"Gomen" ucapan dengan nada lembut tersebut masuk ke dalam pendengaran pemuda jabrik itu. Hinata menundukkan kepalanya, kedua tangannya yang tergenggam erat berada dalam pangkuannya.
Grep
Naruto memeluk erat Hinata yang tengah tertunduk. Menghirup sebanyak-banyaknya aroma lavender yang menguar dari tubuh mungil Hinata. Wangi yang menenangkan baginya dan terasa nyaman.
Hinata tersipu dalam dekapan hangat Naruto. Pipinya memerah, jantungnya berdegup kencang.
"Arigato" ucap Naruto setelah melerai pelukannya.
"Romantisnya"
Sontak kepala berbeda surai itu menoleh ke arah pintu masuk sumber suara itu. Tsunade dan Sizune perlahan mendekati ranjang Naruto.
"Wah aku tak menyangka, Naruto bisa melakukan hal romantis" ucap Sizune.
Sedangkan Naruto dan Hinata yang merasa malu hanya saling memalingkan wajah menutupi rona di masing-masing pipi mereka.
"Hei baka gaki, nyalimu besar juga mendekati Heirs Hyuga ya" ucap Tsunade sambil melipat tangannya di depan dada.
Hinata semakin menundukkan kepalanya, digoda secara bertubi-tubi oleh Tsunade dan Sizune membuat detak jantungnya berpacu semakin cepat dan semakin memunculkan rona kemerahan dikedua pipi gembulnya.
"Ano... Saya permisi undur diri" ucapan lembut dari si bungsu Hyuga seraya beranjak dari duduknya.
"Cepat sembuh Naruto-kun" sambungnya lalu berlalu meninggalkan mereka bertiga di ruangan itu.
* * *
Seminggu pun berlalu, Naruto telah pulih dan saat ini ikut ambil bagian dalam pembangunan desa yang hancur akibat perang dunia Shinobi.
Lambat laun, desa Konoha telah kembali melakukan aktivitas seperti biasanya dan semenjak perang dunia itu kelima desa besar telah berdamai.
Sejarah telah berubah dan bisa dipastikan bahwa keadaan di zaman Naruto tinggal juga berubah. Namun, bisakah dia kembali ke kehidupannya yg sebenarnya? Atau dia akan menghabiskan sisa hidupnya di Konoha?
Hal ini lah yang masih diselidiki oleh Naruto, setiap hari selesai membantu warga desa membangun kembali desa Konoha dia akan beranjak ke perpustakaan desa untuk membaca gulungan-gulungan yang mungkin akan membawanya kembali ke Jepang.
Beberapa tumpukan gulungan berserakan di atas sebuah meja panjang yang ada di perpustakaan itu. Naruto telah membaca begitu banyak gulungan, namun belum ada yang menjelaskan cara untuk kembali ke dunianya. Bahkan sudah hampir seluruh isi perpustakaan telah dicerna ke dalam otak jeniusnya.
"Haaahh" desahnya.
"Lagi-lagi tidak ada" gumamnya setelah menutup gulungan terakhir untuk hari ini.
Tangan kekarnya direntangkan ke atas untuk merenggangkan otot-otot yang mulai kaku setelah berjam-jam berkutat dengan kertas-kertas berbau tua itu.
Setelah merasa lelah membaca di perpustakaan akhirnya Naruto memutuskan pulang ke rumahnya.
Langkah kakinya perlahan membawanya menuju apartemen kecil miliknya. Sambil melihat-lihat keadaan kota di malam hari mengurangi penat dalam dirinya.
Kota yang berhasil diselamatkannya dari kehancuran. Kota yang sebenarnya sangat asing baginya, namun di kota ini ada seorang gadis yang sangat dicintainya.
Mengingat gadis itu membuat kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman.
"Hinata" gumamnya."Ya? A..da apa Na..naruto-kun?"
"Eh? Hinata?"
Naruto terkaget saat mengetahui sang gadis yang ada dalam fikirannya tepat berdiri di belakang tubuh tegapnya saat dia berbalik menuju sumber suara lembut yang mengalun ditelinganya.
"Hai. Hinata-chan" sapa Naruto.
"Ada apa?" Tanya sang gadis lavender penasaran. "Sepertinya Naruto-kun sedang banyak fikiran" sambungnya.
"Oh hahaha itu.. aku sedang mencari cara untuk membuatku kembali ke duniaku" jawab Naruto sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
Mendengar jawaban dari Naruto membuat hati kecil Hinata serasa tercubit. Hinata menunduk, menyembunyikan raut wajah sedihnya.
"Tapi sampai sekarang aku tidak berhasil menemukannya" sambung sang pahlawan yang membuat Hinata mengangkat kepalanya.
Mereka saling bertatapan, Amethys bertubrukan dengan Saphire. Saling menyelami keindahan kelereng sang terkasih.
"Naruto-kun, aku tau cara mengembalikanmu ke dunia asalmu" ucap sang gadis setelah lama terdiam saling menatap.
"Ehh?! Benarkah?" ucap Naruto terkaget dengan kalimat yang meluncur dari bibir mungil lawan bicaranya.
Anggukan sang gadis membuat Naruto kembali melanjutkan ucapannya. "Tapi aku sudah membaca semua buku di perpustakaan mengenai hal ini, namun aku tidak menemukan jurus yang mampu membawaku kembali"
"Aku pernah melakukan hal yang sama saat perang dunia terjadi"
"Kau? Pernah berada di duniaku?"
Hinata mengangguk menjawab pertanyaan Naruto.
Si pirang melipat tangannya di depan dadanya. Mencoba berfikir hal apa yang akan di lakukannya kemudian.
"Bagaimana caranya?"
"Apakah Naruto-kun akan berangkat sekarang?"
"Eh?! Tentu saja tidak. Aku harus berpamitan dulu dengan semua orang yang ada di desa ini. Mereka sangat baik padaku."
"Baiklah, katakan padaku saat Naruto-kun telah siap. Aku akan menunggu hinggga saatnya tiba."
Hinata pun berjalan menjauh dari Naruto. "Jaa mata ne" ucap Hinata tanpa melihat ke arah Naruto.
"Hinata" gumam Naruto. "Aku tak tau apa yang harus aku lakukan sekarang, aku bimbang dengan pemikiranku sendiri. Saat aku tak menemukan cara apapun untuk kembali ke dunia ku, aku sudah pasrah dan memutuskan untuk tinggal di sini selamanya. Tapi, kau datang membawa kabar ini, sekarang aku dilanda kebingungan. Di satu sisi aku ingin puang untuk bertemu keluargaku, di sisi lain aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu"
Tentu saja gumaman Naruto tak akan didengar oleh Hinata, karena dia telah jauh melangkah meninggalkan Naruto seorang diri.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
IDOL
FanfictionNamikaze Naruto, si maniak anime yang jatuh cinta pada salah seorang tokoh wanita di salah satu anime favoritnya. Walaupun banyak gadis-gadis di sekolah yang menyatakan cinta, namun semua di tolak karena hatinya telah terpaut dengan seorang tokoh an...