Two

1K 111 11
                                    

***

"Harry," Panggil ku. Yang di panggil tidak menjawab, dan pandangan nya masih tertuju pada layar IPhone miliknya. Aku berdecak kesal, karena dia tidak menjawab panggilanku. Padahal di jam istirahat seperti ini aku tidak pernah melihat dia seperti itu. Biasa nya malah dia mengganggu aku yang sedang makan atau sebagainya.

"Ish, Harry!" Pekik ku sambil mengguncangkan tubuhnya. Jadi, mau tak mau dia pasti akan menoleh ke arah ku. Dan benar dugaan ku, dia menoleh ke arah ku, "Ada apa, sih?"

Aku memutar bola mataku kesal, "Harusnya yang bilang seperti itu aku. Kau kenapa sih? Dari tadi aku panggilin, tapi kau malah nggak jawab."

"Iya apa? Kau memanggil ku tadi?" Tanyanya dengan bingung. Rasanya ingin sekali aku menjambak rambut ikalnya itu. Aku tidak menjawab pertanyaan tadi, dan lebih memilih untuk berjalan menuju kelas.

Di sana hanya ada beberapa orang, dan rata-rata dari mereka memang senang menyendiri. Entah itu karena mereka tidak punya teman atau apa, tapi yang pasti aku memang sering melihat mereka selalu berdiam diri di dalam kelas.

"Lily!" Sahut seseorang di belakang ku, dengan cepat aku langsung membalik kan badanku. Terpampang jelas cengiran Niall, ia berjalan kearah ku.

Aku tersenyum, "Tumben kau tidak bermain basket dengan teman-teman mu, kenapa?" Tanyaku sambil duduk di tempat ku.

"Entahlah, sedang malas saja." Jawab nya asal, sambil duduk di bangku yang ada di depanku. Aku cuman bisa manggut-manggut saja, sambil mengeluarkan IPhone ku. "Oh iya, Harry di mana?"

"Lagi pacaran dengan IPhone nya." Kata ku datar, tanpa menoleh ke arahnya. Aku bisa mendengar kalau tawa Niall menggema di seluruh ruangan kelas ini.

"Sebegitu tidak lakunya kah sampai pacaran dengan IPhone nya sendiri. Sungguh sangat menyedihkan." Gumam Niall meremehkan sambil memegang perut nya. "Mungkin?" Jawabku asal sambil mengangkat kedua bahu ku.

Tidak selang beberapa, tiba-tiba bel tanda masuk sudah berbunyi. Yang membuat semua orang berlari ke arah kelas mereka. Begitu pula hal nya dengan Harry, dia berjalan dengan santai ke arah ku dengan Niall sambil pandangannya yang tak terlepas dari layar IPhone nya.

Niall langsung menyikut lenganku, "Benar katamu, dia memang sudah gila. Sampai harus berpacaran dengan IPhone nya sendiri." Bisik Niall di kuping ku.

"Heh, Harry. Bisa kah kau simpan pacarmu itu dan bergabung dengan kami?" Tanya Niall kepada Harry yang sudah duduk di sebelah ku. Harry hanya bisa melihat sekilas aku dengan Niall secara bergantian, "Pacarmu? Memang siapa pacarku?" Tanyanya bingung dan menaruh IPhone nya itu di meja.

"Itu tuh," Jawab Niall sambil melirik ke arah IPhone nya Harry. Ia yang menatap Niall bingung, "IPhone ku kenapa?"

"Ish! Maksud Niall itu, bisakah kau simpan IPhone mu itu karena Mrs. Cloudy sudah datang." Kataku sambil melirik ke arah depan kelas, dan memang benar. Mrs. Cloudy sedang berjalan menuju meja nya sambil membawa selembaran yang aku tidak tahu itu apa.

***

"Aku pulang dulu ya, Bye!"

Teriak Niall kepada aku dan Harry sambil melambaik kan tangannya di udara. Lalu bergegas memasuki mobilnya, ia memang selalu membawa mobil ke sekolah. Aku melihat ke arah sebelahku, terlihat ia sedang memainkan pacarnya itu untuk yang ke sekian kalinya.

"Harry, dari tadi ngapain sih ngeliatin IPhone mulu. Memangnya ada apaan?" Tanya ku sambil mengintip IPhone nya, tapi ia malah menjauhkan IPhone nya itu dari ku. "Pengen tahu saja kau ini." Katanya.

Aku memanyun kan bibir bawahku, "Yaudah, terserah kau saja lah."

Ku terdiam beberapa saat, sampai sebuah mobil berhenti tepat di depan ku dan Harry. Itu adalah mobil ku, aku memang selalu di antar-jemput dengan mobil itu.

"Harry, sepertinya aku sudah di jemput. Kalau begitu, aku pulang dulu ya. Bye!" Kata ku kepada harry sambil tersenyum dan melambai kan tangan ku. Harry juga melakukan hal yang sama dengan ku.

"Hati-hati ya, Ly!" Sahut nya.

***

"Ha...lo?" Kata ku gugup, saat ada orang yang menelepon ku tiba-tiba. Pertamanya ku kira ini Harry atau Niall, tapi aku salah.

"Hi, bisa kah kau datang ke taman sekarang juga? Ada yang ingin aku sampaikan." Jawab sang penelepon yang aku tidak tahu siapa dirinya.

"Kau siapa?"

Aku mendengar kalau sang penelepon menghela nafas nya, "Begini saja, jika kau mau tahu siapa aku. Kau harus datang sekarang juga di taman dekat rumahmu. Aku janji, tidak akan ada sesuatu yang terjadi. Aku hanya ingin ngomong sesuatu dengan mu. Bisa kah kau datang? Please."

Aku terdiam untuk beberapa saat. Memikirkan apa yang harus aku katakan kepada cowok-yang-aku-tak-tahu-namanya ini. Apa aku harus menjawab 'Iya' atau 'Tidak'?

"Okay, I'll be there in a few minutes." Kata ku sambil memutus kan sambungan telepon nya. Dengan cepat aku beranjak dari sofa dan melangkahkan kaki ku ke lemari baju.

***

  

Aku melirik jam tangan ku untuk yang ke sekian kalinya. Ini sudah lebih dari tiga puluh menit yang lalu aku duduk di bangku taman ini. Tapi aku tidak melihat batang hidung nya, walaupun aku tidak pernah melihat orang itu.

Aku menatap layar IPhone ku, melihat apa ada tanda-tanda pesan masuk dari orang yang mengajak ku kesini. Tapi hasilnya nihil. Harusnya aku tahu bahwa orang itu hanya membohongiku, tapi kenapa aku bisa percaya? Bodoh.

Aku menghela nafas panjang, lalu bangkit dari bangku taman ini. Tapi saat aku baru saja ingin hendak berjalan meninggalkan taman ini. Tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang ku yakini sebuah tangan cowok, tangan itu berhasil menutup ke dua mataku.

"Guess who I am?" Tanya orang itu. Tunggu, suara nya sangat familiar. Tapi aku tidak tahu pasti ini suara siapa. "Who are you?" Tanya ku balik sambil mencoba untuk membuka paksa tangan yang menutupi pandangan ku ini.

 "I said, guess who i am, baby." Katanya. Aku berdecak kesal, "I don't know who you are, Okay?"

"Oh yeah? Masa kau tidak familiar dengan suara ku sih?" Katanya, benar katanya aku memang pernah mendengar suara ini malah lebih tepat nya sering mendengar suara ini. Tapi suara milik siapa kah ini?

"Bisa kah kau melepas kan tangan mu ini dari mataku? Karena aku sedang menunggu seseorang di sini." tutur ku sambil mencoba melepaskan tangan nya.

"Okay, okay. Aku akan melepaskan nya, tapi kau harus janji untuk tidak kaget. Bagaimana? Oh iya, orang yang sedang kau tunggui itu sebenar nya aku." Ujar nya yang berhasil membuat ku kaget.

Dia membuka tangan nya secara perlahan. Aku langsung membalik kan badan ku, dan seketika aku membeku. Bagaimana dia bisa disini?

"Hi," Sahut nya sambil mengembangkan senyum yang membuat ku hampir meleleh.

***

A/N: heya!! maaf banget nih baru bisa di post sekarang:( dan maaf banget kalau ngegantung wakakaka nanti di chap selanjutnya bakal di buat yang lebih panjangan deh! heheh

TEBAK DONG SIAPA TUH??? hahah

gimme a vomments okay? okay.

oh iya, thank you so much buat @silverains udah mau bikinin gue cover happy yeash!!! makasih ini bagus bangett yeayyyy

Happy // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang