A Beautiful Secret

255 24 3
                                    

Shiori menelan ludahnya gugup. Kali ini, seperti pertemuan sebelumnya di tempat yang sama.

Strawberry parfait yang telah dipesan berada di atas meja, bersama dengan segelas kopi di seberangnya. Pemuda di hadapan Shiori masih membaca, namun kali ini sepertinya buku referensi. Bukan novel klasik.

Shiori menghela nafas, mengambil jas Asano yang disimpannya di dalam tas. Tak percaya bahwa malam tadi dia tertidur dengan jas itu, 'dasar ceroboh', rutuknya dalam hati.

"Senpai, jasmu. Terimakasih sudah meminjamkannya."

Shiori menyodorkan jas itu ke arah Asano, disambut dengan tatapan biasa dari si penerima, dengan mata sewarna lembayung langit sore itu. Asano tersenyum tulus, lebih hangat dari biasanya.

"Aaa... Terimakasih."

Shiori mengangguk, memberi penekanan pada saat dia menunduk, agar sedikit lebih lama dari biasanya. Sungguh, dia tak berani menatap wajah Asano atau wajahnya akan ikut memerah karenanya. Sudah cukup insiden waktu itu. Alhasil dia tak bisa tidur karena rasa yang dia alami.

Mengapa terkadang cinta bisa begitu menyiksa?

Helaan nafas terdengar dari seberang, membuat Shiori mendongak kembali ke atas. Ke arah dimana Asano masih berkutat dengan buku referensinya. Terlihat lebih berbeda dari biasa, karena Asano terlihat lelah. Garis hitam di bawah matanya terlihat jelas. Membuat Shiori dengan lebih mudah menyimpulkan bahwa hal itu karena malam yang panjang dengan buku-buku dan kesibukannya. Shiori pernah mendengar bahwa, meski hubungan antara senpai-nya dengan ketua dewan telah membaik, namun dia masih tak menghilangkan keseriusannya dalam meraih predikat terbaik di sekolah.

"Senpai, kau tak tidur malam tadi?"

Asano terdiam, hanya tersenyum tipis membalasnya. Disambut helaan nafas yang kesekian kalinya oleh Shiori, dia memaklumi bahwa Asano memang seorang pekerja keras. Apakah hal itu juga yang membuatnya menyukai Asano Gakushuu? Entahlah, teori seperti ini pasti akan berakhir seiring dengan perubahan sikap Asano kepadanya. Oleh karena itu, Shiori setidaknya ingin segera melupakan hal itu.

Paling tidak, saat dia bersama orang yang disukainya kini.

"Maaf, ya."

Shiori hanya bergumam bingung, tiba-tiba Asano mengatakan sesuatu yang membuatnya tidak mengerti.

"Waktu itu, kau menyuruhku istirahat, bukan?"

'Ne, senpai. Tidurlah yang cukup'.

Sejenak Shiori merasa tersiram, kata-kata Asano barusan...apakah dia benar-benar menangkap kata-kata Shiori saat itu?

Padahal kalimat waktu itu sangat mudah untuk dilupakan.

"Kau...mengingatnya?"

Asano menyesap kopinya, meletakkan kembali cangkir porselen itu di meja.

"Tentu."

'Mana bisa aku melupakannya'

Diluar, angin berhembus lemah. Meski pesona musim gugur belum sepenuhnya hilang, namun terlihat di balik kaca bening, warna kemerahan itu masih menutupi sebagian atau sepenuhnya dari kota ini. Meski samar, melodi itu masih terdengar merdu, melodi senja.

Semuanya begitu tenang.

Dan dalam hatinya, Shiori tak dapat mengubris rasa senang dan hangat itu.

"Sou-ka."

Gadis itu tersenyum simpul, namun begitu tulus.

Shiori sangat senang. Kebahagiaan kecilnya hari ini.

Red Symphony (An Assassination Classroom Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang