🌸Part 5

630 111 31
                                    

Dalam setiap masalah pasti ada solusi untuk menyelesaikannya. Entah dari Allah langsung kepada kita, ataupun lewat seseorang yang diutusnya.

***

Disinilah Alika sekarang, taman yang sangat menyejukan mata maupun hati.  Di dudukannya pantat tepos Alika disebuah bangku bercat putih. Sebenarnya, ia sudah keluar dari rumah sakit sejak 2 hari yang lalu. Ia selalu melihat, semua orang ketika keluar dari rumah sakit pasti, ada yang mendampingi. Sedangkan ia? Ia hanya seorang diri, bahkan selama dirumah sakit pun ia selalu sendiri.

Dengan tak sengaja Alika melihat ibu-ibu yang usianya masih muda, sedang menggandeng tangan anaknya. Mereka terlihat sangat bahagia, tawa pun mereka pancarkan sedari tadi. Banyak hal yang mereka rasakan, dan semua itu pasti perasaan bahagia.

Seandainya, keluarganya pun begitu. Seandainya, orang tua Alika masih bersatu. Seandainya, ada orang yang menemaniku di dunia ini. Seandainya, dan seandainya, Alika tau seberapa banyak pun kata "seandainya" diucapkan, tidak akan merubah apa yang telah terjadi.

Seseorang memperhatikan Alika dari kejauhan, dia mengamati setiap gerakan mata yang Alika perlihatkan. Cukup lama memperhatikan, seseorang itupun akhirnya mendekati Alika.

"Boleh saya duduk disini??"

Alika tersentak kaget, dengan adanya seseorang menghampiri,"Boleh," Alika menggeser sedikit tempat duduk untuk wanita itu.

"Perkenalkan nama saya Sari," wanita bernama Sari itu mengulurkan tangannya,"Kalau boleh tau, nama kamu siapa?"

"Alika," tangan yang sedari tadi Alika sentuh bangku, kini sudah bertaburan dengan Alika. Tak lupa wajah yang datar sudah menjadi identitas bagi Alika. Ia kembali melihat sepasang ibu-anak itu, dengan wajah yang mengisyaratkan kesedihan yang mendalam. Sebenarnya apa salahku? Kenapa aku tidak bisa seperti anak itu? Dia bahkan mempunyai ibu yang sayang sekali kepadanya. Sedangkan Alika??, ia tidak memilikinya.

"Mungkin Allah sedang mengujimu," seolah tau isi hati Alika, wanita tadi berkata, "Tuhan rindu padamu, dia ingin melihatmu meminta kepadanya."

Perhatiannya Sari langsung membuatnya menoleh, "Tapi kenapa? Kenapa hanya aku yang diberi ujian begini?" Ucapan Alika secara tidak sadar, membuat air di pelupuk mataku meluncur begitu saja, " Apakah aku mempunyai dosa yang besar? Sehingga tidak ada seorangpun yang mau menemaniku di dunia ini?"

"Semua orang diberikan ujian yang berbeda-beda, Allah akan menguji umatnya sesuai dengan kemampuannya."

"Tapi aku lelah, aku lelah seperti ini." air mataku keluar semakin deras. "Kenapa Allah belum berhenti mengujiku? dan aku juga menginginkan Allah mengembalikan semua yang kupunya, termasuk kedua orang tuaku," Disekanya air mata yang menggenang dipipi. Sari tidak tau apa yang Alika rasakan beberapa tahun ini, sebelum cairan bening itu kembali meluncur, ia segera meninggalkan Sari ditaman.

"Aku harap kamu bisa lebih bersabar lagi Ka," Sari berkata, setelah Alika menjauh pergi dari hadapannya.

***

Pesantren Al-Farabhi. Itulah nama tempat aku dan Qori menuntut ilmu, yang berada di Bogor. Sebenarnya, Sinta berasal dari Aceh, ia sengaja menuntut ilmu di kota orang, karena ia ingin merasakan suasana yang baru. Dan, ia juga ingin mengenal orang-orang baru. Sedangkan Qori, sudah 2 tahun Qori menuntut ilmu disini, ia sebenarnya berasal tidak jauh dari sini. Sekitar jarak 10 meter, Qori sudah bisa pulang kerumahnya. Pesantren tersebut sudah lama didirikan oleh Ustadz Yusuf Muzakir, beliau membangun pesantren, karena kemauannya untuk meningkatkan ilmu agama yang ada di kota hujan ini.

Tok..tok..tok..

Ketukan di pintu menarik perhatian kedua sahabat yang berada di dalamnya. Masuklah seorang santriwati kamar yang berisikan 3 orang, sebenarnya setiap kamar berisi 4 orang. Namun, kamar ini kurang satu orang.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Cit, ada yang bisa kami bantu?"
Ucap Sinta menghampiri Citra.

"Hmm... aku mau minta bantuan kalian, boleh???" Tanya Citra

"Memangnya apa yang bisa kami bantu??" Kali ini Qori yang menjawab.

"Begini, sekarang jadwalku kepasar, tetapi aku tidak bisa Sin. Ibuku datang kesini, aku harus menemuinya. Kemungkinan akan lama, soalnya beliau memintaku ikut keluar bersamanya. Jadi aku mau minta bantuan kalian buat pergi kepasar, boleh??" Citra menceritakan soal kedatangan ibundanya, sebelum to the point untuk meminta bantuan.

"Insya Allah, kami bisa bantu kamu Cit. Kami juga sedang nyantai kok, lebih baik kamu menemui ibumu saja, beliau mungkin sudah sangat merindukanmu". Dipesantren ini diperbolehkan orang tua untuk menjenguk anaknya kapanpun, asalkan anak itu sudah mesantren lebih dari 2 bulan.

Citra sungguh merasa lega akhirnya dia bisa menemui ibunya, setelah beberapa minggu. "Terima kasih Sin, kalau begitu aku pamit,  Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Sinta mengajak Qori untuk ke pasar. Menempuh jalanan berbatu, yang hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit, mereka sudah sampai di pasar. Namun, ditengah perlajanan, mereka menemukan seorang perempuan tergeletak dibawah halte bis. Betapa terkejutnya Sinta, kala mengetahui kemungkinan perempuan itu dirampok, kemudian dipukuli. Banyak sekali lebam yang menghiasi wajah cantiknya. Ia sudah tidak tahan, ia menangis melihat perempuan tadi, Sinta merasa kasihan, bahkan tidak ada seorang pun yang mau menolong dia.

"Qor.. seba.. iknya.. kita.." belum sempat Sinta melanjutkan ucapannya yang terbata-bata, Qori sudah tau.

"Yaudah yuk."

***

Tunggu kelanjutannya di next part😊

Jangan lupa vote🌟comment🖊and share📲 ke semua kenalan kalian 😄

Aku tau kok tuli itu selalu berkeliaran seperti halnya bakteri jadi kasih tau aku yah guys😉

"Jangan lupa bahagia 😇😇"

Salam sayang
Zaraa_Blue❤

Misteri Ilahi (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang