(Melan POV)
Akhir-akhir ini aku merasa bisa tidur lelap dengan mudah. Perasaan hangat seperti ada jiwa yang juga merasakannya untukku. Aku tak berani menyebut ini sebagai rasa suka. Terlalu awal kurasa. Aku hanya sedang menikmati apa adanya. Takut kecewa dan takut mengecewakan jika terlalu banyak berharap.
Aku melihat kalender di meja kerjaku, mengingat bahwa hari ini adalah hari terakhirnya di Ambon. Dia akan segera datang. Aku ikut bersemangat karenanya. Aku tiba-tiba ingin mentraktir Uni untuk makan siang di luar.
"Gue traktir Un, loe mau makan dimana?", tanyaku.
"Tumben nih si Bos...okedeh nanti gue yang nyetir aja. Dari dulu pengen kesana tapi belum sempet."
Kami pun berangkat mengendarai mobilku. Tak lama hingga cafe dengan nuansa hijau itu sudah di depan mata. Aku memilih tempat yang begitu indah di depan air mancur.
Setelah memesan makanan, aku memperhatikan cafe ini secara detail. Bagus. Lalu pandanganku terpaku pada sosok wanita yang sedang berjalan mendekati arah meja kami. Lama berpikir, aku kaget karena kini aku mengingat siapa dia.
Aku berdiri dan merapikan bajuku sejenak. Aku pamit pada Uni untuk mendatangi wanita itu.
"Tante Anggi?", tanyaku.
Wanita itu beralih pandang dan menoleh padaku, seketika aku canggung bukan main.
"Melan ya? Yaampun Melaaan.." Tante Anggi memelukku. "Duh kalau lihat langsung kaya gini kamu malah jauh lebih cantik. Kemarin Tante cuma dikasih foto sama Bundamu. Eeh akhirnya ketemu juga."
"Tante gimana kabarnya? Melan kira Tante sama om masih di Jerman?"
"Oh enggak, udah balik tiga hari lalu. Keasikan jalan-jalan sama Bundamu. Hee...oh iya, sama siapa kesini?"
"Itu ada temen kantor Melan, Uni namanya."
"Hai Uni. Boleh Tante gabung? Tadi sendirian kesini."
Aku menyetujuinya lalu mengajak Tante Anggi ke mejaku. Berkenalan dengan Uni, lalu kamipun duduk berdampingan.
Kakiku sedikit bergetar di bawah meja, masih belum siap dengan kondisi saat ini. Tante Anggi begitu anggun duduk disampingku sambil membawa sebuah kotak yang kutebak ukurannya sekitar 30cm persegi.
"Tante kok sendirian?"
"Iya, ini mau ketemu temennya Deri, owner cafe ini. Gilang namanya. Bentar lagi dia kesini."
Sambil menanti Gilang, kami mengobrol ringan. Tante Anggi juga saling bertukar tanya dengan Uni. Aku memanggil pelayan lalu melakukan pesanan untuk kami semua.
Tak lama, pria yang bernama Gilang pun datang.
"Hallo Tante...", sapa Gilang ke Tante Anggi.
"Hai Gilang ganteng, ini Tante bawain jersey buat kamu. Deri yang bilang ke Tante buat beliin."
"Waaahh...super banget ini Tan, makasih banyak ya. Maaf ngerepotin. Oh ya, ini siapa Tan?" tanyanya menoleh padaku dan Uni.
"Kenalin kenalin, Ini Melan, calon mantuku, dan ini Uni temennya."
Aku seperti tersetrum listrik megawatt mendengar ucapan Tante Anggi. Sepertinya Gilang pun demikian.
"What? Tante serius? Kok Deri belum cerita ya? Terakhir kali dia malah minta dicariin cewek lho, Tan. Hee..." kata Gilang membuatku penasaran.
"Kamu nggak usah repot-repot cariin, nih anak temennya Tante udah ketemu sama Deri. Ya kan, Mel?" Tante Anggi memegang tanganku dengan tiba-tiba.
"I....iya Tante. Sudah." Kataku terbata.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELANDERI ✅
RomanceNOVEL (12+) COMPLETE. (new cover) "Kupikir ini memang demi mereka. Tapi setelah bertemu, aku tahu bahwa aku membutuhkan dia." (X) "Ada apa denganku? Aku bisa dengan mudah membuka diri padanya." (Y) Menjadi pasangan yang diakui memang bukan proses ya...