" Bel ayo katanya lo mau kerumah gue buruan jangan bengong mulu ntar keburu sore loh." ucap marsha sambil menarik tangan Abel untuk keluar kelas.
****
Tapi betapa terkejutnya abel dan marsha saat ingin keluar kelas, ternyata di depan kelas mereka ada seorang arga yang sedang berdiri sambil menyandarkan badannya di tembok.
"ehm btw sorry ya sha karena hari ini abel udah ada janji pergi sama gue, iya kan bel?"
"seriusan bel lo ada agenda pergi sama arga? tanya marsha curiga.
"ehhh, iya gue lupa kalo gue ada janji sama arga sorry ya sha gue gabisa ikut main ke rumah lo dan tolong sampe in permintaan maaf gue ke yang lain ya. gue pergi dulu bye marsha." ucap abel sambil berlari mengejar arga karena arga sudah lebih dahulu pergi meninggalkannya.
****
"sha abel mana kok itu anak enggak sama lo sih, apa dia lagi ke toilet?" tanya dimas saat melihat marsha keluar dari gerbang sekolah sendirian.
"emangnya lo pada enggak liat si abel pergi sama arga?"
brruuuuussssssss "ihhhhh cetta lo jorok banget sih pake nyembur nyembur gue emangnya gue kesurupan apa." omel marsha.
"sorry sha gue enggak sengaja, lagian lo sih bercandanya enggak lucu banget. mana mungkin seorang arga mau jalan sama abel, itu sangat mustahil lo tau sendirikan diibaratkan itu mereka langit sama bumi."
" mulutnya minta dicipok ya, kalo abel sampe denger omongan lo pasti dia bakal sedih." tegur
anggia.
" mau dong dicipok sama degems." ucap cetta sambil memonyong monyongkan bibirnya.
semua temannya hanya memutar bola matanya malas.
lo
****
gugup hanya itu yang dirasakan oleh abel saat ini,bagaimana tidak gugup ini kali keduanya abel duduk semobil dengan arga dan hanya berdua. jantung abel terus saja berdetak dengan cepat.
"ehemm ga btw lo ada urusan apa emangnya sama gue?"
"lo masih muda dan lo udah pikun aja, apa jangan jangan lo punya penyakit alzhaimer."
"apaan sih lo ga bercandanya receh banget." ketus abel sambil memanyunkan bibirnya.
"bibirnya tolong dikondisikan ya queen kalo bibir lo dimonyong monyongin gitu ntar gue nafsu terus khilaf terus kebablasan gimana, emang lo udah siap jadi anu gue ?" ucap arga sambil menaik turunkan alisnya.
abel hanya bisa melotot dan membulatkan matanya. abel sangat syok dengan sesuatu hal yang dikatakan arga barusan. bagaimana mungkin seorang arga bisa memiliki pikiran dan berkata hal semacam itu, membuat abel langsung ilfeel kepadanya.
" lo sakit atau gimana sih, atau mungkin lo salah minum obat atau parahnya lagi jangan jangan lo abis kepentok atau jatuh atau apa gitu ya terus otak lo jadi geser gitu?"
"maksut lo dengan mengakatan otak gue geser itu apa queen?
"lah itu lo tadi ngomong anu anu anu bukannya itu bahasa planet kan makanya gue enggak ngerti sama sekali sama apa yang lo omongin dan stop panggil gue queen nama gue abel."
"tapi bagi gue lo tetep jadi queen di hati gue, lagian nama lo kan abelina putri larasati jadi gue pengen panggil lo dengan nama yang berbeda kalo samaan itu mainstream dan gue enggak suka akan hal itu. jadi gue panggil lo putri dan bahasa inggrisnya putri itu queen jadi gue panggil lo queen." ucap arga sambil tersenyum lebar menunjukan deretan giginya yang putih dan tersusun rapi itu.
"duh gue kok jadi ngeri sendiri ya,jangan jangan emang lo abis kepentok terus lo jadi gila. amit amit yaallah." ucap abel sambil memukul mukul kepalanya.
arga yang melihat kejadian itu langsung memegang erat kedua tangan abel dan menggenggamnya, karena arga tidak ingin abel gadis yang dicintainya itu menyakiti dirinya sendiri karna tingkah bodohnya itu.
"stop it, jangan jadi orang bodoh deh lo."
"ihhhh lepasin tangan gue, lo bukan arga yang gue kenal selama ini lo arga gila yang otaknya kurang se ons."
"gue waras queen harus bilang seberapa banyak lagi hah?"
"buktiin kalo lo bener bener arga yang waras. arga yang waras itu orangnya smart dan gue rasa yang ada di samping gue ini adalah arga yang enggak smart."
"hey queen mulut"
"sssttttt jangan potong omongan gue, gue bilang lo ga smart karena lo gatau bahasa inggrisnya putri. queen itu artinya ratu bukan putri."
arga hanya tersenyum mendengar jawaban dari abel tersebut. "sumpah gue makin ngeri aja duduk deket lo apa gue lompat aja ya." ucap abel sambil menoleh ke luar jendela.
"jangan gila, gue seratus persen arga yang waras."
"tapi kenapa lo bertingkah bodoh kayak gini sih ga?"
"gue bertingkah bodoh kayak gini itu semua buat lo bel gue pengen liat lo senyum,marah,ketawa,dan yang lainnya karna apa itu semua karena yang gue liat selama ini lo hanya murung murung dan murung sekalinya lo senyum atau ketawa sama temen temen lo itu hanya senyum palsu yang lo tampilin dan gue benci banget kalo liat orang yg pura pura bahagia kayak lo itu, menurut gue itu munafik."
"jadi gue ini munafik menurut lo?" ucap abel sambil mengusap air matanya yang menetes.
ciiittttttt "gila lo ga kalo mau ngerem bilang bilang untung kepala gue enggak kejedot."
"lo emang munafik bel, sekarang lo tatap mata gue. gue sayang sama lo bel walaupun lo orang miskin atau apapun tapi gue sayang sama lo dan gue gapengen orang yang gue sayang jadi orang yang munafik gue pengen orang yang gue sayang jadi dirinya sendiri dan apa adanya. kalo sedih ya dia bilang sedih kalo perlu nangis di bahu gue kalo seneng ya seneng ketawa sekeras kerasnya dan gue pengen ngelakuin itu buat lo saat lo seneng gue yang akan jadi penyebab lo seneng dan saat lo sedih dan butuh tempat bersandar gue yang akan jadi tempat lo bersandar. jadi apa jawaban lo bel lo mau atau enggak jadi pacar gue dan syarat yang pertama dan terakhir buat lo yang gue bilang tadi pagi itu lo harus nerima gue buat jadi pacar lo dan lo gaboleh nolak." ucap arga dengan wajah penuh harapan.
abel begitu terkejut sekaligus bahagia mendengar pernyataan cinta dari arga yang terkesan dadakan kayak gorengan tahu bulat, tapi abel sangat bahagia ralat malah benar benar bahagia. abel tak kuasa untuk menjawabnya jadi hanya anggukan kepala yang diberikan oleh abel. untuk pertama kalinya abel menangis seperti saat ini, bukan tangisan kesedihan dan kepedihan yang seperti biasanya dikeluarkan oleh abel melainkan ini adalah tangisan kebahagian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILUSI
Teen Fiction#814 in keluarga #288 in pengorbanan ### Semuanya hanyalah sebatas permainan takdir saja, setidaknya itu adalah pemikiran dari Abel. Walaupun sampai saat ini dia belum mengetahui bagaimana akhir cerita yang mempermainkan hidupnya tersebut. ### Abeli...