Different

256 23 6
                                    

It was a gloomy day,
And her smile was...
A bit different.

##

Shiori terbangun dari tidurnya, yang Ia yakin bahwa semuanya terasa tak baik-baik saja. Terasa cairan basah di pelipisnya. Rasanya Ia tak ingin bangun dari kasur, seakan ingin membenamkan wajahnya di tumpukan bantal. Sekuat mungkin gadis itu mencoba untuk mengenyahkan kenangan kemarin, berusaha untuk berkata kepada pikirannya sendiri bahwa menangisi seorang laki-laki seperti Asano Gakushuu adalah tindakan yang tak masuk akal dan sia-sia. Tak berguna.

Shiori mengusap rasa basah disana. Menghentikan isakan kecil yang tiba-tiba saja keluar, meredamnya kembali dengan memikirkan sesuatu yang lebih baik. Sulit baginya merasakan emosi baru itu, sebuah rasa akan seseorang yang mungkin...sangat sulit digapai. Shiori merasa lelah, hatinya terasa lemas hanya untuk sekedar memutar kembali kenangan kemarin, bahkan dia tak ingin berbicara mengenai hal itu, tidak juga ingin memikirkannya. Gadis itu mengusap wajahnya, menghela nafas kesal.

Suara ketukan terdengar, menyadarkan Shiori dari lamunannya, mendongak memperhatikan pintu yang telah terbuka sedikit. Kepala merah menyembul dari sana.

"Boleh aku masuk?"

Shiori tersenyum lemah, mengangguk.

Karma memasuki ruangan adiknya yang masih menghalau cahaya untuk masuk, gorden masih tertutup. Memang sepertinya mereka bangun terlalu pagi untuk pergi ke sekolah. Tapi insting kakaknya tidak buruk, ada yang salah dengan Shiori sejak kemarin. Meski Karma hanya sibuk bermain game saat Shiori pulang, tapi nada bicaranya tertahan seakan ada sesuatu yang disembunyikannya.

Karma duduk di samping Shiori. Adiknya bergeming.

"Kau tak apa?"

Shiori menggeleng, lalu mengangguk lagi.

Karma mendengus.

"Ayolah, aku tahu semuanya tak berjalan baik."

Keduanya diam, tak saling mengatakan apapun dalam beberapa saat. Meski pagi telah menjelang dan matahari sedikit naik, mereka tetap bergeming dalam ruangan petak diatas kasur empuk yang bahkan belum dirapikan itu. Sejenak Shiori melamunkan hal lainnya, apakah pada akhirnya semua akan berjalan dengan mudah, ataukah memang dia harus menyerah akan semua ini. Terkadang memikirkan hal rumit seperti ini jauh lebih sulit dibandingkan hal lainnya.

Dia menghela nafas panajang. Membukan mulutnya untuk berbicara.

"Kau tahu? Aku berpikir untuk menyerah."

Karma menatap adiknya tanpa ekspresi yang berarti.

"Secepat itukah?"

"Karena mungkin tak ada lagi yang bisa kuharapkan. Lagipula, hal seperti ini bukan keahlianku."

"Jarang sekali melihatmu seperti ini. Apa yang membuatmu begitu berbeda?"

Mata aquamarine itu menatap kosong pintu kamar, membayangkan punggung Gakushuu yang terus menjauh membelakanginya.

"Dia."

Shiori menggigit bibir bawahnya.

"Aku rasa ini yang terakhir kalinya untukku berharap."

Red Symphony (An Assassination Classroom Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang