tepat Lucas seperti membaca pikiran Jungwoo. Ia datang dengan membawa sebuah nampan kecil. "Aku membuatkanmu makanan kupikir kau pasti belum sarapan jadi makanlah." Hening.

"Tenang saja itu ibuku yang memasak sebelum ia berangkat kerja. Aku hanya menghangatkannya saja." masih hening. Jungwoo masih sibuk dengan pikirannya.

"Apa mau kusuap—"

"Kenapa aku ada di sini?" Akhirnya Jungwoo bersuara. "Kau lupa? Tadi kau kan tewas di bangku taman, beruntung ada aku yang melihatmu kalau tidak kau bisa dirampok habis oleh preman-preman yang—"

"Kenapa tidak membangunkanku saja?"

Astaga. 

Lucas speechless.

"Kau tertidur dengan sangat pulas jadi sangat sulit untuk membangunkanmu. Kau pikir sedari tadi aku tidak berjuang untuk membangunkanmu?"

'Apa? Tidak mungkin. Masa sih aku tidak bisa dibangunkan?' Batin Jungwoo.

"Sudahlah tidak penting, ini makanlah. Maaf kami hanya mempunyai sup rumput laut dan kimchi."

"Tidak usah. Aku pulang saja." jawab Jungwoo ketus. "Makanlah dulu setelah itu kau ku antar pulang. Oke?"

"Tidak—" 

krrrk~ 

Suara perut Jungwoo yang sangat tidak bisa diajak kompromi membuat Lucas tersenyum dengan lebar melihat Jungwoo yang sedang menahan malu.

"Tidak usah memaksakan diri seperti itu Jungwoo. Makanlah setelah itu kuantar pulang. Bagaimana?"

Dengan sedikit enggan, ia akhirnya memakan makanan yang disediakan oleh Lucas. 'Wah, enak. Aku tidak pernah merasakan sup rumput laut seenak ini' batin Jungwoo.

"Ini.....enak." Lucas tersenyum mendengar ucapan tulus Jungwoo yang bahkan tidak terdengar tulus. Ia duduk menghadap Jungwoo dan terus memperhatikannya. Jungwoo sedikit merasa tidak nyaman karena ditatap Lucas dengan sedikit intens.

"Kau ingin matamu ku colok pakai sumpit ya?" Ucap Jungwoo. Lucas sedikit terkejut dengan ucapan Jungwoo yang agak mengerikan. "Eits, easy bro. Aku hanya berpikir bahwa kau itu lucu dan menggemaskan itu saja." balas Lucas.

"Kau ingin benar-benar kucolok ya?" Jungwoo mengangkat sumpitnya. "T-tidak tapi itu kenyataan bukan? Yaa dibalik topengmu itu kau menyembunyikan sesosok yang menggemaskan dan lucu, tapi kenapa? Kenapa disembunyikan?" Jungwoo terdiam dan menurunkan sumpitnya.

"Bukan urusanmu." ucapan Jungwoo membuat mereka terdiam tenggelam dengan pikiran masing-masing. Tiba-tiba Jungwoo terpikir kejadian semalam. Hatinya bersikeras untuk bertanya tapi pikirannya menolak untuk bertanya. Setelah perang batin yang cukup lama akhirnya Jungwoo memberanikan diri untuk bertanya.

"Tentang semalam... di kedai kopi. Kenapa kau bekerja di sana? Bukannya aku peduli pada mu atau bagamana ya tapi aku hanya ingin tahu." tanya Jungwoo.

"Well, kau bisa lihat sendiri Jungwoo. Aku bukan berasal dari keluarga kaya seperti mu. Aku bekerja untuk membantu ibuku. Meskipun ia juga bekerja dan gajinya cukup untuk membayar uang sekolah serta kehidupanku sehari-hari." Jungwoo menyimak.

"Tapi sebenarnya tujuan ku bekerja adalah untuk hal lain. Ada sesuatu yang sangat ingin ku beli. Tapi mahal sekali ughhh butuh berapa lama ya untuk bisa membelinya?" Lucas tersenyum tulus kepada Jungwoo. Jungwoo gelagapan dan sedikit salah tingkah. Ia menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya.

"Aku mau pulang." Ucap Jungwoo. "Ayo ku antar. Oiya di luar suhu sedang turun jadi kemarilah" Lucas membuka lemarinya sedangkan Jungwoo dengan berat langkah menghampiri Lucas.

"Ini pakai lah." Lucas memakai coat-nya dan menyodorkan sebuah coat berwarna hitam kepada Jungwoo. Tetapi Jungwoo masih dengan mode sungkan untuk menerimanya. Tanpa pikir panjang Lucas pun memakaikan coat-nya pada Jungwoo. 

"Kau ini, di luar sangat dingin tahu. Aku tahu pakaian ku bukan pakaian mahal dan bermerk, tapi kupikir dengan ini kau tidak akan kedinginan di jalan nanti." Jungwoo menurut pada Lucas yang sedang memakaikannya coat. Ia tertunduk. Wajahnya memerah dan pipinya memanas. Lucas tersenyum lagi dan itu hanya akan membuat Jungwoo semakin memerah.

"Apakah kau punya mobil atau motor?" Tanya Jungwoo. Lucas menaikkan sebelah alisnya.

"Aku orang miskin Jungwoo, kau tahu itu."

"Lalu bagaimana caranya kau mengantar ku?"

"Bisa, ayo!" Ucap Lucas sembari menggandeng tangan Jungwoo.

Jungwoo benar-benar memerah. Wajahnya sudah seperti kepiting rebus. Ia merasa ada kejutan listrik saat Lucas menggandengnya dan kupu-kupu seperti menari di perutnya. 'Ini aneh, aku kenapa?' Sensasi yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan.

"Lepas atau ku tendang?" Karena Jungwoo sudah tidak tahan lagi, ia menarik paksa tangannya yang sedang digenggam Lucas.

"Wow, okay-okay. Ayo cepat nanti kita tertinggal bus"

Setelah bus datang, Lucas mengambil langkah pertama untuk masuk ke dalamnya. Sedangkan Jungwoo? Ia masih mematung di depan pintu seperti tidak ingin masuk.

'Bus? Aku tidak pernah naik bus. Bagaimana rasanya? Apakah akan membuat aku mual?' Batin Jungwoo.

"Kau belum pernah naik bus kan? Berarti ini pengalaman pertamamu? YES!! Kujamin kau akan menyukainya. Naik bus itu tidak seburuk yang kau pikirkan kok!"

"Tidak. Aku tidak mau." Jawab Jungwoo ketus.

"Hei! Kenapa? Bus ini enak kok ada ac, penghangat udara, jendela, supir dan tentunya banyak tempat duduk kosong kau bisa pilih duduk dimana pun kau suka. Ayolah!!"

"Sudah kubilang aku tidak mau na—" Suara klakson menandakan bahwa bus akan segera berangkat. Lucas pun menarik lengan Jungwoo yang tampak masih sedang berpikir ke dalam bus. Tepat saat Jungwoo sudah masuk, pintu tertutup dan supir bus telah menginjak pedalnya.

Jungwoo yang hilang keseimbangan karena gaya newton bus yang baru saja berangkat itu pun tanpa sengaja menubruk dada bidang Lucas. Saat tersadar, wajahnya kian memerah hingga ke telinganya.

Lucas sangat gemas dengan tingkah Jungwoo. Menurutnya, Jungwoo saat ini sangatlah menggemaskan. Karena tidak tahan akan tingkah lelaki depannya ini, ia tanpa berpikir panjang melingkarkan tangannya di sekitar tubuh Jungwoo dan meniadakan jarak di antara mereka. Ya, Lucas memeluknya.


•••

Don't forget to vote and comment guys! The next chapter will be updated soon :)

For You | Caswoo [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang