Blessings of Winter

161 16 0
                                    

Salju masih berjatuhan, masih bersisa di sekitar sini seluruh tumpukan yang telah menggunung, Shiori menendang butiran-butirannya dengan sembarang. Karma telah pergi sejak tadi untuk membuat tugas musim dinginnya, sedangkan adiknya lebih memilih untuk berdiam disana lebih lama.

Mata aquamarine itu menatap mendung, kali ini ke arah jalanan yang tidak tampak keramaiannya. Semua orang pasti lebih memilih berada di sekitar penghangat ruangan dibandingkan berjalan di luar. Tak masalah sebenarnya, ada kalanya waktu berkumpul itu sangat penting dibandingkan hal lainnya. Di tengah salju yang terus turun hingga menyelimuti jalanan, Shiori seolah melihat sebuah kemungkinan yang sama pada dirinya. Pada hatinya yang telah tertutup oleh cahaya yang dia kejar dahulu, saat masa dimana dia masih sangat naif dengan kegelapan. Saat dia masih merasa bahwa tak ada harapan bagi dirinya untuk keluar dari jalur itu dan segera mengubah alur ceritanya.

Seiring dengan berjalannya waktu, cahaya yang menyinarinya semakin menutupi kegelapan itu, sedikit demi sedikit, bagai butiran salju putih. Sehingga dia akhirnya dapat menolak semua masa lalunya.

Walau tidak sepenuhnya.

Shiori menatap lurus ke arah jalanan yang sama, dengan separuh kebosanan yang terpatri di matanya. Melalui bias aquamarine itu, bagai lensa yang menangkap setiap objek yang dilihatnya, Shiori dapat mengenali sesuatu yang familiar. Rambut jingga dan wajah tampan itu, Asano Gakushuu sedang berjalan tepat disana.

Gadis itu tak menyangka bahwa kebetulan yang mendadak ini akan tiba dengan sendirinya. Gakushuu berada disana, tepat di jalan itu. Tak jauh dari sana dia hanya melangkah pelan sambil menggosokkan tangannya agar hangat. Uap muncul seiring dengan nafasnya yang terhembus keluar. Matanya menatap lurus kedepan, tanpa menyadari siapa yang sedang melihatnya dari bangku taman.

Gadis itu berdiri, mengenyahkan salju di kakinya, dan berlari ke arah pemuda itu dengan raut yang tergesa dan menginginkan hal itu segera.

Gakushuu menoleh ke arah tapakan kaki yang terdengar ke arahnya. Matanya sedikit melebar saat melihat Shiori yang datang ke arahnya. Sekaligus rasa senang yang bercampur dengan keterkejutannya. Tubuhnya telah sepenuhnya menghadap ke arah Shiori, yang terus menuju ke arahnya dan hampir mendekat.

Tapakannya hilang oleh salju yang licin, kaki Shiori terpeleset dan cepat atau lambat tubuh itu akan jatuh menimpa tumpukan salju di bawahnya. Bagaimanapun jika dia mencoba untuk mengelak gravitasi maka itu adalah hal gila untuk terjadi.

Tapi tidak sampai tubuh hangat itu menopangnya.

Gakushuu secara insting menopang tubuh gadis itu dengan kedua lengannya. Tampak sekilas seperti membawa gadis itu ke pelukannya, hari itu mereka berdua tidak memiliki rencana apapun, namun terkadang, Tuhan punya rencana tersendiri untuk mengatur semua skenario tak terpecahkan ini, dan takdir punya caranya sendiri untuk menunjukkannya. Tanpa disadari oleh siapapun.

"Hati-hati, Shiori."

Dia membantu Shiori berdiri dengan sebaik mungkin, jika saja orang yang menolongnya bukanlah pemuda ini, mungkin dia akan bersikap biasa. Tapi Asano selalu bisa membuatnya merasakan apa yang tidak dia rasakan saat bersama orang lain.

"Apa hari ini begitu dingin? Wajahmu merah."

Shiori menepuk-nepuk pipinya dan menggelengkan kepalanya. Lihatlah, semua ini terjadi jika dia bersama pemuda itu. Tubuhnya tidak dapat berbohong lagi.

"Er, mungkin. Salju di Jepang mungkin sedikit berbeda."

Asano hanya menelengkan kepalanya memikirkan apa yang Shiori katakan. Hal itu sangat tidak masuk akal tentunya, tapi dia memilih untuk diam saja.

Mereka hanya saling menatap arah lain, tidak berani untuk berhadapan wajah pada saat ini.

"Mau jalan-jalan?"

Red Symphony (An Assassination Classroom Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang