16. Konflik (2)

47K 2.3K 62
                                    


Dua hari berlalu hubungan Ani dan Budi terasa makin merenggang. Budi berubah, makin pendiam dan dingin. Budi juga selalu menyibukan diri dengan pekerjaan padahal dua hari ini Ani di rumah saja tidak kemana-mana.

Ani mulai jengah dengan renggangnya hubungannya bersama Budi. Dan Ani harus secepat mungkin menyelesaikannya.

Ani berniat untuk datang ke tempat Budi bekerja. Sambil membawakan bekal makan siang.

Ani menaiki angkutan umum, dalam perjalanan ia tak hentinya tersenyum membayangkan Budi yang akan senang dibawakan makanan kesukaannya. Tapi siapa yang akan menganggapnya gila meski Ani senyam senyum sendiri, yang ada setiap orang malah akan terpesona dengan senyum cantiknya.

Sampai di kantor kerja Budi, Ani bertemu dengan Eko dan Ambar. Juga dengan Ardi yang langsung tebar pesona dan juga modus pada Ani, karena Ardi belum tau status Ani sesungguhnya. Yaitu istri dari temannya sendiri, Budi.

Ani sudah mengatakan jika ia adalah istri Budi tapi Ardi malah ngakak tak percaya, katanya ia baru akan percaya kalau Budi sendiri yang mengatakan jika Ani adalah istrinya. Alhasil selama Ani di situ Eko dan Ambar pun terpaksa menjadi perisai untuk melindungi Ani dari playboy cap kaki tiga macam Ardi.

"Mbak Ambar, apa mas Budi masih lama urusannya?" Ani mulai bosan karena sudah tiga jam lebih dirinya menunggu Budi, sedangkan Budi sendiri kata teman-temannya sedang ada pekerjaan di luar kantor bersama beberapa anak magang.

"Duh aku juga gak tau dik Ani, hari ini juga kebetulan ada beberapa anak kuliahan yang magang disini. Mungkin itu juga yang bikin lama. Apa kamu mau pulang aja? Siapa tau mas Budi gak balik lagi ke kantor dan langsung pulang setelah urusannya beres. Udah sore juga ini."

Ani mengecek jam tangannya, dan memang sudah jam 3 sore. Mungkin sebentar lagi mbak Ambar dan orang-orang yang lain juga akan pulang.

"Ya sudah mbak, aku balik aja kalo gitu." pamit Ani dengan lesu.

"Dik Ani, tunggu sebentar, mas Ardi antarkan pulang." Ardi dengan semangat 45 beranjak dari kursi kerjanya tapi belum sempat melangkah kedua bahunya sudah ditekan dan di dudukkan paksa oleh Eko.

"Udah selesein aja kerjaanmu yang belum kelar-kelar itu. Jangan modus mulu kamu."

"Apaan sih Ko, aku mau nganterin dik Ani sebentar. Kasian cewek cantik dibiarin pulang sendiri." bisik Ardi tapi masih dapat di dengar oleh Ani dan Ambar yang mejanya tidak jauh dari meja Ardi dan Eko.

"Gak usah mas, terimakasih. Mas Ardi selesein dulu aja kerjaannya. Aku gak apa-apa kok pulang sendiri. Udah ya aku pamit."

Ani keluar di antar oleh Ambar.

"Terimakasih mbak."

"Iya, hati-hati loh."

Ani pulang dengan menaiki bis lagi. Saat bisnya berhenti di lampu merah, mata Ani tak sengaja melihat Budi yang sedang berada di atas motor dengan membonceng seorang gadis.

Mungkin jika hanya sekedar boncengan biasa hati Ani akan baik-baik saja, tapi apa ini. Gadis yang dibonceng mengaitkan kedua tangannya melingkar di pinggang Budi, dan Budi terlihat biasa saja di peluk oleh gadis itu dari belakang.

Ani cemburu.

***

Saat Ani sampai di rumah, ternyata Budi sudah lebih dulu sampai.

Ani bersikap seolah tidak ada masalah apa-apa. Padahal Ani sedang menahan sesak dalam hatinya. Saat Ani masuk rumah, Budi sama sekali tidak menanyakan ia habis dari mana. Menoleh saja tidak. Namun Ani tetap menampilkan senyumnya meski terlihat sedikit dipaksakan.

Mendadak Jodoh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang