9. Satu raja

3.5K 187 1
                                    

Hari kamis.

Hari yang dibenci oleh venus karena ada mata pelajaran Penjasorkes pada hari itu, bukan karena gurunya yang galak tapi materi olahraga itu sangat berhubungan dengan fisik membuat gadis itu merasa jengah, ia sering kelelahan walau tidak melakukan gerakan yang berat, ia sudah mengetahui kelemahan dirinya yang kurang bisa beraktivitas banyak, tapi ia juga tidak ingin terlihat lemah dibandingkan siswa yang lain, mustahil bila ia meminta izin kepada guru setiap jam Penjasorkes. Huh sangat menggelikan.

Pagi itu venus sempurna masuk kedalam gerbang yang sudah hendak tertutup, kesalahan dirinya yang bangun kesiangan membuat ia terlambat datang ke sekolah, untung saja gerbang sekolah belum sempurna tertutup, akhirnya ia bebas dari list siswa terlambat.

Venus hendak beranjak meninggalkan lapangan parkir disamping gerbang sekolah, namun pemuda yang baru tiba di depan gerbang sekolah dengan motor kawasakinya membuat venus menghentikan langkah, laki-laki itu bukannya segera masuk kedalam sekolah malah diam didepan gerbang, masih mengawasi beberapa siswa yang terlihat datang terlambat.

Oh mungkin itu termasuk tugas ketua OSIS untuk menertibkan siswa yang terlambat, gerbang sekolah sempurna tertutup, pemuda itu masih didepan gerbang. Venus bergerak mendekat kearah gerbang, kini dirinya dan pemuda itu hanya dibatai oleh sekat gerbang SMA Galaksi. "Kak buruan masuk!"

Pemuda itu menoleh, menghembuskan nafas singkat tanpa membalas ucapan venus. Venus menipiskan bibir, melihat kondisi pemuda itu yang sepertinya sudah baik-baik saja, luka pada lengannya sudah terlihat membaik, wajah babak-belurnya juga sudah lumayan pudar, venus jadi ingin tahu siapa yang mengobati pemuda itu hingga sembuh seperti ini.

"Kak makasih ya! Kemarin gua nggak sempat bil--"

"Sama-sama!" putusnya cepat.

"Kakak nggak masuk ke sekolah? Mau bolos?" tanya venus.

"Ck" pemuda itu berdecak.

"YA AMPUN GALAKSI!!!" teriakan nyaring dari Bu beti-guru killer yang menjabat sebagai guru kesiswaan langsung menggelegar pada lapangan parkir pagi itu. Pada tangannya terdapat rotan panjang yang siap untuk menakuti para siswa yang terlambat.

Venus terlonjak kaget mendengar suara Bu beti, ia melangkah mundur menjauhi gerbang, takut disangka juga siswa yang terlambat. "Heh kamu! Masih kelas 10, kan? Ayo ikut saya, kamu di hukum! Tulis nama kamu di hall"

Gadis itu panik. "Maaf bu tapi saya nggak terlambat"

"Kalau nggak terlambat kenapa bisa disitu? Jangan ngeles! Kamu nggak bisa bohongin saya!" ujar guru paruh baya itu, venus menjelaskan berulangkali kepada bu beti, namun guru itu juga berulangkali menyangkalnya membuat venus diam tak berkutik.

Galaksi dengan santainya masuk ke dalam gerbang saat gerbang telah dibuka oleh Bu beti. "Mas..mas. Kamu tuh udah kelas 11. Coba kasih contoh yang baik untuk adik tingkatnya. Kamu itu ketos loh!"

Galaksi menggaruk tengkuknya, hanya mengangguk tak menjawab, wajah pemuda itu terlihat lebih dingin dari hari-hari sebelumnya.

"Nama kamu siapa?" tanya Bu beti ke arah venus dengan wajah galak.

"Em..venus andromaeda bu" jawab venus kikuk, sungguh ia tidak ingin dihukum apalagi harus membersihkan lapangan sekolah.

Galaksi menoleh kearah venus. Andromaeda? batinnya bingung.

"Yaudah kalian berd--"

"Venus nggak terlambat bu!" galaksi bersuara. Ya, pemuda tampan khas Bandung itu bersuara setelah mendiami venus sejak tadi, pemuda yang beberapa hari belakangan ini tidak hadir di sekolah kembali bersuara dengan mengatakan bahwa venus tidak terlambat.

SEMESTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang