Di antara kesunyian malam hanya alunan lagu Justin yg menggema, di temani suara gitar bersatu dengan deru angin malam, Justin tengah bernyanyi tepat di depan api unggun yg telah berhasil Rei buat.
Justin tampak menghayati lagu tersebut dan mata hazelnya itu tak lepas dari wanita yg tengah membelakanginya, ya wanita itu adalah Reinatha .
Rei yg sedang menikmati lamunannya, merasa terganggu karena merasa seseorang tengah memperhatikannya, siapa lagi di sini? Hanya Rei dan Justin tentu saja Justin yg tengah memperhatikan Rei, kini gadis itu bangkit dari duduk dan bejalan ke arah Justin dengan perasaan sedikit aneh, sebab mata Justin tak berkedip melihat Rei, walaupun Rei sudah sangat dekat dengannya dan Rei merasa jengkel dengan mata Justin, ingin sekali rasanya mencongkel matanya.
Lalu tiba tiba Rei seketika terhenti oleh pernyataan konyol dari mulut Justin"Reina kau sangat cantik, eh bolehkah aku memanggilmu Reina?"
"Ha?" perasaan gugup tiba tiba saja datang, membuat Rei kelimpungan
"Itu terserah kau saja, semua orang bebas memanggilku apa saja, asalkan nyaman untuk ku" lanjutnya berusaha untuk terlihat biasa saja
"Duduklah" Justin menarik tangan Rei hingga gadis itu terduduk di samping Justin
"Ku rasa kita sudah cukup dekat apa tidak bisa kau merubah sedikit sikap jutek mu itu?" Tanya Justin memecah keheningan diantara mereka, namun tiba tiba hujan turun dengan anggunnya membasahi mereka.
"Ujan" kata Rei, tanpa mengindahkan pertanyaan Justin yg cukup membuat Rei bingung menghadapinya, entah apa yg terjadi diantara mereka sehingga mereka bukan tampak seperti rekan melainkan, ah entahlah apa itu.
"Ke tenda?" Justin menggenggam tangan Rei dan menatap mata Rei.
"Ayo..."
Mereka berlari ke arah tenda masing masing dan masuk ke sana, hujan semakin deras.
yg mereka takutkan bajir, air memasuki tenda.
Lain hal dengan Rei, dia kini telah memikirkan sesuatu, Rei ketakutan jika ada petir, dia sangat tak suka suara petir.Namun tiba tiba
Duarrr....
Suara petir menggelegar terdengar begitu nyaring"Aaaa-"teriakan Rei tertahan saat dia mencoba membekap mulutnya dengan tangan sendiri karena takut, Rei ketakutan, dia juga menutup mata.
Di sisi lain, di tenda Justin mendengar suara pekikan tertahan dan suara itu berasal dari tenda Rei sontak membuat Justin kaget dan bergegas ke tenda Rei, yg mana tenda mereka bersebelahan yg tidak begitu jauh, Justin langsung melihat Rei jongkok dengan mata terpejam sambil menggigit bibir bagian bawah.
Justin masuk saat Rei berusaha terlihat tenang berusaha menghalau ketakutan itu.
"Kenapa kau kesini?" tanya Rei dengan cara seperti biasa, seolah tidak suka.
"Aku mendengar suara pekik tertahan aku pikir itu, kau takut petir?" Justin duduk sembari melipat tangan di atas lutut, menoleh ke arah Rei dengan alis terangkat menunggu jawaban dari pertanyaan yg ia lontarkan
"Sedikit" kata Rei memalingkan pandangan merasa malu. sisi lainnya di ketahui Justin
"Aku akan menemani mu sampai tertidur" Justin bersuara setelah beberapa saat mengamati Rei yg tampak gelisa saat suara petir dan kilat yg bersahutan.
"Tenanglah aku tidak akan macam macam kecuali kau yg memulai" justin melanjutkan kata katanya mendapati raut wajah Rei yg sedang menelitinya dengan intens
"Tidak per- Aaa...." Rei berteriak dan spontan menghambur ke pelukan Justin, saat suara petir yg cukup nyaring menggelegar di telinga Rei.
"Kalau takut. kenapa harus sok berani huh?" ledek Justin merangkul Rei ke dalam pelukannya dan membawa Rei untuk tidur namun ada sesuatu yg mengganggu. tenda rei masuk air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Tour Guide
Romance"Ngak bisa Anna!!! gue udah pesan tiket dan dua jam lagi gue fligh" "Rei lo bakalan nyesel, kalo lo nolak" "Gue ngak peduli siapa pun dia, mau Lee Min Ho pun gue bakalan tolak juga" "Ngak Rei yg ini lebih hot dari Lee Min Ho atau siapa pun" "Gak gu...