AryaNa (1)

12K 137 2
                                    

Entah sudah berapa kali pria itu mengotak-atik handphonenya. Beberapa kali ia juga mencopot-pasang baterainya. Memang, itu bukan handphone keluaran terbaru. Bahkan bisa dibilang, itu adalah ponsel lawas yang sudah tidak diproduksi lagi.

"Tolong, gue ada perlu. Jangan mati sekarang, ya?"

Dia, Arya Wiryawan. Pria tampan yang bekerja sebagai pelayan cafe di sebuah mall. Tak terhitung sudah para wanita-wanita genit yang sengaja meninggalkan nomor ponselnya di meja cafe. Bahkan ada juga yang terang-terangan mengajaknya sekedar untuk menemani dugem.

Selama 27 tahun ia hidup, mantan saja tidak punya. Teman-temannya merasa miris. Mereka bahkan pernah berencana untuk mengajak Arya pergi kencan dengan wanita pilihan mereka. Bisa di tebak, apa jawaban Arya. 'Gue bisa pilih sendiri'.

Namun beberapa bulan belakangan, hati Arya sudah terisi seseorang. Seseorang yang selalu ngintilin Arya layaknya lintah semenjak mereka bertemu pertama kali. Wanita? Pasti. Gini-gini Arya masih normal.

Siapa lagi kalau bukan Sienna Nathalie, gadis cantik bertubuh langsing. Kaya? Beuh jangan ditanya. Di usia yang tergolong muda, 22 tahun, ia sudah menjadi pemimpin di sebuah perusahaan milik keluarganya. Tahu quotes 'Cinta itu buta' ? Mungkin itu yang terjadi pada Nana -panggilan Sienna-. Sudah beberapa kali Nana memaksa untuk membelikan sesuatu entah itu ponsel, mobil, televisi, dsb. Semua itu ditolak oleh Arya, alasannya 'Aku bisa beli sendiri'

Sebenarnya Arya sendiri sudah mengakui jatuh hati pada sosok Nana saat pertama kali bertemu, ya gitu love at first sight pada malam valentine tahun lalu. Namun setelah tahu latar belakang Nana, ia jadi takut sendiri. Arya berpikir, dia tak akan cocok bersanding dengan Nana. Jadi ia selalu mengusir kehadiran wanita lintah itu.

Hingga kini, mereka sudah menjalin sebuah hubungan. Tentunya hubungan atas dasar suka sama suka. Apa kalian penasaran siap yang mengawalinya? Arya? Tentu tidak, Nana yang menembak Arya lebih dulu. Memang dewasa ini, dunia makin terbalik ya.

'Akhirnya nyala juga' batin Arya. Segera ia menghubungi Nana untuk menanyakan perihal kencan hari ini.

"Halo, Na" sapanya lebih dulu.

"Hallo sayang, ada apa?" sahut Nana di luar sana.

"Apa kita jadi kencan hari ini?"

"Maaf sayang, aku sudah ada 'janji' dengan yang lain"

"Ya sudah kalau begitu" Arya menutup sambungan telepon seraya menghembuskan napas kasar.

Arya jelas tahu apa yang dimaksud 'janji' oleh Nana. Yups, janji kencan dengan pria lain. Sudah berulang kali Arya mengalami hal seperti ini. Sudah jelas Nana bermain di belakang Arya, tapi kenapa dia hanya diam? Hanya ada satu kata yang bisa menjelaskannya, cinta.

Arya terduduk dengan mata yang memanas. Ia tidak tahu apa kesalahannya hingga Nana berubah semenjak 2 minggu yang lalu. Ia ingin menanyakannya tetapi Nana selalu menolak tiap ingin bertemu.

Setetes air mata jatuh di pipi kirinya, bukankah semua orang berhak menangis? Tidak terkecuali pria berotot sekalipun. Arya juga manusia, dia punya hati walaupun di luar bodo amat tetapi hatinya juga rentan patah. Seumur hidupnya, menangis adalah hal paling langka, kecuali saat bayi, kecelakaan yang merenggut kedua orang tuanya, dan kini, Sienna.

Arya sudah memutuskan bertekad untuk merebut cinta Nana kembali yang sempat luntur untuknya. Karena pepatah 'Cinta tidak harus memiliki' tidak ada dalam kamus Arya.

***

Di seberang sana, tepatnya di sebuah kamar rumah sakit, tampak seorang gadis sedang menangis dan memegangi dadanya yang berdenyut nyeri. Mulut gadis itu hanya menggumamkan kalimat 'Arya, maaf' berulang kali.

"Na, ayo makan" seru Yani, ibu Nana.

"Ngga mau, ma" jawab Nana dengan suara serak.

"Biar kamu kuat, Na"

Nana menatap Yani sendu, "Nggak, ma. Buat apa makan kalo ujung-ujungnya Nana nggak bertahan lama, ma?"

Mata Yani memanas melihat penderitaan anak sulungnya ini, "Kamu nggak boleh ngomong gitu, kamu kuat. Nanti siapa yang bakal jagain mama papa?"

"Ada Vino yang bakal jagain kalian, dia pasti akan menurut"

"Vino masih kecil, Na. Pokoknya kamu harus sembuh, mama nggak mau tahu" Yani memeluk wanita tak berdaya itu dengan berlinang air mata.

Cairan bening kembali meluncur di pipi Nana, "Tapi ma, cepat atau lambat Tuhan pasti mengambilku kembali hiks"

***

CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang