Wali Paidi dengan perasaan gundah berniat pergi ke Tulungagung sowan ke Mas Kiai. Dia sudah gerah ketika banyak yang melaporkan kepadanya kalau sekarang banyak para murid Mas Kiai ke sana ke mari menjual nama Mas Kiai untuk kepentingan dirinya pribadi. Dengan meminta uang dan minta dihormati secara berlebihan.
Ketika memasuki gerbang pondok, Wali Paidi melihat banyak orang duduk di sebelah musholla, sekitar lima orang yang duduk di situ, terlihat mereka adalah orang penting di pondok sini.
” Ada perlu apa Mas….” tanya salah satu dari mereka.
” Sowan ke Mas Kiai…” jawab Wali Paidi.
” Oh ke Romo Kiai…” jawab mereka.
Terlihat dari jawaban itu, kalau mereka tidak suka dengan sebutan Mas Kiai yang disebutkan oleh Wali Paidi, menurut mereka kurang sopan.
” Wah…sekarang Romo Kiai tidak di ndalem, Sampeyan ke makam aja dulu, menunggu di sana…” jawab mereka.
” Inggih…” jawab Wali Paidi.
Ketika Wali Paidi mau beranjak pergi ke makam, ada suara yg memanggilnya.
Baca: Wali Paidi 12, Dinasehati Nabi Khidir
” Di…. Paidi… ayo melu aku….”Wali Paidi menoleh, dilihatnya Mas Kiai yang memanggilnya, Wali Paidi berbalik mendekati Mas Kiai dan mencium tangannya, serentak kelima orang yang duduk disebelah musholla berdiri berniat ikut salaman ke Mas Kiai, ternyata mereka duduk di situ juga menunggu Mas Kiai.
Mas Kiai mengangkat tangannya, beliau memberi isyarat kalau beliau tidak mau disalami, mereka lalu duduk kembali.
Wali Paidi mengikuti Mas Kiai keluar dari pondok, Mas Kiai menuju mobil yang berada di depan gerbang. Mas Kiai menyuruh Wali Paidi masuk ke dalam mobil, di dalam mobil sudah ada adik adik Mas Kiai, Wali Paidi menyalami mereka.
Mas Kiai mengarahkan mobilnya ke selatan, Wali Paidi tidak tahu diajak kemana. Mobil itu baru berhenti ketika di depannya ada warung kopi. Mas Kiai turun di ikuti adik adiknya, Wali Paidi mengikuti di belakang. Warung kopi ini terlihat sederhana tapi dari aroma kopinya, terasa kalau kopi di warung ini terasa nikmat.
Baca: Wali Paidi 18, Cahaya itu Mendekati Wali Paidi
Adik adik Mas Kiai duduk agak menjauh, sedang Wali Paidi dan Mas Kiai duduk satu meja.
Wali Paidi belum berani mengutarakan niatnya ke Mas Kiai, baru setelah pesanan kopi datang, dan Mas Kiai tampak sudah menyeruput kopinya, dan mulai menyalakan rokok mild-nya, Wali Paidi berniat mengutarakan unek uneknya.
” Dari rumah saja di…” Mas Kiai mendahului bertanya.
” Iya Mas Kiai…” jawab Wali Paidi.
” Begini Di… kadang Allah menguji hambanya dengan mendatangkan orang yang bernat menipu kepada kita. Apakah hati kita akan terusik dengan hal tersebut atau tidak, seyogyanya kita dalam menata hati tidak boleh membedakan siapapun yang datang kepada kita, hati kita tidak boleh kemasukan sifat benci ataupun tidak suka kepada siapapun ” kata Mas Kiai.
Setelah menghisap rokoknya Mas Kiai berkata lagi:
” Allah mengujiku dengan mendatangkan para murid yang suka menjual namaku, suka meminta atas namaku, dalam hal ini tidak boleh sedikitpun di dalam hatiku ada rasa benci atau tidak suka terhadap mereka, karena Allah lebih berhak memutuskan apa yang dikehendakinya. Aku hanya membimbing mereka, kadang Allah mengirim orang untuk menipuku.
Baca: Wali Paidi 22, Diundang Nabi Muhammad
Apakah hatiku akan sedih dengan uang ratusan juta yang raib karena ulah mereka, apakah hatiku akan benci kepada mereka, ini semua ujian Di… Kadang untuk menghajar napsuku, aku malah memberi uang kepada mereka yang pernah menipuku….kita harus menjaga hati kita jangan sampai kemasukan sifat sifat tercela…”Wali Paidi menunduk, dan tanpa bisa dicegah berlinanglah air matanya…
Sumber Facebook.com
Next Wali Paidi 32
Tags: #Kisah Wali Paidi #Wali Paidi 31
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH WALI PAIDI 1 - 40 (Full Episode)
Mystery / ThrillerWali paidi adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dia anak terakhir, kakaknya yg pertama namanya sholeh dan sekarang dia jadi kiai di daerah Kediri, punya pondok salaf kecil, yg hanya ramai ketika bulan ramadlan, sudah menjadi budaya kalau bulan r...