Bagian Lima Belas

1.3K 16 0
                                    

LIMABELAS

Pagitelah menyapa. Alfa terbangun lebih dulu dan membangunkan Fitri untuksholat subuh. Untung bagi Fitri, karena buku catatan yang ia baca tadi malam sudah di taruh kembali ke tempatnya, sehingga Alfa takmengetahi bahwa dia telah membaca buku itu.

Dalamperjalanan pulang, Fitri masih kepikiran tentang buku catatan kecilmilik Alfa yang dia baca tadi malam. Hal ini berbalik dengantujuannya datang ke rumah Alfa, sebenarnya tujuannya dalah agar duabisa curhat dan pikirannya sedikit lebihplong.Tapi ternyata diluar dugaan, rasa cinta Alfa ke sebstian membuatkemelut pikiran Fitri makin bertambah.

Sesampainyadi rumah, Sebastian tak ada di rumah. Hanya da pembantu dan satpam.Fitri memang sudah tahu bahwa Sebastian hari ini ada janji bermainbadminton dengan Pak Danu, klien bisnisnya. Di dalam kamarnya, Fitrimerebahkan tubuhnya dengan pikiran yang benar-benar pusing.

Malamnya,Sebastian bertanya pada Fitri tentang kabar Alfa dan orang tuanya,Fitri menjawabnya dengan santai dan terkesan tidak ada apa-apa.

"Semuanyabaik," jawabnya sambil memeluk suaminya yang kini tidur disampingnya.

"Mas,"

"Yasayang,"

"Ahnggak jadi deh,"

"Lohkok gitu? Ada apa?"

"Ehmmas, kita ke dokter yuk?"

"Uuntukapa?"

"Untukcari solusi agar aku cepat hamil."

"Fit,bukankah sudah mas katakan? Nggak usah."

"Oh,ya sudah. Aku cuma saran, jika Mas ngelarang. Aku nggak akan ke sana.Kecuali jika Mas mengizinkan."

"Sudahlahbeb, lebih baik kita coba lagi malam ini," ucapnya sambil tertawa.

Malamini kembali untuk kesekian kalinya mereka lewati dengan penuhkeindahan. Kebahagiaan terpancar dari sudut remang-remang romantismesejati dalam ikatan prnikahan yang suci.

"Sayang,adakah tempat yang ingin engkau kunjungi?" ucap Sebastian usaimelewati puncak kebahagiaannya sebagai seorang suami.

"Ehm...ada,"ucap Fitri sambil masih berda dalam pelukan suaminya.

"Tempatapa itu,"

"BengawanSolo,"

"BengawanSolo?"

"Iya,Mas mau nggak ajak aku ke sana?"

"KeSolo?"

"Yaiya Mas, namanya Bengawan Solo ya di Solo."

"Kamubenar-benar ingin ke sana?" tanya Sebastian serius.

"Iya,Mas mau?"

"Ehm...bagaimanakalu minggu depan."

"Iyanggak apa-apa. Tapi Mas Ibas repot nggak? Kalau repot nggak usahnggak apa. Jangan sampai kerjaan mas teganggu."

"Justrupengertianmulah yang membuat aku sulit menolak permintaanmu."

Fitrimembalas dengan senyuman di tengah remang lampu yang mereka padamkan.

Sebastianmemenuhi ucapannya. Hari minggu, dia mengajak istrinya ke tempat yangdimaksud oleh istrinya seminggu yang lalu. Tempat itu memang indahnamun sepi, dari situ memang orang bisa menyentuh air yang mengalirdi Bengawan Solo. Tak ada yang istimewa pada empat ini. Satu-satunyayang menjadi istimewa adalah di dekat tempat ini terdapat bungateratai yang tumbuh liar.

"Kamupernah ke sini sebelumnya?"

"Sudah,sejak aku di Solo. Aku beberapa kali ke sini, pertama kali aku datangke sini bersama temanku. Tapi lama-kelamaan aku sendiri yang datangke tempat ini. Entahlah, aku suka sekali tempat ini, dan berharap akuakan duduk di sini menikmati indahnya teratai bersama suami. Dan kinimimpi itu sudah terwujud," ucap Fitri sambil tersenyum manja.

Waktu Tak Pernah Menyembuhkan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang