A hundred reason to cry

31 0 0
                                    

Orang yang pernah di cintai
Saya sudah tidak memilikinya
Beberapa cerita
Memiliki alasan untuk sedih
Cintaku kali ini
Tidak bisa selamanya
Orang yang terlewati
Apakah bisa kembali

Benar kata orang, kalau penyesalan selalu datang di akhir.

Seharusnya kini aku sedang duduk berdua di balkon rumah kami membicarakan tentang masa-masa sebelum menikah, atau membuka kado pernikahan kami.

Atau seharusnya kami masih di pantai menikmati angin pantai yang menerpa kami dan membuat gaun pernikahan ku beterbangan.

Bukannya merenung di kamar ku dengan lagu yang diputar keras-keras seperti ini. Dengan air mata yang turun sedikit demi sedikit.

Seharusnya jika aku ingin hal indah itu terjadi aku tidak menghianati dia. Memang semuanya salah ku, benar-benar salah ku.

Saat Jackson membanting tulang di China demi kehidupan kami, aku disini malah menghianatinya.

"Aku tidak ingin menikah dengan seseorang yang masih mempunyai pacar," ujar Jackson.

"Ap—apa?" tanya ku bingung.

"Ayo kita batalkan pernikahan ini!" ucap Jackson lagi, aku menghentikan kegiatan ku dan menatap wajahnya.

"Maksudmu?" tanya ku.

"Kau lanjutkan hubungan mu dengan Jinyoung." tegas Jackson. Aku melebarkan mata ku.

"Itu ti—tidak seperti yang kau pikirkan Ja—-"

"Apanya yang tidak seperti aku pikirkan? berkencan di setiap akhir pekan, ciuman romantis kalian di disneyland jepang? pergi ke namsan tower? selfie romantis kalian?"

"MANA YANG BUKAN SEPERTI AKU PIKIRKAN?" aku tersentak saat suara Jackson meninggi.

"Mana yang salah? mana yang ingin kau sangkal?" tanya Jackson.

Aku menumpahkan air mata ku.

"Iya memang itu semua benar," ucapku.

"Kau tau aku di sana belajar dan bekerja, hanya untuk mu Jiu! apa yang kau lakukan disini?" tanya Jackson lagi.

"Saat itu aku jenuh Jack, aku ingin melakukan hal romantis tapi kadang aku tidak tahu harus melakukan dengan siapa, saat aku ingin memeluk seseorang aku tidak tahu harus memeluk siapa," ucapku.

"Kita batalkan pernikahan kita," putus Jackson dan ia pun pergi.

Aku memeluk lutut ku dan menangis sekeras-kerasnya melampiaskan kekesalan ku. Aku baru sadar mengapa aku sebodoh itu.

Ketukam pintu menginterupsi ku, itu pasti Jaebum kakak ku yang membujuk ku untuk segera membuka pintu untuk makan dan melakukan hal berharga lain daripada merenung seperti ini.

Keesokan harinya aku terbangun dan mendapati diriku di kaca dengan mata yang bengkak dan tubuh seperti Zombie.

Setelah seminggu tidak makan kemarin aku lapar juga, hari ini aku memutuskan untuk keluar kamar setelah aku mandi.

Aku duduk di meja makan, menunggu Jaebum untuk sarapan bersama.

"JIU?" ujar Jaebum saat melihat aku sedang menopang dagu ku.

"Aku disini oppa," jawab ku.

"Akhirnya kau mau keluar makan, kau mau makan apa? sushi? nasi goreng? daging asap? ayo bilang pada oppa," ujar Jaebum.

"Oppa, aku akan makan apa yang ada di depan ku saja tidak usah berlebihan," jawab ku.

"Ahh ara, makanlah ayo makan," ucapnya lagi.

Imagine (Exo/Seventeen/got7)Where stories live. Discover now