Prologue

1.1K 86 13
                                    

Suara berisik terdengar. Mengerikan. Terdengar mengerikan di telinganya. Sekalipun dia terbiasa, setiap hari mereka semua berbicara mengenai dirinya. Dia bersikap tak peduli, tapi bagaimanapun, hati tetaplah sebuah benda yang lunak, terkadang rasanya sakit, serasa tangan itu ingin membunuh mereka semua, bukan, bukan orang, tapi pandangan menjijikkan itu. Pandangan rendahan yang tak nyaman bagi siapapun yang dilirik oleh tajamnya mata-mata yang buas.

Shiori merasa dirinya harus terus menahan diri. Sekolah adalah tempat terburuk. Dia benci berada disini, benci karena tak seharusnya dia berada di negara yang berbeda. Salahkan sendiri orangtuanya yang membawa anak bungsu mereka. Canada tak selalu indah terkadang, Shiori merasa tertekan dalam kehidupan sosial.

Dia pernah punya seorang teman, Grace namanya. Seorang gadis kecil bermata biru dan berambut pirang, gadis yang sangat cantik. Tak hanya itu, dia baik hati. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, dan beberapa kali mengunjungi perpustakaan kota. Rasanya sangat menyenangkan memiliki teman yang sangat peduli padamu, bukan? Begitu pula yang dirasakan Shiori. Jauh dari kakaknya tapi tak merasa kesepian karena satu orang saja sudah cukup baginya.

Tapi Grace pindah kota.

Dari sanalah para rasis itu mengganggunya.

Meskipun dia akhirnya membiarkan mereka, tapi ada rasa untuk lepas dari segalanya. Tapi Shiori tak tahu lagi harus berbuat apa, bahkan dalam keheningan yang tercipta antara dirinya dan lingkungan sekitarnya perlahan mulai runtuh. Seorang anak yang jauh dari apa yang dinamakan pertemanan, Shiori terkadang punya persepsi tersendiri mengenai semua hal yang berada di lingkungannya. Orangtua yang sangat sibuk, teman-teman yang tak berguna, dan kakak yang tak pernah Ia temui sejak beberapa tahun yang lalu.

Shiori tak menyukai apa yang dia alami sekarang,

Jadi...

Apa salahnya untuk memberontak, bukan?

##

"Hey, redhair nerd!"

Aku mendengar suara itu dari belakang, membenarkan kacamata dan rambutku yang terikat dua di belakang.

Ah, Marry dan Georgia.

"Gimme your money!"

Aku hanya menggeleng.

Dan beberapa detik berlalu, aku merasakan sebuah tarikan di rambutku. Marry menghantamkan kepalaku ke dinding terdekat, membuat bagian belakang kepalaku sakit bukan main. Rasanya bergema dan ngilu bersamaan.

Beberapa siswa melihatku dengan tatapan kasihan, tapi mereka juga tidak menolong. Mereka tak ingin mengambil masalah dengan dua orang paling mengerikan di kelas.

Aku sudah terbiasa.

"I'll be waiting for you in the backfield when the last period over, so be sure that you will come or I'll do something terrible tomorrow!"

Aku mengangguk lemah.

Merka berdua pergi setelah memojokkanku.

Tapi...

Sesuatu yang menyenangkan akan segera dimulai. Tanpa mereka sadari, aku telah membuat seringaian kecil yang benar-benar jahat.

Aku akan benar-benar tak segan, dan semua ini akan menjadi menyenangkan, saking menyenangkannya akan membuat diriku terancam.

Dan mungkin sudah waktunya untuk membalas dendam.

Ne, kau tak bisa menghakimi orang lain dari penampilannya bukan?

##

03.15 p.m. Halaman Belakang

Shiori berjalan tenang menemui dua orang yang telah menunggunya disana. Tatapan mereka benar-benar kejam, tapi jauh di dalam hati Shiori, dia jauh lebih menikmati hal ini.

Red Symphony (An Assassination Classroom Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang