Setelah membaca doa, memejamkan mata, Wali Paidi kembali membuka mata. Dan betapa kaget, di sekelilingnya tiba-tiba banyak orang berlarian memakai baju gamis selutut serta bersorban. Tampak di tangan mereka senjataak. Terdengar suara bising peluru berseliweran.hasanal basri,Wafatnya Imam Syafii,ibnu arabi
“Aduh, kesasar lagi aku ini. Tadi kesasar ke Kutub Selatan, sekarang kesasar lagi ke Afghanistan. Kok tak kesasar ke Hollywood aja siih..
Wali Paidi mengamati salah satu pasukan yang semuanya berjenggot panjang. Ia tersenyum sendiri melihat jenggot mereka. Di negara yang dikuasai Taliban ini, polisi memang tidak melakukan operasi helm, tapi jenggot. Jika ada laki-laki yang tidak berjenggot, maka kena tilang.
Wali Paidi berdiri berjalan mencari tempat yang agak sepi. Ia tidak suka dengan peperangan. Dan karena itulah dia langsung memutuskan pergi saja. Setelah menemukan tempat sepi, Wali Paidi mulai merapal doa-doa ilmu melipat buminya lagi.
Perlahan, Wali Paidi membuka matanya. Tampak di depannya sebuah rumah yang terbuat dari kayu, laiknya rumah para transmigran di luar pulau Jawa. Tak lama kemudian keluar seorang tua berpeci putih dengan baju taqwa dan bersarung, melambaikan tangan, memanggilnya.
Wali Paidi teringat dengan orang tua satu ini. Beliau adalah Habib Ali Al-Habsyi dari Pahat, Johor, Malaysia, yang kemarin juga ikut pertemuan di Makkah.
“Masyaallah, ternyata aku masih kesasar lagi,” batin Wali Paidi.
Ia melangkahkan kaki, mendekati Habib Ali Alhabsyi. Wali Paidi teringat, beberapa tahun yang lalu ketika Sayyid Maliki dari Makkah mau berkunjung ke ndalem Habib Ali ini.
Ceritanya, dalam perjalanan ke Malaysia kala itu, Sayyid Muhammad al-Maliki tiba-tiba kangen berat dan sangat terhadap datuknya, baginda Nabi Muhammad SAW.
Setelah sampai di depan ndalem, Habib Ali hanya menyuruh masuk Sayyid Maliki, sedangkan rombongan yang lain disuruh menunggu di luar. Beberapa menit kemudian, Sayyid Maliki keluar berurai air mata. Sayyid Maliki menangis tersedu-sedu:
“Sudah terobati kangenku,” ucap Sayyid Maliki di tengah air mata tangisan rindu yang belum usai.
Ternyata, ketika Sayyid Maliki masuk ke ndalemnya Habib Ali itu, beliau dipertemukan oleh Habib Ali dengan Baginda Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wasallam. Subhanallah.
“Mari masuk nak, jangan melamun saja,” ucap Habib Ali.
“Inggih, Mbah,” jawab Wali Paidi, lalu melangkah mendekati Habib Ali. Setelah mencium tangan beliau, Wali Paidi masuk ke ndalem.
“Kamu memang tidak bakat dengan ilmu melipat bumi itu nak Paidi. Jadi nanti tidak usah dicoba lagi. Kamu naik pesawat saja dari sini ke Indonesia,” kata Habib Ali.
“Inggih mbah”.
“Siapa tahu nanti ketika kamu naik pesawat bertemu dengan Mulan Jameela yang kamu gandrungi itu,” goda Aabib Ali.
“Hahaha….,” Wali Paidi hanya bisa tertawa mendengarnya.
Setelah makan bersama, Wali Paidi pamit pulang. Habib Ali menepuk-nepuk pundak Wali Paidi, mengantarkannya keluar dari ndalem.
“Ingat perintah Sang Sultan, nak Paidi. Setelah sampai ke rumah, segeralah ke gunung Arjuna untuk khalwat di sana”.
“Inggih, Mbah”.
Wali Paidi beranjak pergi ke bandara naik pesawat menuju pulang ke Indonesia. Kisah khalwat di Gunung Arjuna, bersambung. [dutaislam.com/ab]
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH WALI PAIDI 1 - 40 (Full Episode)
Mystery / ThrillerWali paidi adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dia anak terakhir, kakaknya yg pertama namanya sholeh dan sekarang dia jadi kiai di daerah Kediri, punya pondok salaf kecil, yg hanya ramai ketika bulan ramadlan, sudah menjadi budaya kalau bulan r...