arti seorang sahabat

2 1 0
                                    

Fanya sudah memustuskan untuk segera meredam semua perasaan cinta itu, karena ia tak mungkin bisa menghadapi kenyataan pahit itu, apabila cinta itu masih tumbuh liar di hatinya.

"Fan lo kenapa sih? Dari tadi gue perhatiin kebanyakan nglamun?" Arman merasakan sosok fanya yang dulu kembali hadir, fanya tak pernah mengembangkan senyuman, ia sangat bahagia karena akhir-akhir ini fanya banyak berubah, fanya menjadi cewek yang lebih ramah, lebih murah senyum, baru saja arman akan melepaskan predikat ratu jutek dari diri fanya, tapi fanya sekarang telah kembali seperti semula, alhasil arman tidak bisa melepaskan predikat ratu jutek pada fanya.

"Kepo lu"

"Tuh kan mulai lagi wah, kayanya virus jutek lo kumat lagi ya"

"Sembarangan lo kalo ngomong, lo yang kenapa man? Perasaan dari dulu gue kaya gini? Dan ngga pernah tuh komplen sama gue?"

"Engga ah, beberapa hari terakhir lo banyak berubah ah, banyak senyum, banyak bicara juga, tapi sekarang lo malah balik lagi jadi ratu jutek"

"Yah lo mah ngada-ngada kali, orang gue gini-gini aja, ngga ada yang berubah" fanya tetap mengelak.

"Hmm boleh gabung ngga" suara itu cukup mengagetkan fanya dan arman.

"Eh lo rif, sini gabung aja" arman membalas arif dengan ramah, sembari mempersilahkan arif duduk di sampingnya.

Sementara fanya mulai ketar ketir ketika pendengarannya menangkap suara itu, jarum itu kembali menusuki hatinya, nafasnya mulai tak teratur, rasanya fanya ingin teriak sekencang-kencangnya meluapkan semua luka di hatinya namun suaranya tertahan di batang tenggorakan, yang kelua hanya genangan air di pelupuk matanya.

"Man gue duluan ya" fanya berdiri dan melangkah meninggalkan arif dan arman.

"Eh fan lo kenapa?" Arman tampak kebingungan dengan sikap fanya.

sementara arif hanya mengerutkan dahinya, ia pun bertanya-tanya ada apa dengan fanya, padahal ia ingin menanyakan mengapa ia pergi begitu saja tadi malam.

"I'm okey man" sambil mengangkat jarinya yang berbentuk huruf 'o' mengisyaratkan bahwa dirinya baik-baik saja.

***

Ketika bel pulang sekolah berbunyi fanya bergegas untuk pulang, kini hatinya sedang berkecamuk, ia tak pernah menyangka dirinya selemah ini, hanya karena sebuah cinta, rupanya prinsipnya yang selama ini ia bangun sangatlah tepat, namun prinsip itu mulai goyah ketika arif merebut hatinya, hanya dengan sebuah tatapan.

Sekarang fanya berdiri menatap gagahnya sang langit dengan warna birunya yang pekat didominasi dengan corak mewah dari sang awan, diatas jembatan kayu menancab kokoh di permukaan air danau, danau itu menjadi tempatnya menyendiri, menyepi mencurahkan semua kegundahan di hatinya yang ia lampiaskan kepada puluhan batu krikil yang akan ia lemparkan sejauh-jauhnya dengan menggunakan seluruh tenaga yang terdorong oleh emosi dan nafsu, dan ketika krikil itu habis hatinya akan terasa lebih tenang, itulah kebiasaannya fanya sedari kecil.

"Fan krikilnya udah habis kita pulang yuk, udah sore" suara itu mengaget fanya, suara itu tidak asing lagi baginya

Fanya menghapus air matanya, karena ia tak ingin ada seorangpun yang tau tentang masalahnya, dan perlahan-lahan ia menoleh, rupanya dugaannya benar, itu arman, rupanya arman mengikutinya sampai ke sini.

"Lo ngapain ngikutin gue" fanya melangkah mendekati arman.

"Gue khawatir sama lo" arman mengenggam tangan fanya.

"Fan, gue ngga pernah nuntut lo buat cerita semua masalah lo ke gue, karena gue tau ngga semua masalah perlu diceritain, tapi gue minta tolong sama lo, walaupun gue ini belum bisa menjadi pendengar yang baik, tapi izinin gue untuk jadi sandaran lo fan, pundak gue selalu siap setiap kapanpun lo butuh sandaran, dan jari ini dengan sigap akan menghapus air mata lo, karena gue ngga mau kalo lo selalu memendam dan menghadapi masalah lo sendirian, setidaknya itu semua bisa membuat gue pantas disebut dengan seorang sahabat, karena seorang sahabat tidak akan membiarkan sahabatnya menghadapi masalahnya sendirian" mendengar ucapan arman barusan, membuat fanya besyukur karena ia masih mempunyai seorang sahabat.
Ditengah ketidaksempurnaan keluarganya, dan kegelisahan atas pupusnya cinta pertama. Ternyata ia masih mempunyai araman seorang sahabat yang selalu mendukung, dan selalu membantunya, hingga fanya tak sadar air matanya kemabali membanjiri pipinya yang kian memerah.

"Man.. makasih ya" arman mendekap tubuh fanya.

Fanya merasakan ketenangan ketika dalam pelukan arman, akhirnya ia menemukan seorang sahabat yang tulus menyanginya selaknya seorang sahabat yang sesungguhnya.

Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini..

Maaf ya kalo agak sedikit nglantur, namanya juga masih proses belajar..

Jangan lupa vote & komennya ya, karena semua itu sangat berarti untuk saya..

See you😍

Realita cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang