•• D E L A P A N •• Bagian 6

266 39 8
                                    

Mereka bingung, orang di depannya ini beneran pengantar paket atau bukan, karena selama 2 jam mereka nggak bukain pintu, orang di balik pintu itu nggak balik-balik.

Masih di sana. Setia ngetok pintu mereka.

Sampai sekarang.

Kalau kalian nanya, kenapa nggak mereka buka aja biar lebih cepet, jawabannya karena mereka takut. Kecuali Temari. Dia sudah mau buka pintu karena kesel, tapi langsung ditahan sama yang lebih muda.

Gini ya, coba bayangin kalau kalian ada di posisi mereka yang tadi pagi baru aja dapet teror secara nggak langsung, terus temen sekamar hilang satu, ditambah peraturan sekolah yang udah mutlak nggak ngizinin orang lain masuk wilayah asrama apapun alasannya. Apalagi orang di balik pintu ini maksa mereka buat buka pintu, toh kalau cuma nganter paket, dia bisa taroh di depan pintu atau nitip ke pengawas asrama, nggak perlu sampe serepot ini. Emang dia cuman nganter barang buat mereka aja, apa?

Jadi, wajar kan kalau mereka takut dan berpikiran negatif?

"Saya tau kalian di dalam. Paketnya akan saya letakkan di depan pintu."

Bener kan! Ini pasti bukan pengantar paket beneran. Tau darimana coba kalau mereka masih di dalam?

"Oh ya. Saya yakin setelah ini kalian akan berterimakasih dengan saya."

Brakkkk

Temari yang udah kesel dari tadi langsung banting pintu kamar mereka, nggak sabar mau nutup mulut si —katanya— pengantar paket pake bola.

Kosong?

Ino sama Sakura yang tadi udah ancang-ancang mau teriak, nggak jadi, karena ngeliat didepannya ini kosong. Nggak ada orang lain.

"Kosong?"

"Nggak! Gue yakin dia masih di sini. Nggak mungkin dia kabur secepat itu."

Ino yang tadinya diem jadi ngikutin Temari buat nyari orang tadi, ke lantai bawah, sedangkan Sakura juga ikut, tapi dia di lain arah, nyusurin koridor asrama yang ada di lantai mereka.

Hinata yang sendirian niatnya mau nyusul Sakura, tapi waktu Hinata mau nyusul Sakura, kakinya nggak sengaja nyenggol sesuatu.

Mungkin paket yang tadi, pikirnya.

Akhirnya dia ambil kotak yang baru aja mereka sadari keberadaannya. Dia bawa masuk ke dalam. Niatnya mau dibuka pas yang lain udah pada ngumpul.

Tunggu!

Tangannya refleks mengambil surat yang tertempel di kertas pembungkus paket, ia rasanya nggak asing sama surat yang sekarang sudah siap dia baca waktu dia sudah mastiin kalau dia sekarang lagi sendirian.

Rasa takut sudah nggak bisa Hinata hindarin lagi waktu ngeliat isi surat yang dia bawa. Kakinya melangkah mundur secara perlahan, menjauhi kotak di depannya dengan tangan yang sedikit bergetar. Oh, jangan lupa dengan tatapan tidak percayanya.

"Hin? Temari belum balik? Loh, itu apa?"

Sakura yang ngos-ngosan di depan pintu datengin Hinata. Hinata langsung ngelempar surat di tangannya ke bak sampah di sampingnya sebelum Sakura sadar.

"Ini— paket yang tadi."

"Paket apa? Nih paketnya masih di depan pintu." Celetuk Ino yang baru Dateng sambil menenteng kotak yang berukuran lebih besar dari yang Hinata dapetin.

Sial. Jadi daritadi Hinata nggak sendirian?

 Jadi daritadi Hinata nggak sendirian?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
8 [Discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang