Love Behind Me (2)

2.1K 75 5
                                    

Kutatap penampilanku dari ujung rambut hingga ujung kaki lewat kaca di depanku. Kaos hitam polos se-siku dengan rok se-paha motif tartan melekat pas. Rambut sebahuku tetap diurai seperti biasa.

Drrt

From : Esa
Gue nyampe

Mungkin kalian bertanya-tanya kita mau ngapain sih? Biasa sih, mau ngumpul-ngumpul. Ya walaupun gitu, depan gebetan wajib cetar ya ga tuh?

Plak

Aku menepuk punggungnya dari belakang. Entah kenapa senyumku terbit setiap melihat dia. Efek jatuh cinta mungkin.

Sejenak aku memperhatikan penampilannya. Kaos putih dengan bawahan selutut. Simple, tapi tetep ganteng di mataku. Pandanganku berpindah pada motor yang dikendarainya. Ninja. N I N J A. Ya Tuhan ini gimana aku naiknya huhu.

"Kok motormu ganti? Beat yang biasanya mana eh?"

"Ha? Beat apa?" katanya bingung.

"Pasti kamu tukar tambah kan? Hah? Trus ini aku naiknya gimana heh curut" dengusku tak suka.

"Lagian lo ga biasanya make rok"

"Ya suka-suka lah"

Esa kemudian turun dari motornya. Membuka jok dan mengambil sesuatu dari sana.

Ia menyodorkan sesuatu itu padaku, "Nih pake"

Sontak aku cengo, "Kan ga hujan, gimana sih?"

"Buat nutupin rok"

H-hah? Di-dia kan pake jaket, ya harusnya jaket itu kan yang buat nutupin kenapa malah jas hujan si. Ya Allah kesel. Pengen makan orang.

Aku menerimanya dengan hati dongkol. Daripada bolak balik ganti baju kan ya? Mending pake jas hujan sementara. Jas hujan. Huh pengen getok palanya sumpah. Kok ya ada manusia ga peka gitu.

"Udah?"

"Hmm"

Setelah beberapa menit perjalanan, sampai juga di rumah Dito, temenku juga.

"Assalamualaikum" seruku di depan rumah Dito.

"Waalaikumsalam. Langsung masuk aja." serunya dari dalam.

Kulangkahkan kakiku memasuki rumah yang lumayan mewah itu. Tampak temanku, Arin, Nina, dan Dito berdiskusi mengenai sesuatu. Aku dan Esa terlambat, sepertinya.

"Halo guys" sapaku.

"Halo, sini sini" Kata Dito seraya bergeser memberiku tempat.

"Sa, kamu ga duduk?" Seruku saat melihat Esa masih berdiri. Sedang temanku yang lain memandangku...horror? What's wrong guys?

Arin mengelus pinggangku lembut seakan menenangkanku dari suatu hal. Tentunya membuatku sedikit bingung.

"Ra, tenangin diri, istighfar"

"Ha? Apaansi Rin? Ada setan ya?" tanyaku bingung.

"Tutup mata kamu" titahnya yang kemudian kusanggupi.

"Istighfar"

"Astagfirullahaladzim" kataku dalam hati.

"Sekarang buka mata kamu"

Perlahan kubuka kedua mataku sesuai perintahnya. Arin, Nina, Dito, dan Rizky memandangku serius. Tapi Esa, kemana dia? serta Rizky, temanku yang lain kenapa tiba-tiba ada di sini?

"Esa.."

"Esa dimana?" tanyaku. Dito memegang kedua bahuku.

"Ra, please, Esa udah nggak ada"

"Ha? Becanda kamu"

"Dia kecelakaan minggu lalu, Ra. Berapa kali kita harus nyadarin kamu tentang kenyataan ini?"

Kata-kata Dito seakan menghipnotis pikiranku. Esa? Kecelakaan?

Seketika ingatanku berputar tentang Esa yang menyuruhku untuk menaiki taksi demi bertemu Ana, gebetannya. Tentang aku yang shock karena kabar Esa kecelakaan tidak lama setelah itu.

"Ta-tadi Esa nganter aku" ucapku dengan suara bergetar.

"Rizky, dia yang dari tadi sama kamu"

"Dan masalah Esa, itu halusinasimu"

Air mataku meluruh, tubuhku lunglai seakan tak bertulang. Hatiku? Tidak usah ditanya. Walaupun kejadiannya sudah seminggu lalu, tapi rasa sakitnya tetap seperti saat pertama aku mendengar berita kematiannya.

Mengapa Tuhan sangat jahat kepada Esa? Aku tidak bisa dan tidak akan bisa menerima kenyataan ini.

"Esa, Rin" Aku memeluk Arin disebelahku.

"Tuhan jahat" aduku dengan air mata yang tiada habisnya.

"Ra, ini yang namanya takdir"

"Lalu kenapa Tuhan nggak nuker nasibku sama dia aja, biar akunya yang nggak ada" kataku penuh keputusasaan.

Esa, tak bisakah kamu kembali?
Aku akan membantumu dengan Ana. Bagaimana? Tawaranku menarik bukan?

Oh atau aku harus pergi menemanimu di sana?

.
.
.

-END-

CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang