Day 017

41 5 0
                                    

2018.03.24
Odd Couple
Pasangan Aneh

Aku menepuk tanah kehitaman itu pelan-pelan, karena aku tidak mau ada bagian yang terlewatkan. Bunga matahari ini harus tumbuh sesubur mungkin. Mereka akan menambah warna yang bagus untuk rumah pantaiku. Dan suasana hatiku.

Yah, ini tahun ketigaku tinggal di Miami, Florida, bersama ibuku dan suami keduanya. Mereka sedang menikmati masa-masa jatuh cinta mereka di tahun-tahun itu sementara aku harus susah payah membiasakan diri dengan sinar matahari dan bau asin laut. Aku masih tidak terbiasa. Mungkin tidak akan terbiasa. Tapi, apa boleh buat. Aku harus bersabar sampai aku lulus SMA. Setelah itu, aku boleh pergi kemanapun yang aku suka untuk jadi mandiri. Dan aku telah menandai Manhattan sebagai pilihan utama.

Sebelum ini, aku tinggal bersama ayahku di Alaska. Lalu ibuku datang ketika usiaku tepat dua belas tahun dan membawaku kesini. Rasanya seperti memakan salju lalu bara api. Alaska sangat dingin dan Florida hangat-hangat kuku. Kontras, seperti ibu dan ayahku. Kurasa aku agak mengerti mengapa mereka memilih berpisah. Karena mereka berbeda.

Oke, lupakan soal itu. Aku baru saja selesai menanam bunga matahari yang kubeli dari toko di kota. Saat melihat jam, aku terkejut karena ternyata sekarang sudah pukul tiga sore. Aku belum makan siang. Tidak ada yang bisa kumakan di rumah; aku bosan dengan masakan ibu, jadi kurasa aku akan keluar sebentar untuk membeli makan siang.

Aku mengibas kotoran dari sundress-ku. Ah, ada noda tanah yang sulit hilang. Padahal ini baju kesayanganku. Aku menggerutu sambil berusaha membersihkannya dengan air.

Saat itu, aku mendengar sedikit keributan lalu mendapati sekumpulan orang baru saja keluar dari guesshouse Mr. Ramsay, tetangga kami. Mungkin pelanggan baru lelaki itu. Jumlah mereka lumayan banyak. Sekitar lima belas orang. Sebagian dari mereka berjalan ke seberang. Sepertinya mereka akan melihat-lihat pantai. Sementara beberapa yang lain, melintas di depan rumahku, mungkin menuju ke bar Alex. Letaknya tidak jauh dari sini.

Dari beberapa orang yang lewat di depan rumahku, ada sepasang pria dan wanita yang bersikap aneh sejak mereka melihatku. Sang wanita benar-benar mengamatiku, seperti kasir memindai barang belanjaan, dan wajahnya seakan dipenuhi teror. Aku mengernyit, merasa ngeri. Caranya menatapku membuatku merasa tidak nyaman. Kami bahkan tidak saling kenal.

Dan yang pria... Dia sudah terlalu tua dan ringkih untuk memberiku tatapan terpesona seperti itu. Dia menatapku seolah dia baru saja bertemu kembali dengan cinta pertamanya.

Aku mendadak mual. Itu mengerikan. Pasangan tua itu mengerikan.

Sambil berlari, aku kembali ke dalam rumah dan menutup pintu. Aku sudah melupakan rasa laparku. Aku tidak membutuhkan makan siang lagi. Sebaiknya aku berdiam diri saja di rumah, sebab akhir-akhir ini ada banyak sekali berita penculikan gadis-gadis muda oleh orang asing. Aku tidak mau menjadi salah satu dari korban-korban yang beritanya tersebar di seluruh negeri. Kalau sampai terjadi, ayahku mungkin akan bunuh diri sebelum aku ditemukan terbunuh.

Mark berdiri di sebelahku. Kami sedang berbicara dengan Joseph, putra Mr. Ramsay yang saat ini menggantikan mendiang ayahnya mengelola guesshouse mereka. Aku sudah hampir melupakan wajah Si Tua Ramsay, tapi aku masih ingat kalau dia pria yang baik dan menyenangkan. Dulu, dia sering membuatkanku lasagna, karena dia tidak suka makan sendirian. Well, itu rutin terjadi setelah aku dan Ramsay menjadi teman akrab. Tepatnya di tahun kelima aku tinggal di kota ini.

Ah, sudah berapa lama waktu berlalu? Tiga puluh lima tahun silam aku meninggalkan rumah ibuku untuk melanjutkan pendidikanku ke kota lain. Beberapa tahun kemudian, aku berhasil bekerja sebagai desainer di kota impianku, Manhattan. Disanalah aku dan Mark dipertemukan kembali.

Mark, sahabat kecilku saat di Alaska. Yang menangis paling keras sambil mengejar mobil ibuku saat wanita itu membawaku pergi, akhirnya menjadi suamiku sejak dua puluh lima tahun yang lalu. Kami saling mencintai. Dan saat ini, kami sedang melakukan proyek konyolnya; menapak tilas kenangan-kenangan yang kami lalui sebelum saling bertemu lagi.

Kemarin, aku dan dia akhirnya sampai di Miami dan menginap di guesshouse milik Ramsay. Sayang sekali aku tidak bisa tinggal di rumah lama ibuku karena wanita itu telah menjualnya ke oranglain setelah berpisah dengan suami keduanya.

Dan sekarang, setelah mengobrol banyak dengan Joseph, aku dan Mark memutuskan untuk sedikit berjalan-jalan sambil mengulang kembali potongan-potongan kenanganku.

Joseph menawarkan untuk mengantar kami, tapi aku menolaknya karena aku masih hapal dengan jalanan-jalanan disini. Mark menuntunku menuruni tangga sementara sekumpulan anak muda dari Texas yang berisik juga keluar dari sana. Mereka bilang akan mencari makan malam dan bahkan mengajak kami untuk ikut serta. Tetapi lagi-lagi aku menolak.

Aku dan Mark mengikuti sebagian dari mereka yang akan pergi ke bar dan kebetulan melintas di depan rumah lama ibuku. Warna rumah itu masih hijau muda dengan atap yang berwarna biru tua. Yang berbeda mungkin, sudah tidak ada lagi taman bunga matahari kecil yang kubuat dulu.

Ah seharusnya mereka menambahkan bunga matahari itu disana. Warna bunga matahari akan sangat cocok dengan rumah pantainya. Ketika aku sedang berpikir seperti itu, aku melihat seorang gadis muda berambut cokelat gelap berdiri dan mengibas-ngibas kotoran yang melekat di pakaiannya. Dia agak terkejut saat mendengar keributan yang dibuat anak-anak muda Texas barusan.

Gadis itu menoleh dan akhirnya bertemu pandangan dengan aku dan Mark.

Aku terkejut. Astaga, mengapa dia sangat mengingatkanku pada diriku dulu? Lihat rambutnya, juga kulitnya yang pucat seolah menolak berbaur dengan cuaca Florida. Dia benar-benar mirip denganku saat masih kecil dulu.

"Aku terkejut..." Mark berbicara di sebelahku. Aku mengalihkan pandanganku pada Mark dan dia terlihat sama kagetnya sepertiku, hanya saja di wajahnya ada sulas senyum.

"Aku terkejut karena gadis kecil itu mengingatkanku pada dirimu dulu, ketika kita masih sama-sama di Alaska. Ketika ibumu membawamu..."

Aku tercengang dan agak terkesan dengan bagaimana sorot mata Mark dipenuhi kekaguman dan cinta saat membicarakan masa kecil kami ---membicarakanku. Mark-ku benar-benar jatuh cinta padaku dan masih mengingat hari-hari saat dia jatuh cinta padaku, bahkan setelah dua puluh sekian tahun berlalu.

Lebih dari itu, aku merasakan sesuatu merangsek ke dalam pikiran tuaku. Seolah sesuatu mengubek-ubek dan mengorek memori lama dimana ada seorang gadis remaja yang menyukai bunga matahari dan menanamnya di depan rumah pantai ibunya, berharap warna dari bunga itu bisa memperbaiki suasana hatinya, lalu dia ketakutan dan berlari ke dalam rumah saat melihat sepasang suami istri tua yang memperhatikannya dengan tatapan aneh.

Aku tidak sadar bahwa aku masih menatap anak itu, seperti yang wanita tua waktu itu lakukan, hingga gadis itu kemudian membuang sekop kecilnya dan berlari menaiki tangga, menutup pintu rumahnya rapat-rapat.

Apa... aku baru saja mengulang kejadian yang sama?

1063 🍃

Meraki [ Short Story Compilation ]Where stories live. Discover now