🌸Part 13

362 56 3
                                    

"Kenapa telfon gue di rejec?"

"Aku kira gak penting." Ucapku acuh melihat keluar jendela mobil.

Jalanan disini cukup macet, mobil-mobil yang seharusnya melaju cepat, sekarang ini malah seperti siput. Lain halnya dengan sepeda motor, mereka bisa selap-selip ke jalanan samping bahkan ada yang ke trotoar. Tapi mereka seharusnya jangan begitu, jalan trotoar kan untuk pejalan kaki, harusnya mereka tahu aturan itu.

Hening kembali, tidak ada pembicaraan antara kami berdua. Hanya penyiar radio yang dari tadi berbicara.

Oh iya aku baru ingat, dia kan tahu namanku, aku kok tidak tahu namanya?
"Nama kamu siapa? Eits... Jangan gr dulu, aku cuma tanya. Masa aku jalan sama orang yang aku tidak tahu namanya." Aku yang asalnya melihat kaca mobil sekarang melihat kedepan, jalan yang tadinya penuh dengan mobil sekarang sudah mulai berkurang.

"Ray."
~~

Cukup sudah, sekarang aku akan nyetir dengan hati-hati. Aku tidak mau kejadian ini terulang lagi. Masa aku dikira pacaran dengan siapa itu?? Ran. Yah Ran, Ran itulah. Baru juga turun dari mobil, eh udah ada yang ngomong.

"Kalian berdua pacaran yah? Cocok sekali."

Enak saja dia bilang begitu, otomatis orang orang semua yang ada disana melihat ke arah kami. Malu, malu banget, mau ditaruh mana mukaku. Kulihat Ran, dia cuek malah cuek banget. Dia ngasih kunci mobil terus jalan ke tempat tunggu. Kurasa dia cocok dengan Disti, sifatnya sama.

Disinilah aku sekarang, ditempat yang hening, diam, bahkan orang kira dirumah ini sudah tidak ada orang. Rumah ini mirip seperti rumah kosong, bukan mirip lagi sama seperti rumah kosong. Kini aku berada di salah satu ruangannya, ruangan yang selalu ku tempati ketika malam, dan tidur. Sebenarnya aku tidak menginginkan kamar sebesar ini, aku takut. Yah aku takut sendirian.

Tek..

Apatuh yang jatuh?

Kuambil sebuah buku kecil yang dari tadi kubawa. Sekarang sisa berapa yah? Kubuka buku tadi.

Aku terkejut, sisa saldoku tinggal sediki. Aku harus bagaimana, orang tuaku sudah tak berada di sini, aku dapa uang dari mana?.

Sudahlah biar nanti saja aku mencari solusinya sekarang mending aku tidur.

Jam menunjukan jam 8 pagi, detik berikutnya, tubuhku goyang-goyang. Bukan, ini bukan gempa, masa pagi pagi udah gempa.

"Non bangun." Kata mbok

"Iya mbok." Kusingkirkan selimut tebal yang menemaniku setiap malam.

"Non sarapan sudah siap."

"Iya mbok, nanti aku sarapan."

Setelah kepergian mbok, langsung aku bereskan tempat tidurku. Aku tidak mau menyuruh mbok atau siapapun karena ini selalu aku pakai setiap malam. Jadi ini sudah tugasku.

Hanyalah suara jam menemaniku hari ini, biasanya suka ada suara burung tetangga tapi kali ini tidak.
Aku menuju tempat yang selalu aku kunjungi setiap pagi. Ruangan itu berdominan warna putih, karena menurutku warna putih sangat elegan. Kegiatanku di kamar mandi hanyalah menggosok gigi dan cuci muka, sebenarnya aku belum terbiasa dengan mandi pagi. Dinginn..

"Mbok masak apa? Harum banget." Biasanya mood aku kalau pagi-pagi suka bahagia.

"Ini ada kangkung saus tiram, ayam goreng sama kesukaan non pudding wortel." Mbok juga tahu kesukaanku, apakah dia tahu kesukaanku? Entahlah.

Kutarik kursi uang biasa ku pakai untuk makan sendirian. Sebenarnya aku sudah mengajak mbok untuk makan bersama tapi ia selalu menolak dan ada saja alasannya.

Tok.. tok.. tok..

Mbok yang sudah mengetahui ada tamu langsung menuju pintu. Dan langsung dibuka.

Masa jam segini ada tamu, gak sopan banget.

Tap.. tap.. tap..

"Enak banget lo yah makan nyantai gitu."

"Enak lah." Jawabku acuh. Yah aku sudah tahu itu Disti.

"Oke, mungkin lo lupa biar gue ingetin."

Hah? Ngingetin apa?

"Akan diadakannya mata kuliah pada jam 9 pagi di kampus IPB (Institut Pertanian Bogor) Fakultas Pertanian (FAPERTA)." Disti memberitahu seperti reporter yang membacakan berita.

Byurrrrr....

Yang tadinya air itu akan masuk ke perutku, kini terbuang sia-sia. Dan mbok sudah siap dengan lapnya.

"Kenapa kamu gak kasih tahu aku?? Aku jadj kesiangan kan??" Kulihat jam tanganku yang menunjukan pukul jam 8.30, "Aku kesiangan DISTIIIIII."

Entah apa yang ku masukan ke dalam tas. Sekarang yang terpenting aku harus memasukan beberapa buku dan balpoint. Untung saja, waktu itu aku mencuci tas kuliah.

"Dis, Disti kamu dimana?" Kuturuni tangga sembari berteriak mencari sahabatku itu. Katanya sudah siang tapi sekarang malah dia yang hilang.

"Hmm.. gue disini." Ucapnya keluar dari daerah kekuasaan mbok dengan setoples cemilan. Sebenarnya baru tadi pagi mbok bikin cemilan itu di dapur sekarang sudah dibawa Disti.

"Ayo nanti telat." Ucapku seraya melihatnya sebentar, ketika menyimpan cemilah itu ke meja ruang tamu.

Tiiit.. tiiit..

Mungkin ini terakhir kali aku memakaimu blue

Disti memasuki mobilku dengan santai, aneh dia selalu saja santai. Kulirik kembali jam tanganku, astaga tinggal 20 menit lagi, aku segera menstater dan melajukannya secepat Juan Manuel Fangi.

Astaga aku terlambat 5 menit, apalagi sekarang gurunya sangat tegas dan tidak boleh terlambat walaupun 1 detik.

"Huh ma.. af.. pak.. sa.. ya.. ter.. lam.. bat."

Hening, senyap

Kenapa tidak ada yang menjawab permintaan maafku?

"Hahahahaha." Tawa serempak dan menggelegar mengisi ruangan tersebut.

Kuangkat kepalaku, yang dari asalnya menunduk menjadi tegak. Loh?? Dimana pak Joko? Aku melihat kesamping, Disti juga tidak ada? Kemana mereka?. Tak lama aku melihat Disti dari kejauhan, jalannya begitu santai, bahkan sangat menghayati. Apa jangan-jangan dia tahu lagi kalau pak Joko tidak masuk??

Disti tersenyum melewatiku, seperti tak mempunyai dosa. Kalau saja dia bukan sahabatku, akan kujauhi dia, dia telah merusak mood makanku.

Langsung ku duduki bangku yang sudah 2 hari tak ku tempati. Suasana yang sama saat dia masih disini selalu terjadi.

Prok.. prok.. prok..

"Mohon perhatiannya sebentar. Sekarang semua mahasiswa disuruh untuk menghadiri seminar. Karena pak Joko tidak masuk, itu juga merupakan salah satu tugas dari beliau. Terima kasih atas perhatiannya."

Baru juga duduk, eh harus pindah duduknya. Aku heran, biasanya juga cewe-cewe disini tak pernah mau menghadiri seminar. Paling kalau ada hanya mau konsumsinya saja.

Aku mensejajarkan langkahku dengan Disti, mending aku nanya aja sama Disti mungkin tahu jawabannya.

"Dis, kenapa cewe-cewe kelas kita semangat hadir ke seminar?"

"Ada aja, mending kamu liat aja nanti saat seminar." Ucapnya seraya terus jalan menuju aula.

Kupilih tempat duduk ditengah tengah agar santai ketika melihatnya.

Dorrr..

Bagai tersambar petir di siang bolong, aku tak percaya ternyata dia yang mengisi acara, tapi kenapa namanya berbeda??
~~
Tunggu kelanjutannya di next part
Jangan lupa vote🌟and comment📝😄
Dan kalau ada typo kasih tahu yah 😉
Share juga cerita ini ke teman-teman kalian 😁
"Jangan lupa bahagia 😇😇"

Misteri Ilahi (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang