Mobil Mercedes Hitam sudah berada di lobby perusahaan Melan. Deri bersandar di luar pintu kemudi dengan setelan kerja yang dipakainya kecuali jas yang sudah ia tinggalkan di jok belakang.
Melan berjalan menghampiri Deri pelan, lalu Deri beranjak dari tempatnya dan menuju pintu utama untuk menyambut gadis itu. Awalnya Deri berniat mengulurkan tangan, namun urung, dia lebih memilih berjalan beriringan ke arah mobil.
Di dalam mobil, sunyi timbul karena keduanya hanya menatap lurus ke depan. Satu gerakan Melan memecah keheningan, ia berdehem seraya memasangkan seatbelt. Selanjutnya Deri mulai menyalakan mesin dan melaju perlahan.
"Ambil bungkusan di jok belakang Mel!!" Pinta Deri.
Melan menoleh kemudian mengambil bungkusan tersebut. "Apa ini?"
"Strawberry milkshake, mojito strawberry, dan yoghurt strawberry. Aku nggak tahu kau lagi pengen apa, jadi pilihlah satu sebagai pemanis malam ini, dan simpan sisanya di rumah."
Melan menoleh ke arah Deri dengan tatapan kagetnya, "Terimakasih dan selamat sudah berhasil membuatku terharu. Mau kemana kita?"
"Entahlah, aku hanya ingin jalan-jalan denganmu. Kemanapun kau mau."
"Haha....kalimatmu terdengar berlebihan. Tapi aku lagi pengen banget rehat di taman yang nggak terlalu ramai. Taman kota mungkin tidak sesuai, bagaimana kalau di dekat tempat tinggalku?"
"Oke, tunjukkan jalannya."
Sesampainya di taman, mereka mencari kursi di bawah lampu jalan, tepat di depan danau kecil yang dikelilingi jogging track. Sepi. Mereka hanya duduk dan menikmati angin yang berhembus. Melan tak lupa membawa minuman dari Deri.
"Der, aku berpikir sekilas, sepertinya pikiranmu tidak setenang mulutmu saat ini. Ceritakan padaku bagaimana seorang CEO menghadapi hari-harinya? Dari hati."
Deri tak menyangka bahwa pertanyaan itu yang diutarakan Melan. Dia kemudain memutar tubuhnya menghadap Melan, pun sebaliknya.
"Papa dan Mama sudah menuntunku menjadi penerus perusahaan sejak aku sekolah, kuliah, hingga karir. Sedikit penyesalanku adalah tidak memenfaatkan masa mudaku untuk bersenang-senang, jadi sekarang aku terkesan seperti orang kaku kurang hiburan. Pergi ke luar negeri juga atas dasar kepentingan bisnis. Jujur, ini berat, seorang pekerja sepertiku bukan cuma jadi penentu kemajuan perusahaan, tapi juga demi tanggungjawab pada keluarga dan pada banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada kami. Musuh dari bermacam golongan sudah menjadi makanan sehari-hari. Aku hanya takut Mama Papa terluka karenanya. Kadang susah tidur dan kadang suka melamun gara-gara itu semua. Bagaimana denganmu?", pungkas Deri.
"Well, sudah jelas pekerjaanku tak seberat punyamu. Aku hanya seorang marketing manager yang menggantungkan hidupnya pada deadline dan target. Dua hal itu adalah musuh utama yang tiap hari juga bikin aku susah tidur, kadang. Walaupun cakupannya tidak seluas pekerjaanmu, tapi sebagian besar waktuku tersita karena ini. Poin yang paling aku syukuri adalah karena ini kemauanku sejak dulu. Mmhh... Jika mendengar ceritamu tadi, sepertinya ada hal yang ingin kau lakukan tapi belum sempat yakan?."
"Ada, misal sehari saja menonaktifkan ponsel. Selama bekerja, belum pernah kulakukan. Mama faham bagaimana keadaanku, dia memilih perhatian padaku daripada protes karena menghentikan ini semua hanyalah tidak mungkin. Kami juga ingin perjuangan Kakek bertahan di tangan keluarga kami sendiri. Beban yang sungguh indah.", cerita Deri dengan mata berkaca-kaca.
"Ya, memang itu kewajibanmu. Bersyukurlah bahwa kau masih mengakuinya dan tidak mengabaikannya begitu saja. Daripada mematikan ponsel, mungkin kau butuh kegiatan positif lain diluar pekerjaan."
"Aku sudah memilikinya, olahraga, komunitas, sahabat, hobi, kartun, semua ada untukku."
"Apa sekarang kau tak butuh tangan untuk digenggam?", ucap Melan saat menyodorkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELANDERI ✅
RomanceNOVEL (12+) COMPLETE. (new cover) "Kupikir ini memang demi mereka. Tapi setelah bertemu, aku tahu bahwa aku membutuhkan dia." (X) "Ada apa denganku? Aku bisa dengan mudah membuka diri padanya." (Y) Menjadi pasangan yang diakui memang bukan proses ya...