Part 1

12.5K 330 0
                                    

Selamat buat saya pribadi dan readers penikmat Melanderi. Cerita ini berhasil menduduki

🎖️Ranking 1 #novelcinta pada 6 Juni 2018

____________________________

Bulan April, di sudut Apartemen tampak seorang wanita tengah bersiap dengan pakaian kebanggaannya, mengenakan blouse dan rok pendek dipadu heels yang tidak terlalu tinggi. Tambahan parfum Elizabeth Arden Avenue membuat penampilan simplenya menyimpan rasa elegan yang memikat.

Melanie Sanjaya, wanita 26 tahun dengan kepribadian yang tegas serta lincah dalam hal pekerjaan. Dua puluh lima menit hingga sentuhan terakhir pada rambut yang terurai halus sudah bisa mengantarkan dia ke basement untuk segera bergegas menuju komplek perkantoran di daerah Ciracas, Jakarta Timur. Melajunya Mazda CX9 merah menandakan sang empunya akan tiba dalam waktu lima belas menit di kantornya.

Lingkungan kerja yang kondusif membuat Melan sudah menghabiskan empat tahun untuk bekerja di sana. Salah satu usaha penerbitan terkenal dengan cabang hampir di setiap kota di Indonesia. Karir menanjak dengan memegang peranan Marketing Manager saat ini sudah bisa menggambarkan prestasinya yang baik. Langkah santai namun pasti yang ia tampilkan membawa kewibawaan yang dinanti-nantikan setiap karyawan maupun pengunjung di perusahaannya.

'Ting' bunyi lift sudah mengantar Melan menuju singgasana yang sudah dia dekor bernuansa merah di tiap detail barang. Hal itu membuat tambahan semangat untuk Melan terus bekerja.

"Pagi nona Melan, jangan lupa pagi ini ada rapat internal manajer, berkas yang anda perlukan sudah siap di atas meja", suara Uni - sekretaris yang sudah dua tahun ini menemani Melan, menjuntaikan sedikit kepalanya di pintu.

"Oh hey, you failed. Kaku banget, Un.", sapa Melan.

"Ya, dan gue udah mencobanya setiap hari tapi tetap ngga nyaman. Untung loe ngajakin gue temenan Mel. Jadi gue nggak perlu banyak bicara formal.", sahut Uni yang kini sudah kembali pada kebiasaannya. Selama ini Melan bisa bersikap luwes dengan beberapa pihak yang memang bisa diajak kerjasama dan tidak merugikannya.

"Thanks for your information, dan gue udah sangat menantikan teh hangat yang ternyata belum siap di meja gue."

"Pak Kardi nggak mungkin lupa kecuali dia lagi nyelesaiin lagu dangdut kesukaannya. Kalau gitu gue tinggal ya, ada yang lain?"

"Itu aja Un, lainnya biar gue urus sendiri. Trus loe jangan lupa siang ini lunch sama gue.", ucap Melan penuh keyakinan. Uni hanya bergumam Oke tanpa suara.

Selang beberapa menit ponsel Melan berdering menampilkan ID Bunda di layarnya.

"Pagi Bun, ada berita bagus atau ada calon lain yang mau Bunda kenalin ke Melan?"

Sambil tertawa, Bunda Melan menjawab "Jangan bertanya pertanyaan kedua kalau kamu ngga bisa nurutin Bunda, Nak. Untuk pagi ini Bunda mau ngabarin kalau perpindahan Ayah udah diproses dan kemungkinan 3 atau 4 bulan lagi kami udah bisa nemenin kamu di Jakarta."

"Such a good news Bun, Melan seneng dengernya."

Orang tua Melan masih berada di Jerman menyelesaikan tugas sebagai staff Duta Besar di sana. Ini negara kedua sebelum Belanda menjadi tugas luar negeri pertama Ayah Melan - Dirga Sanjaya. Sang Bunda, Marleti Sanjaya begitu telaten menemani kemanapun suaminya bertugas.

Masa kecil Melan dihabiskan dengan berpindah dari satu kota ke kota yang lain di Indonesia hingga selesai sekolah Dasar. Setelah itu Melan melanjutkan sekolah menengah mengikuti Ayahnya ke luar Negeri hingga empat tahun lalu memutuskan untuk kembali ke Indonesia dengan alasan meniti karir di tanah air.

MELANDERI ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang