Bagian Sepuluh

1.5K 19 0
                                    

SEPULUH

BisnisSebastian melesat dengan cepat, bahkan kini dia telah memiliki duaorang karyawan untuk mengerjakan proses digital sablonnya sampaidengan proses pengiriman barang ke jasa pengiriman barang. Kini, diajuga sering bersedekah dan menginfakkan uangnya ke masjid. Dan yangpaling drastis adalah kini dia selalu berusaha sholat berjamaah dibaris yang paling depan.

Takterasa sudah satu tahun ia tak mengunjungi Kakek Widodo. Ada rasarindu dihatinya untuk menemui kakek itu. Maka ditengah kesibukannya,dia menyempatkan untuk menunjunginya.

Iamendekati pagar rumah itu, kini untuk yang ketiga kalinya. Tak adayang berubah, bahkan satpam yang baru saja menjawab salam danmempersilahkan masuk itu pun tetap sama. Tak ada yang berubah.

"Bagaimanakabar semuanya Pak?" ucap Sebastian.

"Alhamdulilahsemuanya baik Mas, Mas sendiri bagaimana kabarnya?"

"AlhamdulilahPak, saya baik saja."

"Wahtambah gendut sekarang ya?" ledek Pak satpam itu.

"Karenalama tak bertemu Pak, makanya terlihat gendut," Jawab Sebastiansekenanya.

"MasSebastian sudah sukses rupanya sekarang?"

"AlhamdulilahPak, usaha saya mulai lancar. Ya, berkat pertolongan Allah, padahalwaktu itu saya hampir putus asa loh Pak."

"Oh,"ucap Pak Kali sambil tersenyum.

"SyukurlahMas, saya ikut senang," ucap Pak satpam itu melanjutkan.

"Kakekada di mana Pak?"

"Romoada di taman, seperti biasa."

"Oh,"ucap Sebastian sambil berjalan bersama menuju pintu rumah.

"Ohya Mas, sekarang di rumah ada cucu Kakek loh,"

"Ohya,"

"IyaMas, cucu Kakek itu kuliah di sini sambil menemani Kakek agar takkesepian."

"Oh,"ucap Sebastian sambil timbul rasa penasaran dengan cucu Kakek itu.

Sesampainyadi taman belakang rumah, Kakek dengan senang hati menyambutkedatangan Sebastian. Tapi Sebastian tak mendapati cucu kakek yangdiceritakan oleh Pak satpam tadi.

"Ohya Kek, kata Pak Kali, ada cucu Kakek yang tinggal di sini,"

"Ohiya, Kakek sampai lupa. Tapi dia sekarang lagi kuliah."

"Ohbegitu."

"Tapisebentar lagi dia akan pulang, biasanya jam sebelas dia sudah pulang.

"Ohya, Sebastian lupa tanya Kek. Cucu Kakek itu orang mana?"

"Semarang,"

"Semarang?"Sebastian tak menduga bahwa anak perempuan Kakek dan cucu-cucunyayang selama ini diceritakan itu tinggalnya di Semarang.

"Iya,Semarang," ujar Kakek menegaskan.

"Semarangmana ya Kek?"

"WaduhKakek lupa, jalan apa ya?" ucap Kakek mengingat-ingat.

"Kakeksudah lama tidak ke sana, tapi ada catatan alamat kok di buku milikKakek. Sebentar Kakek ambil di dalam kamar."

"Ohtidak usah Kek, tidak penting. Kakek di sini saja," pintaSebastian.

"Ohya sudah. Nanti nak Sebastian tanya saja langsung sama cucu Kakek."

"IyaKek."

"Hemh,saya sangat bangga dengan cucu Kakek itu,"

Waktu Tak Pernah Menyembuhkan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang