02

1.6K 280 112
                                    

Pagi harinya, Sehun terbangun dengan Yoona yang memeluknya erat. Gadis kecil itu melingkari tubuhnya seperti ular yang licik! Menempel dan menjerat dia dengan cara yang entah bagimana terlihat menggemaskan.

Melihat bagaimana dia tertidur, Sehun pikir Yoona benar-benar tidak memiliki ketakutan dalam dirinya. Sehun adalah orang luar, secara harafiah mereka baru bertemu beberapakali dan tentu saja tidak ada obrolan menyenangkan didalamnya. Kenyataan bahwa gadis kecil ini dapat dengan mudah tidur dengan memeluknya, entah bagaimana membuat Sehun ingin menangis dan tertawa secara bersamaan. Ini adalah sesuatu yang ceroboh jika saja seseorang yang lain, yang mungkin saja memiliki niatan jahat, dapat memperlakukan Yoona dengan salah.

Sekali lagi Sehun melirik si ular kecil, tidak memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia akan bangun dekat-dekat ini. Sehun terkekeh, mengusap lembut punggung Yoona sembari memanggil namanya.

"Yoona, Yoona? Apa yang kau pikirkan untuk sarapanmu?"

Sehun adalah bujang berusia dua puluh satu tahun yang terbiasa hidup sendirian. Sesuatu seperti sarapan, dia tidak pernah benar-benar memikirkan hal itu. Mungkin roti, mungkin yogurt, mungkin juga onigiri yang ia beli di Minimarket. Dia bisa makan apapun, tidak pernah memikirkan waktu dan bagaimana ketepatannya menu itu untuk sarapan.

Dia adalah bujang dengan hutang yang masih harus dicicil setiap bulannya, hal seperti mengurus dirinya sendiri adalah sesuatu yang jelas sekali akan payah dia lakukan.

Disampingnya, Yoona hanya menggeliat. Melepaskan pelukannya untuk beberapa saat sebelum berakhir memanjat naik, menaikki dada Oh Sehun dan membuat sarang untuk dirinya sendiri merasa nyaman.

"Lima.. menit.." gumamnya, lalu memeluk Sehun lebih erat.

Ditempatnya, Sehun hanya terdiam. Memutar matanya beberapa kali  dengan gugup karena hell, ini adalah sesuatu yang baru! Itu adalah suatu seperti culture shock untuk bujang yang tak pernah merasakan pelukan anak berusia lima saat dia baru saja membuka mata!

Dia berdeham, sekali lagi mengusap punggung gadis kecil itu dengan lembut.

"Oke.. tapi kita harus belanja pagi ini."

Bisiknya, lalu dengan cepat Yoona bangun. Duduk diatas perut Sehun dengan satu mata tertutup mengantuk.

"Aku suka belanja."

.

.

.

.

.

Mereka menuju Supermarket pukul delapan tepat. Mengendarai motor tua milik Sehun melewati beberapa lampu merah dan sampai pada gedung tiga lantai yang benar-benar bersinar di mata Im Yoona. Dia suka belanja. Segala sesuatu tentang menghabiskan uang, dia menyukainya.

Sehun menggandeng tangan Yoona dengan satu tangan. Sedangkan tangan yang lain ia gunakan untuk mendorong troli belanja. Masuk menuju tempat yang menurut Yoona memiliki aroma paling menyebalkan; sayuran.

"Kulkasmu kosong. Kupikir kau tidak suka belanja." Yoona mengoceh, kepalanya celingukan mencari entah apapun itu.

Sehun menggaruk pipinya, tersenyum dengan kaku dan mulai mengambil apa-apa saja yang ia butuhkan. Masih pagi, tidak terlalu banyak orang yang memilih untuk bersusah payah bangun dari ranjanganya untuk berbelanja jadi ini benar-benar sepi.

"Ya.. aku hanya punya dua orang. Satu tukang masak dan satu pelayan. Aku adalah yang bertanggung jawab belanja hampir setiap hari." Katanya, sedikit merasa pahit untuk dirinya sendiri karena lagi-lagi membahas tanggung jawab berbelanja yang dia benci setengah mati. Dua pekerja dengan gaji pas-pasan a.k.a teman bajingannya menolak berbelanja tanpa gaji tambahan. Brengsek memang.

WINDOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang