[6]

3.7K 510 21
                                    

Hari ini Jihoon benar-benar menjemputmu dan datang tepat waktu. Dan dia mengabari lewat lewat chat.  Sebelum keluar, kau berpamitan pada kakakmu yang baru saja pulang liburan kemarin.

"Kak Mang! Gue pergi dulu ya!" Katamu sembari mengenakan sepatu.

"Kemana lo?"

"Jalan-jalan sama temen."

"Siapa? Hyeon ga kesini tuh."

"Temen baru."

"Cowok lo kan? Ngaku lo!"

"Hadeh, udah dulu ya kak. Ntar gue diamuk kalo telat."

Dan kau langsung berlari menuju tempat Jihoon menunggumu.

Kau dilirik oleh Jihoon ketika berhenti disampingnya.

"Kenapa?" Tanyamu.

Jihoon menatapmu, "kenapa pake baju samaan? Peramal apa?"

Kau melihat pakaian Jihoon. Jaket hitam yang dibuka memperlihatkan kaos abu-abu, celana training hitam, sepatu putih, dan topi hitam. Benar-benar sama denganmu. Hanya saja kau tak mengenakan topi. Kalian tampak seperti pasangan. Walaupun kau lebih tinggi dari Jihoon.

"Eh iya ya," katamu kikuk.

"Ganti sana."

"Dih ogah. Dikira ngelewatin kakak gampang apa?"

Jihoon mengangkat bahu.

Kau mendesah, "kita mau kemana?"

"Jalan-jalan."

"Iya kemana, kak?"

"Ke mall. Aku sekalian nyari barang titipan temen."

Kau terdiam.

Aku?

Dia bilang 'aku'?

Kemana kata 'gue' yang selalu dia pakai untuk bersikap dingin padamu?

"Ga usah ngelamun dek."

"O-oh. A-apaan sih kak."

"Ya apa?"

"Gapapa."

>•<

Setalah naik bus, kalian kini berjalan masuk ke mall. Pertama, Jihoon mengajakmu untuk membeli bubble tea. Kemudian kalian bermain di arena bermain. Kalian sempat melakukan taruhan pada permainan lempar bola basket. Siapa pun yang kalah harus mentraktir makan yang menang. Jihoon selalu berkata bahwa dia jauh lebih jago dari kau. Tapi nyatanya, skor akhirnya menetapkanmu sebagai pemenang.

"Sip. Menang aku kan. Hehe," ejekmu.

"Yain. Udah, sekarang kita cari makan."

"Kuy kuy."

Kalian berjalan bersama ke arah food Court kemudian memesan beberapa makanan. Ketika pesanan datang, Jihoon terlihat sibuk dengan ponselnya.

"Kak? Makan," katamu.

"Makan aja. Bentar ya, aku nyari pesenan temenku dulu," katanya yang kemudian berdiri dan meninggalkanmu sendiri.

Untung Jihoon telah membayar makanannya. Jadi kau tak perlu khawatir ketika ia tinggalkan dengan makanan di meja. Yang kau khawatirkan adalah jika Jihoon tak kembali.

Tung. Tung.

Ponsel berbunyi memunculkan sebuah pesan dilayarnya.


Lee Jihoon
Makan
Ga usah dilihatin terus

Iya kak


Kau tersenyum karena Jihoon telah memberikan sebuah kode bahwa dia tak akan meninggalkanmu.

>•<

Sudah sejam Jihoon pergi. Dan makanan di meja sudah habis karena kau agak kesal ditinggalkan sendiri. Kau terus berpikir kemana pria itu pergi.

Tung.

Apalagi ini?


Lee Jihoon
Dek

Apa?

Masih disana?

Iya

Keluar dari mall
Aku tunggu diluar


Kau mendelikan mata ketika Jihoon bilang ia sudah diluar. Yang benar saja.

>•<

"Lama banget," gerutu Jihoon yang membawa dua tas belanjaan.

Kali ini kau kesal dan malas menanggapinya.

Tiba-tiba sebuah bunga tulip berwarna kuning muncul didepanmu. Kau melihat tangan yang memegangnya.

Itu Jihoon.

"Aku tau kamu kesel. Nih buat kamu," ucapnya tanpa melirikmu.

Kau menerimanya perlahan sambil terus memperhatikan Jihoon. Kau benar-benar merasa luluh ketika mendengar Jihoon yang dingin itu memakai aku–kamu bukan gue–lo.

Tapi kemudian kau berpikir.

"Kak?"

"Hm?"

"Tau ini bunga kesukaanku dari mana?"

Jihoon tidak menjawab melainkan membuka ranselnya. Dia mengeluarkan payung hitam lipat kemudian dibuka tepat diatas kalian.

Tak lama hujan turun. Semakin deras dan deras. Membuatmu merasakan dingin dikulit.

"Pegang payungnya bentar," suruh Jihoon.

Setelah kau mengambil alih payungnya, Jihoon merapatkan zipper jaketmu. Sepertinya dia tahu kau kedinginan.

"Ayo ke halte."

"Sekarang?"

"Iya. Hari ini hujan. Kita ga mungkin jalan-jalan lagi."

"Yaudah."

Dan kalian berjalan bersama dibawah payung itu menuju ke halte terdekat untuk pulang.

>•<

Umbrella ; Woozi [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang