Bagian 6

24 13 14
                                    

"Hay Bella"

"Salken ya Bel"

"Kamu cantik banget Bella"

"Bel, papa kamu maling ya..."

Semua kata-kata itu sedari tadi mengelilingi kuping Andien. Semenjak kedatangan murid baru yang bernama Bella Prastika itu, seluruh isi sekolah antusias ingin mengenal lebih dekat si Bella ini, bahkan dari kelas 10, 11, 12, juga ingin mengenalnya.

"Kasian jadi orang cantik, ga pernah tenang hidupnya. Untung aja gue cantiknya biasa-biasa aja gapake banget"

Andien mengambil sepasang headsetnya kemudian pergi meninggalkan kelasnya, menuju perpustakaan. Namun sebelum itu ia tak sengaja menabrak dua mahluk bucin(budak cinta) yang asyik bergandengan tangan. Dilihat dari dasi yang mereka kenakan, terdapat garis 1, ini menandakan mereka masih kelas 10.

"Aduh, maaf ya dek, kakak ga liat" pinta Andien sambil merapikan bajunya.

"Iya kak, kita maafin kok, inget hati-hati ya kak. Kamu ga apa-apa kan sayang?" ucap si cewe pada kekasihnya itu dengan penekanan pada kata 'sayang'

"Iya aku ga apa-apa ko sayang" jawab si cowonya, lalu mereka berdua saling memberikan senyuman yang membuat sejagat raya mungkin ingin muntah melihatnya.

"Naujubileh emaknya ngidam apaan coba, geli gue dengernya yawloh" suara hati Andien meronta-ronta.

"Makanya kak jalan kok sendiri mulu, jomblo? hahaha" ucap si cewe berhasil membuat Andien nyesek berkepanjangan.

Andien yang merasa dihina tak mau diam saja,
"Lah situ jalan barengan mulu, kembar dempet lu? BHAHAHAHA"

Seketika pasangan tadi meninggalkan Andien yang tertawa keras,
"Sayang tinggalin aja kakak itu, kasian banget, udah ga sehat kayanya" ujar si cowo lalu pergi bersama si cewenya.

Sebuah acungan jari tengah dan senyuman manis Andien berikan pada mereka, Andien pun melanjutkan perjalanannya menuju perpustakaan walau dengan nyesek berat. Sesampainya disana, Andien langsung duduk dan memakai headset nya, kemudian memutar lagu kesukaannya Hivi-Remaja.

Ia melirik kesebelahnya, terdapat seorang laki-laki yang tengah tidur dengan sebuah buku menutupi wajahnya, sepertinya ia mengenalinya, namun ia masa bodo dan memilih untuk membaca komik saja.

Tiba-tiba saja headset di kuping kirinya dicabut oleh seseorang, ketika Andien menoleh ia terkejut,
"Lo dengerin apa?" suara khas milik Reynand terdengar.

Benar, di depan wajah Andien saat ini adalah Reynand, sangat dekat, hingga Andien tak bisa berkutik. Sampai-sampai keduanya bisa merasakan hembusan nafas.

"I-itu, lagunyaa.." ucap Andien, gugup.

Reynand memejamkan matanya berusaha mengingat sesuatu, Andien yang masih berada di depannya hanya bisa menatap tiap bagian wajah itu, matanya, hidungnya, lalu.. bibirnya,

Deg!

Pipi Andien seketika memanas dan merah melihat bibir Reynand, membayangkan sesuatu yang mesum. Jantungnya benar-benar tidak bisa diajak berkompromi, ia tidak kuat berlama-lama menatap wajah tampan milik Reynand itu.

"Kita remaja yang sedang di mabuk asma-" ucap Reynand mengikuti alunan lagu, tapi ketika ia membuka mata,
"Muka lo kenapa merah banget, lu demam? ga enak badan?" tanya Reynand khawatir seraya menyentuh kening Andien.

"Eh ngga ko, gue sehat wal afiat" jawab Andien kemudian terkekeh pelan.

"G-gue mau ke toilet dulu ya Rey. Dahhh"

Tertanda, KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang