Raina

2.4K 52 0
                                    

#Raina POV

Aku kembali melihat lagi diriku di depan cermin. Setelah tadi aku bersiap-siap untuk pergi kuliah. Ini adalah hari pertama ku menjadi mahasiswi. Aku berdoa semoga saja aku bisa mendapatkan teman-teman yang baik untuk menghiasi hari-hari ku yang kelam.

Sebelum turun ke lantai bawah, aku memilih untuk mengabadikan momen ini. Momen pertamaku akan menjadi mahasiswi. Aku terlihat sangat cantik dengan pakaian ini. Aku mengenakan baju rajutan berwarna coklat kekuningan, dengan tas kecil berwarna coklat yang ku selendangkan ke arah kanan dan celana jeans warna hitam yang menurutku menambah kesan cantik dalam diriku.

Aku beruntung karena tuhan menganugrahi kecantikan bagiku. Aku sangat bersyukur. Tapi tak ayal, aku juga kerap digoda oleh pria berhidung belang, yang membuatku menyesal memiliki kecantikan ini. Tapi inilah aku. Aku adalah anak tunggal dari hasil pernikahan Mickel Eisfeld dan Marina Eisfeld.

Banyak orang yang bilang aku adalah gadis manja, cerewet, dan juga keras kepala. Ya, memang itulah diriku. Aku dibesarkan dikeluarga yang telah runtuh. Ibuku, telah meninggal sejak aku berusia 6 tahun. Sekarang, hanya tersisa ayahku dan bi Ema di mansion besar ini. Sebenarnya masih banyak lagi pelayan, supir, dan juga penjaga yang lain. Hanya saja, aku tidak terlalu dekat dengan mereka.

Hari ini aku diantar oleh supir pribadiku. Pak Tino namanya. Dia adalah orang yang dipercayakan ayahku untuk mengantar dan menjemputku kemana-mana.

Seperti biasa sebelum berangkat aku terlebih dahulu dianjurkan untuk sarapan oleh ayahku. Aku sarapan dengan sandwich pesanan ku yang telah disiapkan oleh bi Ema. Ya, aku memang selalu sarapan dengan sandwich. Karena menurutku sarapan pagi tidak baik memakan makanan berat. Jadi aku hanya memakan roti dengan isi sayuran dan selai di dalamnya.

Aku pun kembali menyelendang tas ku dan keluar menuju ke mobil untuk segera pergi ke kampus.

"Pagi non Raina" Sapa pak Tino dengan ramah

"Pagi pak" dan dibalas senyum ringan oleh pak Tino

"Ehmm... pak, hari ini Raina bawa mobil sendiri ya" Kata ku membujuk pak Tino

"Wah.. gak bisa non. Nanti tuan bisa marah sama bapak" pak Tino masih dengan senyum ramahnya

"Enggak kok pak. Kalo ayah marah, bapak tinggal bilang Raina yang maksa buat bawa mobil sendiri. Yaaa pliss" Ucapku dengan menangkupkan kedua tangan, pertanda permohonan

"Ehmm.. yaudah non. Ini" akhirnya pak Tino memberikan kunci mobil kepada ku dan aku pun menyambutnya dengan senyum yang tak pudar

Aku mengendarai mobil dengan sangat hati-hati. Agar tidak menghilangkan kepercayaan pak Tino dan juga ayahku, pastinya.

Ini untuk pertama kali didalam sejarah hidupku aku mengendarai mobil sendiri tanpa adanya supir atau pun bodyguard. Entah bagaimana caraku untuk bisa mengungkapkan kebahagiaan ku hari ini. Ya tuhan.

Sesampainya aku di kampus, aku langsung disuguhkan pemandangan luar biasa. Sungguh indah. Aku pun segera memarkirkan mobilku dengan hati-hati, di salah satu tempat yang hanya terdapat satu mobil saja. Mungkin ini tempat pribadi, tapi entahlah.

Sebelum keluar dari mobil, aku terlebih dahulu merapikan kembali rambut dan juga pakaianku agar terlihat lebih rapi, pastinya.

Aku pun berjalan melewati kelas demi kelas di Universitas ini. Tak sedikit aku menjumpai orang-orang yang sedang bercengkrama satu sama lain. Tapi diriku? Aku hanya sendirian.

Akhirnya aku memutuskan untuk mencari kantin di sekolah ini. Aku pun berkeliling kampus sembari mencari kantin. Ternyata itu dia kantin nya. Terletak di paling ujung dari sekolah ini.

Aku pun bergegas berjalan cepat kesana. "Kringgg... kringgg" itu suara ponselku. Pertanda bahwa ada panggilan masuk. Aku pun merogoh bagian terkecil dari tas ku, dan pun memutar bola mataku ketika melihat nama yang tertera di layar ponsel. Lihatlah pria protektif ini. Siapalagi kalau bukan ayah.

"Hallo ayah" Sapaku duluan

"..."

"Iya ayah Raina yang memaksa untuk mengendara sendiri. Raina sudah besar ayah, Raina akan berhati-hati"

"..."

"Iya tadi Raina sudah sarapan dengan sandwich buatan bi Ema"

"..."

"Iya Raina janji. Terima kasih ayah. Dahh"

Begitulah ayahku sangat protektif. Ya, tapi aku menyayangi nya. Menurutku protektifnya seorang ayah adalah bentuk dari perhatiannya kepadaku. Intinya dia adalah ayah terbaik di dunia.

Aku pun berjalan sambil kembali menaruh handphone ku ditempat sempit ini. Sangat sempit kurasa, dan akhirnya berhasil kutaruh. Aku pun tersenyum bahagia dan bertepuk tangan sendiri dan "Aww" Ringisku ketika mendapati sekarang diriku sudah terduduk di lantai dengan pria angkuh yang berdiri dihadapanku tanpa menatapku sedikitpun

Cukup lama aku memegangi kaki ku yang terasa nyeri. Ku kira pria ini akan menjulurkan tangannya dan membantuku berdiri. Tapi ternyata, huh nihil hasil yang ku dapatkan. "Dasar pria angkuh" umpat ku dalam hati

Aku pun beranjak berdiri sendiri dengan susah payah. Ku kira saat aku sudah berdiri pria ini akan meminta maaf kepada ku. Tapi ternyata tetap saja, dia tetap tak bergeming. Aku pun merasa kesal dan sebal pada pria ini. Aku pun meluapkannya dengan cara yang berbeda.

Ketika gadis lain ditabrak dan diabaikan seperti ini, pasti mereka akan memilih untuk melayangkan tangan mereka ke wajah pria yang sudah menabrak mereka. Tapi berbeda denganku, daripada aku mencari ribut di hari istimewa ku. Aku lebih memilih untuk meneriaki dan protes kepada pria ini.

"Hei! Apa kau tidak bisa berjalan dengan benar? Apa kau tidak melihat ku saat berjalan? Atau kau memang sengaja ingin menabrak ku?" Protesku dengan nada sinis.

Aku pun menatap tak percaya pada pria ini. Bagaimana bisa dia sama sekali tak merasa bersalah padahal sudah menabrakku dengan keras, dan dia? Sama sekali tak bergeming sedikit pun. "Dasar manusia patung" umpatku lagi dalam hati

"Hei! Apa kau tuli?" Teriakku kembali tepat di depan wajah pria ini, dan itu sukses membuatnya ingin protes balik. Tapi kurasa tidak jadi.

Aku pun sangat merasa kesal dengan pria ini. Dan ketika aku ingin protes lagi, dia sudah lebih dulu melenggang pergi meninggal kan ku. "Dasar pria aneh" batinku

Aku pun masih mematung ditempat. Mencerna apa yang baru terjadi barusan. Tapi aku lebih tertarik untuk melanjutkan perjalananku untuk mencapai kantin itu, dan disana kudapati banyak pasang mata yang memandangku kagum. Menurutku. Tapi aku sama sekali tak menghiraukan tatapan mata mereka, dan lebih memilih mencari tempat duduk yang nyaman untukku.

Lama sekali aku duduk sendiri sambil menompang dagu dengan kedua tangan ku. Lalu tanpa ku duga, seorang pria datang dan tanpa pamit duduk di kursi yang ada sampingku "Apa-apaan pria ini" batinku

Begitupun ketika ia menoleh. Betapa terkejutnya aku. "KAMUUU!!" Pekik ku

Please Give me Vote and Comment
-
Lampung, Indonesia
-
Rabu, 04.04.2018
-
TBC

Kisah Cinta Gadis ManjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang