Andien segera mempersilahkan perempuan asing itu duduk disebelahnya.
"Maaf ya, gue main tarik-tarik aja. Soalnya, cowo tadi mau duduk disini, tapi gue ga mau." jelas Andien sambil tersenyum ramah.
"Iya gapapa, jugaan gue belum dapet temen duduk. Oiya, nama lo siapa? Gue Rani." jawab Rani, gadis berkaca mata yang selalu dikuncir ponytail.
"Gue Andien. Semoga kita bisa jadi temen yang baik yah."
Rani mengeluarkan beberapa buku dari tasnya. Tapi ada salah satu benda yang tak asing bagi Andien, hal itu berupa alat-alat lukis.
"Lo suka ngelukis?" tanya Andien.
"Iya nih, dari kecil udah hobby" jawabnya.
"Gue juga suka, apalagi kalau masalah ngesketch gue jagonya"
Andien dan Rani saling bertatapan lalu berpelukan ria, layaknya teletubbies.
"Gila! Berarti kita sehati, kayanya kita memang ditakdirkan untuk bersahabat deh." ujar Rani.
Bel kembali berbunyi, seluruh murid segera memasuki kelasnya masing-masing dan melanjutkan pelajaran. Di kelas IPA-1 sedang tidak ada guru, jadi bayangkan betapa heboh dan ributnya suasana kelas. Andien menoleh kearah pojok kelas, dilihatnya Reynand, Dandy dan Farel sedang bermain gadgetnya.
Disaat-saat heningnya kelas tiba-tiba Dandy berteriak,
"CEPET! MASUKIN! MASUKIN! DUH! PAKE MELESET SEGALA!" heboh Dandy, membuat seisi kelas menatapnya ambigu.
"Bisa gak? Kalian tuh natapnya gak kaya gitu, gue tuh lagi nonton bola. Oke?" jelas Dandy, ketika ia sadar jika sedang ditatap seluruh mahluk yang bernafas di kelas.
Reynand, Dandy, dan Farel itu kumpulan cogan di sekolah, udah temenan sejak kecil dan sekarang satu sekolah lagi. Mereka disekolah dijuluki T'CIPP yakni kepanjangan dari Tiga Cogan Idola Para Perempuan, banyak banget murid cewe disekolah yang pada ngeidolain mereka bertiga, tapi menurut Andien dan Rani mereka cuma cowo nyebelin yang kerjaannya cuma bikin rusuh.
"DAN! DAN! ITU MAU MASUK BOLANYA." sahut Farel sambil menepuk bahu Dandy.
"JEBRETTTTTTT!!!" teriak Dandy dan Farel.
"Akhirnya menang cuy. Eh Rey! Lo ga ikutan nonton?" Farel menepuk bahu Reynand.
"Gak deh, gue mau ke perpus aja, mau tidur" Reynand beranjak dari kursinya lalu melangkah keluar kelas.
"Tapi kan udah bel masuk Rey, ntar kalok ditanya guru gue harus bilang apa?" teriak Farel.
"Bilang aja Reynand kebelet boker, abis makan cabe-cabean."
"Serah lo dah,"
***
"Duh! Ini siapa yang ngambil jus gue sih?" teriak seorang siswi di kantin.
Andien dan Rani baru saja tiba di kantin, namun langkah mereka terhenti ketika melihat seorang kakak kelas sedang berbicara dengan Reynand. Beberapa murid juga mengelilingi mereka, sepertinya telah terjadi sesuatu disana. Andien dan Rani pun mencoba melihat lebih dekat.
"Kamu kok gak bilang-bilang sih, kalau kamu yang ngambil jus aku. Emm, kamu mau makan gak? Aku traktir deh" perempuan itu bergelayut manja di lengan Reynand.
Sedetik kemudian, Reynand mengembalikan jus mangga tersebut pada perempuan itu,
"Rasanya asem, kaya muke lo" ucapnya sambil menunjukan ekspresi kecut.
Seisi kantin langsung menertawakan perempuan itu, harga dirinya sudah diinjak-injak hanya karena segelas jus mangga. Perempuan itu segera berlari sembari menangis, sedangkan Reynand hanya menanggapinya dengan santai, wajahnya datar seperti tak menunjukan rasa bersalah sama sekali.
Andien menatap sekilas sebelum perempuan itu melewatinya.
Reynand melihat Andien diantara kerumunan murid, kemudian ia berlari menghampiri Andien.
Andien memberontak ketika Reynand tiba-tiba menariknya ke meja makan. Tapi apalah daya, kekuatannya tak sebanding dengan kekuatan Reynand yang jauh lebih kuat.
"Lo apa-apaan sih?! Lepasin tangan gue!" teriak Andien
Akhirnya Reynand mau melepaskan genggamannya,
"Lo inget kan? Janji lo yang di depan gerbang tadi?"
Andien terdiam sejenak, di detik selanjutnya ia terhenyak. Memorinya mengingat jelas dengan janji itu, perjanjian konyol yang ia buat tanpa memikirkan dampak baginya.
"Emm yang mana ya? Kayanya gue gak ada janji deh sama lo" dusta Andien dengan wajah yang pucat.
"Kalau mau bohong itu belajar dulu sama ahlinya" celetuk Reynand.
"I-iya, gue inget" jawab Andien, lugu.
"Gue mau lo buatin pr gw selama sebulan, awas aja lu nolak" suruhnya, tanpa persetujuan dari Andien terlebih dahulu.
"Kok lo maksa sih? Kalau gue gak mau gimana?"
Laki-laki itu menimpali,
"Kalau lo gak mau, gue cium lo. Mau?"
"Gak mau! Iya deh, gue mau buatin PR lo. PUAS?" sergah Andien, cepat.
"BANGET" ucap Reynand penuh penekanan.
Andien beranjak dari tempat duduknya,
"Gue duluan ke kelas, bentar lagi bel" pamitnya.Baru saja Andien berbalik, seorang murid menabraknya, alhasil Andien terjatuh. Namun secepat kilat Reynand menangkap tubuh Andien. Tatapan mereka saling bertemu. Dalam hati keduanya bertanya-tanya. Apa yang sedang terjadi saat ini? Rasanya waktu seakan berhenti, hanya mereka berdua yang masih bergerak.
Hingga di titik kecanggungan, Reynand akhirnya membuka mulutnya.
"Lo berat"
Seketika Andien membelalakan matanya, ia segera menghindar dari Reynand, dan memasang wajah jutek.
Reynand hanya tertawa lucu melihat kelakuan Andien,
"Lo itu berat untuk gue lupain" lanjutnya, kemudian menatap kedua mata Andien.Tatapan itu sukses membuat Andien tersipu, sekali lagi ia merasa jantungnya berdegup kencang, ia bingung harus berperilaku seperti apa sekarang.
Mungkin bagi orang lain, jatuh dan ditangkap oleh seseorang itu sudah biasa, karna setiap manusia diwajibkan untuk saling tolong menolong. Namun, siapa yang tahu? Jika sebuah ikatan perasaan sudah terhubung diantara Andien dan Reynand.
Kisah ini baru saja dimulai.
HEYYY GAESSSS
IM COMEBACKK
Bagian 2 udah publish gaess, jangan lupa vote and comment nya yah. Mungkin diawal-awal cerita kalian pasti ngerasa bosen. Setia baca truss yah. Eh bentar lagi gue UNBK jadi kemungkinan gue jarang buka wattpad. Nyari SMA favorit soalnyee.
Doain gue biar bisa masuk SMA favorit gue yah gaessss^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertanda, Kirana
Teen FictionSeusai hari itu, senja menjadi sendu, hatiku dipenuhi rasa sesal dan sedih. Dia meninggalkanku, meninggalkan luka yang dalam untukku, hari ke hari hanya kugunakan untuk menyalahkan diri sendiri atas semuanya yang terjadi. Seharusnya dari awal kutah...