🌸Part 9

459 92 15
                                    

Secara tak langsung Riri mengetahui suatu hal. Ia melihat Alika membaca sebuah novel. Bukan, bukan itu maksud Riri. Yang Riri ketahui yaitu Alika sudah mulai tertarik dengan suatu hal. Ia tahu bahwa Alika mulai tertarik dengan jilbab. Buktinya saja, dia sekarang sedang membaca novel tentang jilbab.

Aku tersenyum, "Ka, kamu suka novel itu?"

"Iya, aku suka" kataku tersenyum

"Alhamdulillah..."

"Ayo, sekarang kita siap-siap pergi ke kelas, sebelum ada santriwati kesini" beritahu Sinta

"Aku, aku kemana?"

"Kamu masih harus istirahat disini. Supaya gak bosan,, mending kamu baca novel lagi, banyak kok, lemari aku juga ada" tunjuk Sinta pada salah satu lemari.

Aku hanya mengangguk patuh

Saat 3 jam yang lalu Sinta, Qori dan Riri pergi ke kelas. Oh iya aku jadi teringat Disti. Dia kok gak nyari aku sih?. Katanya sahabat yang baik, eh,, ini sahabatnya ngilang gak dicari-cari.

Perlahan-lahan aku mulai melupakan mengenai masalahku. Disini aku diperlakukan dengan baik, aku juga sudah mulai terbiasa berada disini. Sepertinya aku tidak mau meninggalkan tempat ini.

Aku bosan, "Mending aku menghitung pohon saja", hiburku sendiri, setelah kusimpan kembali novel bergendre spiritual milik Sinta.

Secara perlahan aku berjalan mendekati jendela yang berukuran kecil. Mulai kuhitung pohon disana dari yang paling kecil, sampai yang paling besar. Namun pada saat pohon ke 9, sayup-sayup aku mendengar tawa seseorang.

"Siapa yang tertawa?, bukannya semua orang sedang berada di kelas yah?"

Daripada aku penasaran, mending aku cari tahu. Dengan gerakan cepat mataku menangkap gerakan seseorang, aku terus mengamatinya. Setelah sekian detik mengamati aku tahu, ternyata dia orang yang kemarin bersikap sok kepadaku. Eh?, kenapa dia ceria sekali?, sewaktu bertemuku saja dia menunjukan sikap yang tidak baik, bahkan tersenyum pun tidak. Dengan melihat mereka, terbayang saat-saat aku bersama ayah waktu kecil. Begitu bahagianya hidupku dengan mereka, tidak ada masalah yang besar terjadi, hanyalah percekcokan kecil saja yang sering terjadi, dan selalu diselesaikan hari itu juga.

DISTI POV
Siang ini, dirumah sederhana ada seorang wanita tampak sedang bermain dengan anak kecil. Mereka terlihat sangat bahagia. Meski begitu, ada suatu hal yang dilupakannya.

Sebenernya apa sih yang gue lupain?

"Ka Disti, lempar dong bolanya"

"Hah??,, oh, iya iya" segera kulempar bola yang berada ditanganku, dan sekarang berada di tangan Davin.

"Eh ka, aku mau main dulu ke rumah Adit yah, boleh?" Tanya Davin

"Yaudah boleh, bole..." tunggu-tunggu, gue denger huruf A jadi inget sesuatu. Tapi apa yah??

"Aduh,, gue lupa sama Alika" lanjutku, tepuk jidat

"Davin, kamu mau main kan?, boleh kok, asalkan jangan pulang sore-sore yah"

"Iya ka," Setelah mengucapkan itu Davin sudah berlari keluar gerbang untuk bermain.

Gue kok bisa sih ngelupain sahabat gue sendiri. Oh iya, kemarin dia nyuruh gue jemput. Tapi, gue ditahan sama bibi, katanya jagain Davin. Aduh gue jadi ngerasa bersalah, gue juga gak kabarin Alika. Dia marah gak yah sama gue??.

Maafin gue Ka, gue mempercepat jalannya agar bisa cepat sampai di mobil. Selama ini, gue selalu menemani Alika kapan pun, bahkan malam-malam gue rela, menerobos dinginnya angin malam, demi nemuin Alika. Dan sekarang?, pertama kalinya gue gak nemuin Alika, gue merasa bersalah banget.

Handphone lo kok nggak aktif Ka?, sebenarnya lo di mana?. Gue udah kunjungin semua tempat-tempat yang lo sukai. Gue juga tahu,, lo gak mungkin mau pulang ke rumah mati.

Gue mohon Ka, kasih gue tanda supaya gue bisa nemuin lo. Kenapa lo kayak hilang ditelan bumi sih Ka?!. Sesudahnya, gue coba inget-inget lagi, gimana Alika bisa hilang seperti ditelan bumi.

ALIKA POV
Drtttt... Drtttt...

"Siapa nih yang nelfon aku?, kok tidak ada namanya?" Tanyaku heran

Daripada orangnya nunggu, mending aku angkat aja, siapa tahu penting.

"Hallo"

"Nanti sore, lo dateng ke taman komplek rumah lo"

Buset, baru juga aku ngucapin "halo" eh, udah di suruh ke taman. Biasanya kalau kita ngomong "Halo" pasti dibales "Hallo" juga dong??. Apa jangan-jangan aku mau diculik lagi, terus organ tubuh tubuhku dijual ke luar negeri, mati dong terus terus mati deh.

RAY POV
"Nanti sore, lo dateng ke taman komplek rumah lo" ucapku tanpa basa-basi

Tutt.. tutt..

"Mati?. Kenapa di akhiri sih telfonnya?. Belum juga dijawab eh, udah dimatiin" ucapku seraya memandang handphone yang ada informasi pulsaku.

"Gimana yah??, memang sih mamah gak nuntut tuh orang harus ganti rugi, tapi kan gue enggak mau ngorbanin uang jajan gue, buat benerin mobil."

"Yaudahlah mending nanti, gue samperin aja rumahnya" ucapku akhirnya. Langsung kumasuki kamar mandi untuk bersiap-siap pergi ke rumah cewek gak jelas tadi.

Tok..tok..tok..

"Sayang," mamahku memasuki kamar, didudukinya ranjang king sizeku. Dipandangnya sekeliling kamar, banyak foto-foto kenangan mereka 2 tahun yang lalu. Ada suatu benda yang sangat menarik perhatiannya. Dihampiri meja belajarku, mamah melihat ada kenangan yang sudah sangat lama berada di sana.
~~
Tunggu kelanjutannya di next part
Jangan lupa vote🌟and comment📝😄
Dan kalau ada typo kasih tahu yah 😉
Share juga cerita ini ke teman-teman kalian 😁
"Jangan lupa bahagia 😇😇"

Misteri Ilahi (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang