Part 6

4.4K 279 0
                                    

⭐Vote Please (gratis)⭐

Keadaan berjalan semakin baik setelah Deri dan Melan lebih sering berkomunikasi. Jika sempat, mereka bertemu setidaknya satu kali dalam sehari, entah saat makan siang atau saat makan malam. Terkadang Melan lebih memilih memasak di apartemennya untuk Deri.

Jika keduanya sibuk, maka intensitas bertemu jadi berkurang, terkadang hanya saat weekend.

Seperti beberapa hari ini mereka sudah tidak bertemu sejak tiga hari yang lalu. Deri membuka chatroom tertuju pada Melan.

"Hey, sudah jam sembilan malam. Masih di kantor?"

"Sedikit lagi dan aku akan pulang. Ingat ya, kamu akhir-akhir ini kebanyakan lembur. Nggak usah minum kopi dulu. Nanti sampai apartemen langsung tidur."

"Oke nyonya. Tapi malam ini sedikit dingin. Cepatlah pulang."

"Sepuluh menit lagi." Balas Melan.

"Waaah,,sepertinya aku nggak bakat bikin kejutan. Sekarang aku di bawah Mel. Cepetlah turun, sepuluh menit terlalu lama. Disini dingin banget.", balas Deri menyerah.

Melan kemudian turun dengan terburu-buru setelah membaca pesan terakhir. Sedikit jengkel namun lebih banyak bahagia. Sampai di bawah, Melan langsung menggenggam tangan Deri yang memang terasa dingin.

"Dari jam berapa? Dasar CEO kurang kerjaan."

"Mmmhhh.....setengah jam kayanya."

"Dingin tuh, sok kuat.", Melan berkata sambil mengeluskan ibu jarinya ke punggung tangan Deri.

"Ya karena aku udah nggak kuat, makanya pengen ketemu. Mobil kamu titip kantor dulu ya?"

"Iyaaa iya."

Menembus dinginnya kota malam ini, mereka memilih langsung pulang tanpa mampir karena kelelahan. Sesampainya di apartemen Melan, Deri langsung pamit. Sebelum keluar dari mobil, Deri memeluk Melan erat.

"Apa cuma aku yang kangen?", tanya Deri disela pelukan mereka.

"Mungkin.", jawab Melan.

"Waahh, kayanya malam ini bakal ada CEO yang nggak bisa tidur nyenyak."

"Stop it, Der. I'm here for you. Dan....aku ada kabar sedikit. Besok bunda sama Ayah balik ke Indonesia."

Mengurai pelukan, Deri terkejut, "Ya ampun Melan, itu kabar besar yang terlalu mendadak. Apa persiapan rumah di sini udah siap? Atau mereka harus tinggal di apartemenmu dulu? Kenapa nggak bilang jauh-jauh hari sih. Aku bisa pinjemin rum......."

Melan menutup mulut Deri dengan telunjuknya secara cepat.

"Sssssttt..... tenang ganteng, tenang. Kok jadi bawel gini sih?"

"It's such an important news for me...", Deri menyela dengan tegas.

Melan tersenyum lebar mendengar perkataan Deri, "Iya makasih. Rumah kami disini terawat dengan baik, siap pakai kok."

"Besok aku jemput di Bandara."

"Idih, emang aku minta? Aku aja yang jemput, besok kedatangan mereka masih di jam kerja, nanti biar aku dibantu Dina sahabatku."

"Kenapa harus Dina? Ada aku."

"Kamu kerja aja, Der. Tenang."

"Apa aku nggak penting di matamu, Mel? Kamu selalu begini. Nggak terlalu terbuka tentang aku ke orang lain."

"Aku kenalin kamu ke temen-temenku kan?"

"Tapi nggak pernah cerita ke orangtuamu. Benar?"

"Itu karena........(ucap Melan menggantung)....nanti juga aku bakal cerita Der, tunggu waktu yang tepat aja. Ayah sama Bunda udah kenal kamu, aku cuma nggak mau mereka ikut campur dan mendikte kita."

MELANDERI ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang