pengalaman pertama

10 2 0
                                    

Malam itu terasa begitu panjang bagi fanya dan arif, mereka masih duduk di cafe dan menghabiskan makanan merekan masing-masing, tak ada pembicaraan saat itu, mereka berdua hanya diam, fanya berusaha untuk tetap tenang, dan mengontrol perasaannya, namun cowok yang bersamanya nampak biasa-biasa saja.

"Hmm gue ke toilet dulu ya" akhirnya fanya menyerah, dan pergi ke toilet untuk sejenak menangkan dirinya.

Arif hanya mengangguk.

"Aduh gimana nih, arman tega banget sih ninggalin gue sama orang kayak gitu, walaupun gue suka sama dia, tapi gue ngga suka di anggurin gitu, seengganya ngajak ngobrol kek apa, masa harus gue yang memulai obrolan, jadi cowok kok gengsian banget sih, ngeselin" pertemuan malam ini membuat fanya menemukan kekurangan arif.

Fanya kembali ke tempat duduknya ia melihat makanan arif sudah habis, sedangkan makanan fanya masih tersisa banyak, tapi fanya lebih memilih untuk membereskan barangnya dan bersiap untuk pulang karena ia tak mau membuat arif menunggunya selesai makan.

"Mau kemana?"
Akhirnya kebekuan itu mencair, mulut arif menyerah dari kebisuannya.

"Pulang"
Fanya hanya menjawabnya singkat

"Itu makanan kamu masih banyak"

"Kenyang"

"Abisin dulu baru kita pulang"

"Beneran gue kenyang"

"Ya udah kalo gitu, di bungkus aja ya buat dirumah"

"Ehh ngga usah"

"Mas"
Arif memanggil pelayan cafe

"Ini minta tolong dibungkus ya"

Wajah fanya nampak kesal.

"Kenapa?" Arif menaikan satu alisnya

"Ngga"
fanya tampak kesal dengan cowok yang didepannya itu.

Tak lama kemudian pelayan menghantarkan bungkusan sisa makanan fanya.

Mereka berdua keluar dari cafe itu, fanya melihat motor jadul berwarna merah yang terparkir didepan cafe itu, arif menaiki motornya dan fanya masih berdiri.

"Ayo cepet naik"

Akhirnya fanya menuruti perintah arif. Dalam perjalanan tak ada pembicaraan diantara mereka, mereka hanya diam, tak ada yang mau mengalah untuk memulai obrolan.

Masih belum jauh dari cafe tadi, tiba-tiba hujan turun sangat lebat, tapi arif tetap melanjutkan perjalanannya dengan menerobos hujan, namun ia melupakan sesuatu ia menggunakan motor jadul, motor yang mereka tunggangi mati, akhirnya mereka mencari tempat berteduh.

"kenapa motor lo?"

"Ngga tau nih ngadat"

"Jadi?"

"Ya udah mau gimana lagi?"

"Jadi gue harus nunggu disini?"

"Ya terus mau gimana lagi, lo mau jalan nerobos ujan gitu"

Arif masih sibuk dengan motornya, fanya masih menatap kesal, ia tak menyangka cowok yang selama ini ia kagumi ternyata tak seperti yang terlintas dalam ruang khayalnya, arif cowok nyebelin.

"Kenapa?"
Arif menyadari bahwa ia sedang di perhatikan.

"Hih GR banget"

"Bukanya GR , saya ngga suka aja diliatin gitu, seakan-akan saya salah sama kamu"

"Ya emang lo salah"

"Lah salah saya dimana"

"Pikir aja sendiri salah lo dimana" fanya menjauh dari arif dan duduk di tempatnya beteduh.

"Satu hal yang paling penting diingat, jangan terlalu dalam mencinta karena bisa jadi suatu saat menjadi benci
Karena cinta dan benci itu beda tipis"

Arif memperhatikan fanya dari kejauhan, fanya tampak kedingingan, tapi karena gengsinya yang terlalu tinggi arif enggan memberikan jaketnya untuk fanya, wajah fanya semakin memucat dan tubuhnya mulai terlihat lemas, arif merasa khawatir dengan keadaan fanya, akhirnya rasa ibanya mengacurkan tebing gengsi yang tertanam dalam dirinya.

Ia mendekati fanya dan melempar jaketnya ke arah fanya.

"Pake nih"

Fanya terkejut

"Ngga usah"
Fanya kembali meleparkan jaket itu ke arif.

"Bisa ngga sih kali ini aja ngga usah nglawan" arif membentak fanya

Fanya hanya terdiam, ia mulai merasakan dingin yang menusuk ketulangnya, tubuhnya semakin terasa melemas, pandangannya pun mulai kabur, tubuhnya mulai tumbang, tapi arif mendekapnya, arif menyadarkan tubuh fanya pada bahunya, ia menyelimuti fanya dengan jaketnya, ia melihat fanya tampak lemas ia bahkan tak mampu untuk duduk tegak, tapi hati kecilnya bicara, fanya bukanlah muhrimnya, ia tidak bisa terlalu lama mendekap fanya seperti ini, ia pun merasa gemetar karena ini kali pertamanya ia sedekat ini dengan wanita yang bukan muhrimnya. Akhirnya ia lebih memilih untuk menyandarkan tubuh fanya pada kursi.

Ia mengambil minyak angin di dalam tasnya dan memberikan kepada fanya.

"Masih bisa pake sendiri ngga"

Fanya hanya mengangguk lemas. Fanya mengoleskan minyak angi pada telapak tanganya, dan minyak angin tersebut membuatnya lebih hangat.
"Gimana mendingan ngga?"

"Allhamdulillah mendingan"

Arif hanya menatap wajah gadis itu yang masih terlihat pucat. Ia melihat hujan sudah reda, motor arif sudah kembali nyala, ia melirik ke arah fanya untuk memastikan fanya baik-baik saja.

"Yu kita pulang, kamu masih kuatkan"

Fanya hanya mengangguk, ia bangkit dari tempat duduknya dan mulai berjalan pelan menuju motor arif, sementara arif mengikutinya dari belakang.

Dalam perjalanan arif nampak cemas dengan keadaan fanya, tapi ia tidak bisa melakukan apa" ia hanya diam. Mereka sampai di depan rumah fanya.

"Makasih ya"

Arif hanya mengangguk

Fanya membalikan badan dan mulai meninggalkan arif.

"maafin saya, tadi ngebentak kamu" fanya mendengar suara itu, ia membalikan badannya dan memastikan itu keluar dari mulut arif.

"Hmm ia ngga papa"

"Ya udah saya dulua, assalmuallaikum"

"Waallaikum salam"

Malam ini bisa disebut dengan malam yang menyebalkan dan menyenangkan bagi fanya, ia dibuat kesal dengan sikap arif yang gengsian dan cerderung tak acuh, namun di balik itu semua malam ini ia tau juga beberapa kebaikan arif yang membuatnya semakin suka, sampai-sampai ia lupa jaket arif masih melekat pada badanya.

Dan malam itu merupakan pertama kalinya ia berboncengan bahkan berduaan dengan cowok selain arman.

Pantengin terus ya.
Tunggu update'n selajutnya, kalo ada unek" tuliskan saja di kolom komentar, jangan sungkan..😂😁

See you guys..😍😍





Realita cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang