Takdir Gila

3.8K 91 6
                                    

Kayanya ni gue mulai yakin kata orang-orang tentang jumat berkah. Hari ini, seseorang nerima gue jadi pacarnya dong:). Gue gabisa bayangin seberapa bahagia gue. Pokoknya bahagia banget banget. Rasa-rasa seminggu yang lalu doi masih sedingin kulkas. Tapi emang Tuhan punya banyak rencana, dan gue berterima kasih buat itu semua.

Gue rasa-rasa pengin teriak sekarang, I LOVE U AZKAAAA.

Gadis bernama lengkap Reglaze Widyanto itu membuka kenangan masa lalunya lembar demi lembar melalui bukunya yang berwarna tosca. Itu dulu, saat pertama kali Azka menerima cintanya. Bak ketiban berlian, akhirnya perasaannya terbalas juga.

Ternyata perjuangannya selama 2 tahun itu tidak sia-sia, ia rela bangun pagi buta demi membawakannya bekal tiap hari, rela pulang malam demi menemani Azka yang sering berlatih futsal, dan rela menerima cuekan dari Azka setiap hari. Hingga akhirnya ia luluh dan menerima pintaan Glaze untuk menjadi miliknya.

"Azka..." katanya seraya menenggelamkan wajahnya pada bantal. 1 tahun sejak Azka menerima cintanya, secara mengejutkan Azka berkata bahwa ia akan melanjutkan belajarnya di luar negeri. Hancur? Sudah pasti. Kecewa? Sangat.

Dan bayangkan, selama Azka masih berada di tanah air, mereka tidak pernah date seperti pasangan pada umumnya. Jalan bersama pun jarang. Glaze kesal tentu saja, tetapi apa daya semua alasan Azka masuk akal hingga ia tak tega untuk menolaknya.

Jika masih satu negara dengan Glaze saja cueknya minta ampun, apa kabar kalau mereka beda negara? Lost contact, iya Azka mengganti nomornya, menonaktifkan semua sosmednya tidak lama setelah merantau dan tidak memberitahu Glaze.

Glaze juga pernah mengirim email tetapi ujungnya tetap sama, tidak pernah dijawab. Secara tidak langsung, bukankah itu seperti pernyataan putus dari Azka?

'Sadarlah Glaze, ia ingin terbebas darimu'

'Jangan terlalu banyak berharap, ia pasti sudah menemukan cintanya di sana'

'Tidak berusaha menghubungimu selama 3 tahun, bukankah sebuah pertanda?'

"Azka..hiks" Selalu seperti ini, Glaze menangis karena rasa cintanya yang masih mendalam. Tapi sekarang, ia berjanji pada dirinya bahwa ini terakhir kali ia menangis untuk Azka.

Dulu, Glaze akan memagari hatinya kuat-kuat sebelum Azka sendiri yang meminta putus secara langsung. Sekarang, Glaze lelah. Sangat lelah. Secinta apapun dirinya, ia juga mempunyai rasa lelah. Ia lelah menunggu dan berjuang selama ini.

Tidakkah sebuah hubungan berakhir bahagia jika kedua insan berjuang bersama?

Sepertinya kini ia perlu memikirkan ulang mengenai perjodohan dengan pilihan kedua orang tuanya. Ia juga ingin merasakan kebahagiaan nanti walaupun tanpa Azka. Ya, ia akan membuktikannya.

"Dek..." Seru ibu Glaze yang sedari tadi berdiri di ambang pintu melihat putrinya bersedih.

Buru-buru Glaze mengusap air matanya, "Iya ma?"

"Kamu kenapa sih? Berkali-kali mama ngeliat kamu nangis sendirian. Mama gatau kamu kenapa.. mama khawatir" Memang, Dewi -ibu Glaze- tidak mengetahui masalah anaknya dengan Azka. Karena sifat Glaze yang lebih memilih memendam sendiri seberat apapun masalahnya.

"Ngga papa ma hehehe" jawab Glaze dengan tawa palsu. Sebenarnya Dewi amat penasaran, tetapi ia tidak bisa memaksa anaknya begitu saja. Glaze juga punya privasi bukan?

"Oh iya ma, perihal perjodohannya"

"Insha Allah Glaze mau" lanjutnya dengan dada berdetak kencang. Semoga pilihannya tidak salah.

Mata Dewi berbinar, "Bener?"

Glaze mengangguk, "Mama seneng banget" sedetik kemudian Dewi menghujaninya dengan pelukan.

"Mama akan atur pertemuannya"

***

1 jam lagi, Glaze akan melangsungkan first meet nya dengan calon suaminya. Iya, bukan calon tunangan karena Dewi ngebet memiliki cucu.

Glaze sudah mengubah penampilannya. Ia mengenakan Off shoulder dress berwarna nude dengan high heels warna serupa tanpa disertai clutch. Padahal Dewi sudah memaksanya, tetapi Glaze bersikukuh kalau membawa clutch menyusahkan. Lagipula ia hanya membawa ponsel nanti.

Hari ini, ia akan melupakan Azka dan mulai berusaha untuk mencintai calon suaminya.

Hari ini, perjuangannya kepada Azka akan menjadi sia-sia.

Hari ini, ia akan melebur semua perasannya dan menguburnya dalam-dalam.

"Sudah siap nak?" tanya Dewi seraya memasuki kamar Glaze. Glaze mengangguk pasti.

"Ayo, papa sudah menunggu di mobil" Digenggamnya tangan Glaze lembut, menuntunnya menuju mobil.

Selama perjalanan, jantung Glaze berdegup kencang. Bagaimana calon suaminya nanti? Apakah secuek Azka? Apakah setampan Azka? Apakah apakah...... argghh Glaze tidak bisa menghilangkan Azka dari pikirannya. Terkutuklah.

"Sudah sampai" seru Agung -ayah Glaze- ketika sampai di depan restoran yang tergolong mewah.

Mereka berjalan beriringan menuju sofa pojok dekat jendela. Tampaklah dua orang paruh baya menyambut kedatangan mereka.

Kemana calon suaminya? Jangan bilang ia akan dijadikan istri ke dua oleh pria paruh baya yang baru saja menyambutnya itu. Semoga saja itu calon mertuanya.

"Malam, Pak Agung" sapa pria itu sembari menyodorkan tangannya untuk berjabat.

"Malam juga Pak Baskara"

Glaze tersenyum miring, 'Baskara?' Bahkan namanya sama dengan nama mantannya yang belum bisa disebut mantan sih karena belum ada kata putus diantara mereka. Galang Putra Baskara. Kenapa hidupnya tidak bisa lepas dari cowo sialan itu?

"Ini yang namanya Widya?" Glaze tak kaget dipanggil Widya, karena memang ayah ibunya lebih senang memanggilnya Widya daripada Glaze. Lebih mudah katanya.

"Malem, om" sapa Glaze sopan.

"Oh iya, Gilang masih belum datang.. maaf ya"

Glaze sedikit tersenyum lega karena perkiraan bodohnya tidak terjadi. Dijadikan istri ke dua? Huh, apa-apaan.

"Ayo duduk dulu" Calon ibu mertuanya mempersilakan. Wanita paruh baya yang Glaze sendiri belum tahu namanya itu terlihat sangat cantik walaupun di usia yang tak lagi muda. Semoga ia juga bisa seperti itu nanti.

"Maaf saya terlambat" Tak lama, suara berat seorang lelaki memasuki indra telinga Glaze, membuyarkan Glaze dari lamunannya. Suara itu...

Deg

Glaze mendongakkan wajahnya, jantungnya berpacu cepat. Lelaki berwajah oriental yang sangat amat ia kenal tertangkap oleh indra penglihatannya.

Azka.

Bagaimana bisa? Bukankah ia masih di luar negeri?

Glaze menangkap aura keterkejutan di mata pria itu walaupun dengan cepat ia menutupinya.

Glaze ingin menangis sekarang juga. Mengapa disaat ia mencoba move on, pria itu tiba-tiba datang menjadi 'calon suaminya' ? Ya itu masih asumsi Glaze.

Dan satu lagi, Azka dulu pernah bilang ia seorang yatim piatu. Tapi apa-apaan ini, dasar pembohong.

"Dek, kemana kakakmu? Cepet telpon, udah pada nunggu ini" titah calon mertuanya pada Azka.

Mata wanita itu kemudian beralih pada Glaze, "Widya, kenalin ini Galang. Calon adik ipar kamu"

A-Apa?!?! Ja-jadi..

Glaze terkejut untuk yang kedua kalinya. Jantungnya berdetak sangat kencang. Gila ini benar-benar gila.

Apakah memang takdir Tuhan sebercanda ini?

Tidak bisakah Tuhan mencabut nyawanya sekarang juga.

.
.
.

-END-

CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang