Cinta Monyet

2.7K 72 2
                                    

Gadis itu duduk di depan kaca dengan tangannya yang menyangga dagu. Tatanan rias sederhana namun terlihat elegan mempercantik wajah mulusnya.

Hari ini adalah hari penting, menurut keluarganya. Hari penting yang tidak ia inginkan bahkan berharap tidak pernah terjadi.

"La, calon tunangan kamu udah otw.. siap-siap ya" seru seorang perempuan muda di belakangnya. Gita, penata rias sekaligus sahabat karibnya.

Sheila tidak pernah membayangkan di usia yang menginjak angka 28 ini harus dijodohkan dengan lelaki yang sama sekali tidak ia ketahui bentuk wajahnya.

Malu untuk mengakui, tapi memang selama ini ia tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki. Semua lelaki yang berniat mendekatinya selalu hilang tanpa kabar sebelum jadian.

Apa dirinya munafik jika berpikir ada seseorang yang bertindak dibelakangnya hingga membuat dirinya menjadi jomlo sejak lahir? Seperti, dukun? Oh semoga saja tidak.

"Hfft..andai kamu kembali" ujarnya menghela napas. Ya, andai teman masa kecilnya kembali dan memenuhi janjinya pasti ia sudah menikah dari dulu.

Sheila berusia 9 tahun sedang mengabsen seluruh bangku taman dengan matanya. Bocah lelaki yang katanya hendak membeli es krim itu tidak kunjung kembali. Walaupun masih siang tetap saja hatinya was-was, ia takut ditinggal sendirian di sini.

20 menit berlalu, dan ia masih sendiri di tengah keramaian taman. Matanya mulai membasah. Ia menyesal menuruti kata bocah itu untuk pergi diam-diam tanpa awasan orang tuanya.

Pluk

Sebuah kerikil mengenai lengannya. Ia mendongak. Itu Tantra! Bocah yang gemar membullynya di sekolah. Sontak, tubuhnya bergetar. Ia sendirian di sini dan bertemu setan kecil itu.

"Ian..kamu dimana? hiks hiks"

"Ih dasar cengeng" ucap Tantra mengejek. Tangannya merendah, mencari kerikil lain yang sekiranya dapat ia lempar pada gadis cengeng di depannya ini.

"Ian..hiks hiks" tangisnya semakin kencang.

"Eh Sheila..lihat sini dong" Sheila mendongak. Melihat Tantra yang sudah siap melemparnya dengan batu berukuran sedang. Ia takut, sangat takut.

Tantra mengayunkan tangannya, dan...

Grep

Ian datang, mencegah Tantra melakukan hal keji itu. Kemudian ia mendorongnya hingga Tantra terjungkal dengan lutut berdarah.

"IAANN...hiks hiks hiks" Sontak Seila beranjak kemudian memeluk Ian di depannya.

"Kamu kemana aja? hiks hiks" tanya Sheila dengan tangis tak kunjung reda.

"Maaf La, pak es krimnya tadi pergi jadi aku ngejar dulu. Nih" ujarnya seraya menyodorkan sebungkus es krim pada Sheila. Ya, ia hanya membeli satu karena tidak membawa cukup uang.

"Aku takut"

"Aku udah di sini, La. Sheila aman"

"Kalau Tantra dateng lagi gimana?"

"Ian bakal lindungin Sheila selamanya" ucap Ian mengelus rambut panjang Sheila.

Sheila mendongak, "Janji?"

Ian mengangguk pasti, "Janji"

"Sampe Sheila besar nanti?"

"Iya"

"Gimana caranya?"

"Ian akan menikah sama Sheila" Sheila yang kurang mengerti dengan arti pernikahan hanya mengangguk.

CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang