Bagian Enam Belas (Selesai)

3.3K 37 6
                                    

ENAMBELAS

Haridemi-demi hari berlalu, tapi Sebastian tak kunjung berubah. SetiapFitri bertanya apa masalahnya dia selalu menjawab dengan diam. Fitriberusaha untuk tetap tak menangis di hadapan Sebastian, dia berusahamenahan rasa perih di hatinya. Terbesit dalam pikirannya bahwaSebastian mungkin telah periksa ke dokter dan dia dinyatakan bahwadia subur, sehingga penyebab bahwa mereka tak kunjung dikaruniaiketurunan adalah dirinya sebagai seorang istri yang mandul.

Fitritak berani bertanya, dia hanya terdiam dan merasa bersalah padasuaminya. Dia sendiri tak berani datang ke dokter karena dulu takmendapat izin dari Sebastian. Dan kini, suasananya sungguh takmemungkinkan untuk meminta izin lagi.

Sebastiansering keluar malam untuk periksa dan berusaha sendiri mungkin untukmengobati penyakitnya di luar jam kantor. Tanda-tanda fisik belumterlalu tampak bahwa dia menderita penyakit kanker. Di mata Fitri,suaminya kini benar-benar telah berubah karena sering keluar malamhari tanpa memberitahukan ke mana dia pergi. Suatu hari Fitrimemberanikan diri memaksa suaminya untuk menjawab pertanyaannya.selain karena tak ingin berlarut-larut, dia kasihan dengan suaminyayang setiap malam tidur di sofa seperti itu.

"Mas,kenapa Mas seperti ini. Apa karena aku tak bisa memberi keturunansama Mas?"

Sebastianmasih terdiam, tapi kini dia menatap istrinya yang tengah meneteskanair mata.

"Mengapamas tak pernah menyentuhku? Aku kangen sama Mas Ibas."

Sebastianjuga menitikkan air mata. Dia benar-benar tersiksa dengan keadaanini. Kenyataan bahwa istrinya telah di sentuh orang lain sebelumdirinya menyentuhnya.

"Kenapakamu nggak jujur?" ucapnya ketika Fitri mendesaknya untukmengatakan masalah yang terjadi.

"Tentangapa Mas?"

"Tentang..."ucap Sebastian terhenti. Rasa tak tega menghentikan ucapannya.

"Tentangapa Mas? Ayo katakan Mas, sebenarnya apa yang telah terjadi?"

"Tentang...bahwakamu sudah tidak suci ketika menikah denganku."

Terasapetir menyambar dirinya. Fitri terkejut dan tak menyangka bahwasuaminya akhirnya mengetahuinya, parahnya akhirnya suaminyamengetahuinya dari orang lain, dia tak bertanya tahu dari mana.Seketika dia berlutut dan memengangi kaki suaminya.

"Akuminta maaf Mas, bukan maksudku untuk menyerahkan kesucianku sebelummenikah denganmu. Itu diluar kemauanku Mas, maafkan aku Mas," ucapFitri sambil menangis. Air matanya membanjiri bajunya dan lantai.

Sebastianberdiri tak bergerak. Dia juga menangis, tanggannya ingin sekalimemeluk tubuh istrinya yang kini sedang terduduk sambil memegangikakinya. Tapi rasa kecewa dan jijik membuatnya tetap berdiri dengantangan kaku.

"Akumemang salah Mas. Tapi, bukankah Mas tak pernah bertanya padaku,kalau Mas bertanya, aku akan menjawabnya dnegan jujur. Apapunresikonya."

"Kamusadar? Kamu itu sudah menipuku Fit. Aku kecewa sama kamu, kecewasekali," ucap Sebastian dengan langsung pergi setelah sempatmembuang piring hingga pecah

Fitrimenangis tersedu. Dia meratapi keadaan ini. Hatinya hancur luluh. Diasemakin membenci Sholeh yang menodainya. Dialah penyebab dari semuaini. Ingin rasanya dia membawa lelaki itu dan menbiarkan suaminyamenghakiminya.

HatiFitri hancur bagai pecahan piring yang baru saaj di lempar olehSebastian. Dia ingin mengejar Sebastian tapi Sebastian sudah dengancepat mengendari mobilnya keluar pagar. Satpam dan pembantu yang adahanya bisa melihat ini dan tak berani bertanya apa-apa.

Fitrimasih menagis, dia duduk melantai di dekat pintu utama. Dia menatappintu pagar depan dan berharap suaminya akan kembali masuk danmemeluknya. Tapi tampaknya harapan itu sia-sia suaminya tak kunjungkembali.

Waktu Tak Pernah Menyembuhkan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang