Dear Izka

567 29 0
                                    

Setibanya di sekolah.

"Wih, makin keren aja nih babang Al." Ejek Alief yang sedang duduk di atas motornya.

"Eh iya dong, pangerannya El harus tampil keren terus ya kan El?" Respon Al sambil menjahili El.

El yang baru saja turun dari motor Al, hanya mengangguk tanda mengiyakan.

Tak lama kemudian. Izka, Ara, Agra, Fiya, dan Bryan pun datang. Derungan motor Agra dan Bryan memekakkan telinga. Hanya Fiya dan Ara yang menggunakan mobil, Izka menggunakan motor kakaknya karena kakaknya lebih dulu memakai motornya.

"Hai warga dunia!" Sapa Izka.

"Hai bidadari turun dari surga." Sapa Alief balik.

"Yah, temen gue ngenes." Sindir Bryan. Lalu disambut dengan tawa teman-temannya.

Izka hanya merespon dengan menaikkan alisnya sebelah kiri. Sehingga membuat Alief menjadi bahan candaan teman-temannya.

"Lo gak boleh gitu, Ka. Kasian Alief." Kata Ara membela Alief.

"Tuh dengerin Ara tuh. Udah ah gue mau ke kelas, bye!" Pamit Alief yang sudah bosan dijadikan bahan candaan oleh teman-temannya.

"Yah, babang Alief ngambek." Canda Bryan, Alief tetap berlalu pergi dari parkiran.

Setelah beberapa menit berbincang-bincang, akhirnya yang lain juga meninggalkan parkiran dan menuju kelasnya masing-masing.

El tidak langsung ke kelas, tapi ia ke kelas teman-temannya terlebih dahulu untuk meminjam buku yang ada di laci meja Izka.

Saat El meraba laci meja Izka, El terkejut saat menemukan seuntai bunga mawar putih yang merupakan bunga kesukaan Izka. Bunga itu di tempelkan pada sepucuk surat.

"Oh, gue tau ini kerjaannya siapa. Pasti Alief." Terka El. Lalu El memanggil Izka yang sedang menyalin tugasnya yang belum sempat ia selesaikan semalam.

"IZKAAAAAA!" Teriak El.

"Etdah, apaan? Nyelow dong manggilnya. Kaget gue tau," jawab Izka.

"Liat ni ada surat buat lo. Gue dapet di laci meja. Ada bunga kesukaan lo juga." Lanjut El.

"Bodoamat!" respon Izka yang hendak merobek surat itu.

"Eh eh apaan tu, Ka jangan di robek dong. Gue mau baca, sini gue aja yang baca kalo lo ga mau baca." Kata Ara yang disusul anggukan setuju El dan Fiya. Lalu Izka memberikan surat itu ke Ara dan mengambil bunganya.

"Yeu Izka, ga mau baca suratnya tapi ngambil bunganya." Ledek Fiya.

"Nih, gue bacain ya," kata Ara.

"Dear Izka, Lo cantik banget hari ini, gue ga nyangka bakalan ketemu lo lagi setelah 2 tahun yang lalu. Gue masih inget betul bunga kesukaan lo, lo inget ga? Waktu kita main ke taman deket komplek rumah lo yang lama, lo liat mawar putih di rumah orang terus mau lo cabut, hehe gue masih ngakak kalo inget kejadian itu. Tapi udahlah itu Izka yang dulu, Izka yang sekarang udah beda. Jujur, lo sekarang dingin, ga kayak Izka yang dulu ceria. Tapi gapapa, walau lo sekarang ga kayak yang dulu. Gue bakalan tetep sayang sama lo, maafin gue pernah ga hargai perasaan lo waktu SMP. Maafin gue waktu itu lebih milih Kiky dari pada lo padahal gue tau kalo lo punya perasaan yang dalem ke gue. Gue tau itu sakit dan gue nyesel sekarang. Lo mau kan maafin gue? Dan gue pengen kita lebih serius sekarang. Gue sayang sama lo. Tertanda: Alief Greenath." Ucap Ara membacakan surat itu.

"Wih! berarti seorang Izka pernah suka ya sama Alief? Ka, kok lo ga cerita sih ke kita? Kan kita sahabat lo." Tegas Fiya.

"Maafin gue, gue emang salah ga mau bagi cerita ini ke kalian. Waktu itu gue bener-bener hancur jadi gue ga bisa cerita ke kalian." Kata Izka.

"Iya, Ka. Gue tau perasaan lo gimana. Pantes aja semenjak ada berita Alief jadian sama Kiky lo jadi aneh, dan akhirnya jadi kayak gini, dingin, jutek ga tentu. Beda banget sama Izka yang dulu. Jadi gini ya sejarahnya. Udahlah, Ka. Masa lalu biarlah berlalu. Jangan disamain sama masa sekarang.  Keputusan ada di tangan Lo, Ka." Ucap El sambil mengelus pundak belakang Izka.

"Tapi El, gue belom bisa." Respon Izka.

"Iya gue tahu kok gimana rasanya, apalagi masa lalu yang menyakitkan di ungkit, pasti sakit. Lo pikir baik-baik dulu ya," kata El sambil tersenyum dan disusul anggukan Ara dan Fiya.

Tiba-tiba bel masuk kelas berbunyi. El bergegas mengambil buku itu dan kembali ke kelasnya.

Sesampainya di kelas, El duduk di bangkunya.

"Kamu dari mana aja El? kok baru dateng? Untung guru belom masuk." Kata Al.

"Sejak kapan kita ngobrol pake aku-kamu?" Tanya El sambil mengerutkan dahinya.

"Kok malah balik nanya, udah gapapa elah. Kamu abis darimana?" Tanya Al lagi.

"Iya deh, up to you. Itu gue abis dari kelas sebelah, ada masalah yang serius tadi. Niatnya sih pinjem buku ini, tapi malah nemu sesuatu ya udah jadi lama," jelas El.

"Masalah apa? Kepo nih," tanya Al.

"Entar aja pas istirahat, kita belajar dulu. Itu Bu Jojo udah di depan," kata El.

"Iya iya princess," kata Al sambil menggombal lalu tertawa cengengesan. Lalu mereka fokus belajar. Memperhatikan Bu Jojo yang menerangkan pelajaran.

Bel istirahat berbunyi.

"Udah dibaca belom ya?" Kata Alief dengan pertanyaan yang ditujukan untuk dirinya sendiri.

"Yee Alief ngomong sendiri, situ sehat Bosque?" Ledek Bryan.

"Au tuh, makin ngenes bocah." Kata Agra.

Al dan El yang melihat kelakuan mereka menggeleng-geleng sambil tersenyum.

"Eh udah kali ngeledekin Alief, kasian tuh." bela El.

"Lagian ngenes banget di suruh nyatain perasaan ke Izka juga ga di laku-lakuin, padahal gue udah semangat banget." Kata Agra.

"Namanya juga Alief, kan jual mahal," sindir Al.

"Udah apa ngeledekinnya, kasian tu Alief. Idah usaha buat deketin Izka, kalian bukannya dukung malah ngeledekin mulu," kata El yang direspon anggukan oleh Alief.

Lalu Alief berjalan keluar kelas. Tak lama kemudian Al, El, Agra, dan Bryan menyusul. Mereka menuju kantin seperti biasanya.

Bersambung...


Al & El✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang