Perkenalan Dan Pertemuan

1.3K 50 3
                                    

Di lapangan yang luas.

Para fans yang kini terdiam dan bertanya-tanya siapakah yang berjalan di belakang The Most Wanted Boys itu, memilih bubar dan kembali ke kelasnya masing-masing.

Liem, mengajak teman-temannya itu ke kantin terlebih dahulu, sebelum bel tanda masuk berbunyi.

"Kalian ikutan gak?" Tanya Liem kepada Adik dan rekan-rekannya. Mereka berempat mengangguk setuju lalu mengikuti kemana arah kakak-kakaknya pergi.

Di kantin, The most wanted boys bertemu juniornya yang tak kalah famous nya di sekolah. Tak lain adalah Alaska Galensky, Alief Greenath, Bryan Ferdinand, dan Agra Billy.

Ketika Al menyadari bahwa di belakang seniornya ada empat orang gadis, Al pun membuka pembicaraan terlebih dahulu.

"Kak, duduk dulu kali." Kata Al mempersilahkan Liem dan temannya untuk duduk.

Liem dan lainnya pun menuruti perkataan Al kecuali empat gadis yang baru saja memijakkan kaki di sekolah itu.

"Kak, ini semua adek-adek lo?" Tanya Agra kepada Liem lalu menatap Ara yang asik menebarkan senyum.

"Enak banget lo bilang adek gue semua, adek gue cuma satu dan selamanya satu," jawab Liem.

"Iye, Kak. Maafin gue, udah lancang." Ucap Agra meminta maaf. Liem hanya mengangguk mengiyakan.

"Terus adek lo yang mana, Kak?" Tanya Bryan.

"Adek gue yang tas pink namanya El, yang tas peach adeknya si Nash namanya Ara, terus yang tas abu-abu adeknya Devan namanya Fiya, dan yang tas item adeknya Bagas namanya Izka," jawab Liem menjelaskan.

Al dan teman-temannya pun mengangguk tanda mengerti.

El yang mulai bosan melihat kakak dan teman-temannya mengobrol itu pun mengambil inisiatif untuk pergi mencari ruang kepala sekolah. Izka yang setuju pun langsung meminta izin kepada kakaknya.

"Kak? Gue sama temen-temen mau nyari ruang kepsek dulu ya, biar cepet tau kelas gue dimana, bosen gue liatin lu nongkrong disini," pamit Izka.

Bagas hanya mengangguk tanda setuju. Sedangkan Nash masih bertanya yang membuat Izka membuang muka.

"Eh, Ka. Lo nggak mau kenalan dulu sama junior kita, kali-kali lo kesangkut sama salah satunya," goda Nash.

Nash memang sering mengganggu Izka karena dia suka mengganggu cewek yang jutek seperti Izka.

"Apaan sih lo, Kak. Ga jelas banget." Jawab Izka.

El pun juga melakukan hal yang sama begitu pun Ara dan Fiya.

"Kak? Gue sama yang lain duluan ya," kata El.

"Lo tau dimana ruang kepseknya? Awas ae nyasar, haha." jawab Liem dengan nada mengejek.

"Kita gak bisu kali, Kak. Kita bisa nanya kalau kita gak tau ruangannya di mana. Ya udah gays ayo buruan!" Jawab El dengan kesal dan berlalu pergi meninggalkan kumpulan para cogan itu.

Saat mereka berjalan menelusuri sekolah untuk mencari ruang kepala sekolah, mereka menjadi pusat perhatian dan menjadi bahan pembicaraan. Mereka hanya acuh tak acuh dan pura-pura tidak mendengar. Hingga sampailah mereka di depan ruang kepsek yang mereka cari.

"Eh, Ka. Lo aja deh yang masuk duluan, gue malu." Kata Ara yang mulai menampakkan sifat aslinya.

"Enak banget lo ngomong Ra, ogah gue mah." Jawab Izka dengan gengsinya.

"Udah-udah, ngapain sih debat di sini, baru hari pertama sekolah juga. Udah gue aja yang masuk duluan," kata El yang menjadi penengah.

Akhirnya El masuk ke ruang kepsek terlebih dahulu disusul ketiga sahabatnya.

"Assalamu'alaikum, permisi," kata El dengan nada meminta izin untuk masuk.

"Masuk!" Jawab orang yang ada di dalam, tak lain adalah kepala sekolah.

Di ruang kepala sekolah, El langsung mencium punggung tangan kepala sekolah itu dan mengobrol layaknya seseorang yang sudah kenal sejak lama.

Fiya, Izka, dan Ara pun heran, kenapa El bisa seakrab itu dengan kepala sekolah tersebut, sementara mereka baru saja bertemu.

Kepala sekolah tersebut lalu mempersilahkan mereka duduk, untung saja kursi di ruangan itu jumlahnya cukup untuk mereka berempat.

"Oke anak-anak, perkenalkan saya Bondan Alexander. Murid-murid di sini biasa panggil saya Pak Bondan, jabatan saya disini sebagai Kepala Sekolah. Kalian pasti heran mengapa saya bisa sangat akrab dengan El bukan? Jadi begini, sekolah ini adalah sekolah milik keluarga El, dan saya sendiri adalah Pamannya." Jelas kepala sekolah tersebut.

Mereka mengangguk tanda mengerti.

"Oh iya, untuk kelas sudah saya kondisikan. El kamu nanti bisa langsung ke kelas kamu yaitu XI IPA 1 dan kalian bertiga tetangganya yaitu XI IPA 2." Pak Bondan menjelaskan.

"Ih, masa Bapak gak adil. El jangan dipisahin sama kita, Pak." protes Ara yang tidak terima.

"Sudah jangan banyak protes, El saya letakkan di XI IPA 1 karena di sana ada seseorang yang menurut bapak bisa ia kalahkan. Oh iya, nanti kalian ke kelas bersama guru bidang studi yang bersangkutan," jelas Pak Bondan.

El pun mengerutkan dahi, tanda ia bingung.

Bersambung...


Al & El✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang