BELIAU. Sehabis tahlil bersama dalam rangka memperingati Haul Gus Dur ke II , wali paidi bersama warga berkumpul bareng ngopi bersama –sama. Mereka saling berkelompok tiga sampai empat orang membicarakan dan mengenang Gus Dur , dan diselingi adu argument mengenai apa rahasia dibalik sepak terjang Gus Dur dimasa lalu.
Wali paidi tersenyum – senyum meihat tingkah laku mereka, Wali Paidi sendiri duduk – duduk bersama empat orang dg satu cangkir kopi besar berada ditengah, mereka berlima joinan bersama-sama, indah dan rukun sekali. Paijo tetangga Wali Paidi mulai membuka pembicaraan dg bertanya kepada Wali Paidi.
“ kang menurut sampeyan gimana gus dur selama jadi presiden yg Cuma sebentar itu..? “
“ sebelum kita membahas tentang itu semua, alangkah baiknya kita mengulas lagi sejarah sebelum Gus Dur jadi presiden “ jawab Wali Paidi.
“ wah..sipp iki kang, gimana ceritanya…” kata teman – teman yg lain.
Dulu ada seorang kiai di daerah Blitar namanya kiai Rohimi, beliau ini ahli istikhoroh, banyak sekali kiai yg sowan kepada kiai Rohimi ini guna menanyakan apa makna isyarah yg diterima, dan kiai Rohimi ini bisa menafsiri isyarah2 yg ditanyakan kepadanya, dan semuanya tidak pernah meleset, hampir 100 persen mendekati kebenaran.
Kehidupan sehari-hari beliau adalah sebagai petani desa yg sangat sederhana, tiap pagi beliau diantar cucunya pergi ke sawah dengan naik sepeda onthel, biasanya para tamu yg mau sowan kepadanya menunggunya di depan ndalem, menunggu beliau pulang, dan di dalam rumah yg berdinding kayu jati itulah kiai Rohimi menerima para tamunya, di dalam rumah kiai Rohimi ada sebuah kamar khusus yg disediakan untuk Gus Dur kalau berkunjung ke situ dan menginap.
Gus Dur sebelum jadi presiden telah banyak menerima isyaroh2, dan menanyakan kepada kiai Rohimi apa makna isyaroh2 yg dia terima.
“ Kang, kiai Rohimi ini tingkatannya lebih tinggi daripada Gus Dur ya.., sampai Gus Dur sendiri minta tolong untuk menafsiri isyaroh yg beliau terima“ ucap Paijo kepada Wali Paidi
“ Tidak mesti begitu, kamu tahu pak Ridwan tetangga kita, yang jadi dosen di sebuah salah satu universitas terkenal itu ..” Tanya Wali Paidi.
Baca: Wali Paidi 19, Rasulullah Duduk di Samping Wali Paidi
“Iya saya tahu kang…” jawab Paijo
“ Ketika ban mobilnya bocor, apa Pak Ridwan menambal ban mobilnya sendiri..” Tanya Wali Paidi lagi.
“ Tidak kang, Pak Ridwan jelas gak bisa, ban itu akan ditambalkan ke tukang tambal ban” jawab paijo
“ Dengang seperti itu, apa tingkatan tukang tambal ban itu lebih tinggi daripada tingkatan Pak Ridwan yg dosen itu…” Tanya Wali Paidi sekalilagi.
“ Ya tentu tidak kang, “ jawab Paijo mulai mengerti.
“Begitulah apa yg terjadi diantara Gus Dur dan Kiai Rohimi ini tidak bisa jadi acuan siapa lebih tinggi tingkatannya “ jelas Wali Paidi.
Wali Paidi menyedot rokok dji sam soe nya dan nyeruput kopi sedikit lalu melanjutkan ceritanya.
“Sampeyan akan jadi orang nomor satu di Indonesia, tapi hanya sebentar “ ucap Kiai Rohimi kepada Gus Dur, menafsiri isyaroh yg diterima Gus Dur.
“ Berapa lama kiai…” Tanya Gus Dur
“ Tidak sampai tiga tahun “ jawab Kiai Rohimi
“ Tugas yang sangat berat “ ucap Gus Dur tanpa memperdulikan lama jabatannya.
“ Iya ini memang tugas yg sangat berat Gus, dan sampeyan akan diturunkan oleh rakyat sampeyan sendiri..” kata Kiai Rohimi
“ Kalau ini memang tugas, biarpun sebentar tidak apa-apa yg penting bermanfaat,” ucap Gus Dur. Gus dur menerima dg lapang dada isyaroh yg diterimanya dari Kiai Rohimi, beliau tidak peduli walaupun dalam kepimpinanya kelak , beliau di recoki dan akhirnya diturunkan dg tidak terhormat, Gus Dur berperinsip biarlah orang memusuhinya asal Allah menyayanginya, biarlah orang menghinanya asal Allah ridlo kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH WALI PAIDI 1 - 40 (Full Episode)
Mystery / ThrillerWali paidi adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dia anak terakhir, kakaknya yg pertama namanya sholeh dan sekarang dia jadi kiai di daerah Kediri, punya pondok salaf kecil, yg hanya ramai ketika bulan ramadlan, sudah menjadi budaya kalau bulan r...