Hari senin lalu lintas pasti akan lebih ramai dari biasanya. Meski sudah berangkat ke sekolah lima menit lebih cepat dari biasanya, Jungkook tetap tidak kebagian tempat duduk di bus. Dia melihat Taehyung lari-lari mengejar bus yang baru berangkat pelan-pelan. Anak itu berhasil masuk ke dalam bus dan memamerkan giginya ke semua penumpang. Dia merasa itu sebuah prestasi. Jungkook berharap Taehyung tidak melihatnya.
"Jungkook! kenapa tidak bilang pada paman supir untuk berhenti? Kau sengaja ya?"
Jungkook pura-pura tidak mendengar. Taehyung terkadang sangat norak. Orang-orang masih memperhatikan gaya nyentriknya dengan ragu.
"Ish!" Taehyung mencibir tapi setelah itu dia tersenyum licik. Ditariknya pipi Jungkook hingga anak itu menjerit kesakitan. "Kau mau berpura-pura tidak mengenalku sampai kapan, heh?"
"Arraseo! lepaskan!!"
"Sakit ya?"
"Siapa suruh terlambat!"
"Jimin yang terlambat membangunkan aku. Dia sendiri baru berangkat diantar supirnya."
"Manja. Bangun tidur saja harus dibangunkan Jimin."
"Setidaknya Jimin baik. Memangnya kau? Pelit!" cicit Taehyung sambil cemberut.
"Apa? kenapa kau mengatai aku pelit?" sungut Jungkook sebal.
"Membangunkan aku saja kau tidak mau. Kau terlalu sayang pulsa ya? padahal aku kan temanmu."
"Kau manja. Kau tidak pernah dewasa kalau begitu terus. Mau sampai kapan Taehyung?"
Taehyung diam.
Jungkook tidak salah sih tapi cara Jungkook berbicara membuatnya kesal. Dia selalu bertingkah seperti yang paling dewasa padahal dia yang paling muda umurnya diantara mereka bertiga. "Untung aku punya Jimin. Dia baik." sindir Taehyung lagi. Kali ini sambil pura-pura melihat pemandangan keluar jendela.
"Yah terserah kau saja."
Keduanya diam.
Diam sampai bus sampai di halte depan sekolah mereka. Keduanya turun berbarengan dan Jimin sudah berada di sana melambaikan tangannya.
"Kalian hampir terlambat. Ayo!" kata Jimin riang.
Mereka bertiga beriringan masuk ke dalam kelas. Ketiganya berada di kelas yang sama karena mereka sama-sama menyukai sains jadi mereka memilih kelas sains.
"Taehyung, kemarin hampir ada adik kelas yang mau memakai nama geng kita."
"Cih! Siapa?" tanya Taehyung tidak suka.
"Tidak jadi. Mereka sudah minta maaf." seloroh Jungkook sambil menaruh tas di mejanya.
"Huh? mereka sudah minta maaf sama kau, Kook?" tanya Jimin terkejut.
"Iya. Sabtu saat acara klub. Mereka datang ke lapangan basket terus bilang padaku."
"Kau memaafkannya begitu saja?" kali ini Taehyung yang bertanya. Rautnya masih tidak suka.
"Iya. Mereka kan anak baru. Lagian mereka belum tahu nama-nama geng di sini."
"Tapi Geng Ular sudah ada dari dulu. Harusnya mereka tahu." tambah Jimin.
Jungkook memutar bola matanya. "Sudah Jimin. Biarkan saja. Yang penting nama kita tidak jadi diambil."
Taehyung diam lagi.
Kalau bicara dengan Jimin, pasti Jungkook akan lebih lembut berbeda sewaktu bicara dengannya. Taehyung kesal. Jungkook pasti sudah lama menyukai Jimin.
"Baiklah. Tae, pe'er mu sudah selesai?"
"Sudah. Kau?"
"Jungkook membantuku kemarin. Aku menelponnya. Lumayan, aku jadi mengerti."
Tuhkan.
Jungkook pasti baik sama Jimin.
"Aku mau ke kantin beli susu. Ada yang mau nitip?" tanya Jungkook.
Dua temannya refleks menggeleng.
Jungkook tidak menjawab lagi, dia langsung keluar kelas menuju kantin.
Setelah Jungkook keluar, Jimin menyenggol lengan Taehyung pelan.
"Tadi sewaktu berangkat, dia menunggumu di halte?" tanya Jimin penasaran.
"Tidak. Dia bahkan diam saja saat aku lari-lari mengejar bus. Aku hampir ketinggalan. Aku heran, kenapa dia tidak minta paman bus berhenti sebentar supaya aku bisa naik ya? Dia jahat padaku."
Jimin berdecak. "Dia tidak melihatmu mungkin."
"Tidak mungkin. Dia selalu begitu deh. Dia baik padamu Jimin tapi tidak padaku padahal kita sudah berteman dari dulu."
Jimin tertawa lebar. "Itu hanya perasaanmu saja, Tae. Jungkook memang dingin."
"Dia bahkan mau mengajarimu lewat telepon. Kalau aku, huh! pasti dia sudah marah duluan sebelum aku tanya."
Jimin menahan tawanya. "Kau mungkin perlu meminta lebih halus."
"Tidak mau. Dia pasti merasa menang kalau begitu."
.
.
.
Jungkook sibuk memilih rasa roti yang akan dia beli. Kemarin dia sudah membeli rasa kacang merah. Hari ini dia mau mencoba rasa lain tapi yang ada hanya rasa ayam dan keju. Jungkook tidak suka keju. Sayang sekali rasa coklat tidak ada. Jadi dia memilih rasa ayam.
"Bu, aku mau susu stroberi satu lagi ya?"
Taehyung suka stroberi. Dari caranya berlari-lari pasti dia belum sarapan. Jungkook merasa Taehyung sengaja tidak mau ikut bersamanya ke kantin agar bisa berduaan dengan Jimin.
Jungkook membawa susu dan rotinya ke dalam kelas. Dia melihat Jimin dan Taehyung sedang duduk bersebelahan. Kursi Jimin ditarik hingga ada di sebelah Taehyung.
Jungkook menarik nafas. Tuhkan! mereka pasti berduaan.
"Jungkook! Aku mau susunya." kata Jimin menyambut dia.
"Kau belum sarapan? Aku pikir—"
"Belum! Kebetulan sekali. Itu pasti buatku ya? kau tahu saja aku lapar." potong Jimin sambil mengambil susu yang ada di tangannya. Jungkook merasa serba salah. Taehyung melihat mereka berdua dengan malas.
"Tae, kau mau?"
"Tidak. Aku mau ke toilet."
Taehyung meninggalkan mereka berdua. Keluar dari kelas dengan langkah yang sedikit cepat.
Jungkook menarik nafas. Sudah kedua kalinya hari ini.
"Jimin, kau tega ya. Kau kan sudah sarapan." seloroh Jungkook. Jimin menggelengkan kepalanya.
"Belum. Memangnya kenapa?"
"Aku membelikan itu untuk Taehyung. Dia pasti marah."
Jimin berhenti menyedot susunya. Dia baru mengerti sekarang.
Jimin menepuk kepalanya. "Aduh, Bagaimana ini? Kenapa kau ga bilang?"
"Aku mau bilang tapi susunya sudah direbut duluan. Sudahlah, lagi pula dia juga pasti menolak kalau aku berikan tadi. Kau seperti tidak tahu dia saja."
Jimin tersenyum tipis. "Kalian berdua sangat lucu sekali. Cepatlah dewasa ya."
"Apa maksudmu?" tanya Jungkook heran.
"Tidak ada. Sudah cepat selesaikan makanmu."
.
.
Taehyung mencoba melupakan kejadian tadi pagi. Dia mengikuti pelajaran seperti biasa meski hatinya masih kesal. Jungkook pilih kasih. Jungkook pelit.
Setelah kejadian tadi pun Jungkook masih diam saja seperti tidak merasa ada yang salah. Dia masih mengobrol dengan Jimin dan berdiskusi seperti biasanya. Waktu istirahat sudah tiba. Mereka bertiga berkumpul untuk makan bekal bersama. Taehyung sudah kelaparan sejak tadi dan langsung membuka bekalnya.
"Hei, Geng Ular! apa mau ikut ke bioskop nanti sore sepulang sekolah?"
Salah satu anak dari Geng Anak Hujan datang menyambangi. Taehyung berhenti sejenak untuk melihat ke arah Jimin dan Jungkook.
"Kalau besok kita mau ikut. Kalau hari ini tidak bisa." jawab Jungkook.
Jungkook kalau bicara selalu begitu, kesannya dia anak yang dingin dan berwibawa padahal dia selalu mengatai Taehyung yang lebih tua darinya.
"Hari ini kami mau pergi." tambah Jimin.
"Oke. Kalau begitu lain kali saja ya?" tanya anak Geng Hujan lagi.
"Iya. Nanti saja. Lagipula kami tidak suka film horror."
Mereka mengangguk lalu pergi dari kelas sementara Taehyung masih mencerna kalimat Jimin barusan.
"Kita pergi kemana hari ini?" tanya Taehyung.
"Loh? Jungkook belum bilang kalau kita mau nonton bersama di rumahnya?"
Taehyung menggelengkan kepalanya. "Mungkin dia cuma mau kau yang datang." kata Taehyung sambil mengendikkan bahunya.
"Aku lupa. Kemarin Jimin menelpon sampai malam lalu aku tidur."
"Iya. Terserah kau saja Jungkook."
"Maaf ya Tae tapi, kau bisa ikut kan?"
Taehyung mengangguk pelan. "Iya. Aku ikut."
Taehyung melanjutkan makannya meski tidak tahu kenapa rasanya jadi kurang begitu enak. Kenapa sih Jungkook selalu melupakannya?
Dia mencoba melupakan rasa sakit hatinya dengan makan yang banyak. Dia benci Jungkook. Dia benci harus menyukai Jungkook.
Padahal Jungkook hanya suka sama Jimin.
.
.
.
Sepulang sekolah mereka diantar oleh supir pribadi Jimin ke rumah Jungkook. Rumah Jungkook dan Taehyung jaraknya tidak begitu jauh makanya mereka sering bertemu di dalam bis sementara rumah Jimin arahnya berlawanan dengan mereka berdua dan orang tua Jimin tidak mau Jimin naik angkutan umum ke sekolah makanya ada satu supir yang khusus mengantarnya kemana-mana.
Mereka bertiga sudah bersama sejak kecil. Orang tua mereka saling mengenal meski rumah Jimin letaknya tidak berdekatan.
Mereka menamai dirinya Geng Ular karena dulu kakaknya Jungkook memelihara ular piton yang lucu. Ularnya tidak punya taring. Taringnya sudah dicopot supaya tidak mengigit. Kasihan sih tapi itu semua keinginan kakaknya Jungkook.
Ular itu sudah mati di musim dingin karena mereka pergi piknik dan meninggalkan ularnya sendirian di rumah.
Jimin yang paling sedih saat ular pitonnya mati. Jadi mereka menamai geng dengan sebutan geng ular supaya tidak lupa dengan ular peliharaan yang dulu.
Mereka sampai di rumah Jungkook. Jungkook membuka pintu dan melihat kakaknya sedang membaca buku sendirian di bawah.
"Hyung, aku pulang." kata Jungkook sambil menaruh tasnya.
"Iya." jawab kakaknya Jungkook tanpa melihat ke arah Jungkook.
"Ada Taehyung dan Jimin. Kita mau menonton film bersama Hyung."
Refleks Kakaknya Jungkook menoleh ke arah pintu dan melihat Jimin juga Taehyung membungkuk memberi salam.
"Halo Hyung!" sapa Taehyung ramah.
"Hyung tidak kuliah?" sambung Jimin sambil melepaskan sepatunya.
"Aku libur." jawab Kakaknya Jungkook singkat.
"Tumben kau tidak berkencan dengan Yerin Nuna." seloroh Jungkook sebelum dia terkena lemparan bantal di wajahnya.
"Bukan urusanmu. Sudah ya, Ibu membuat puding. Sisakan aku."
Jungkook mencibir.
Taehyung dan Jimin kemudian duduk di sofa yang tadi dipakai kakaknya Jungkook.
"Yoongi Hyung sudah punya pacar?" tanya Taehyung penasaran.
Jungkook mengendikkan bahunya. "Tidak tahu. Aku sering mendengar Hyung berbicara dengan Yerin Nuna belakangan ini tapi entahlah."
Taehyung mengangguk pelan. Jimin masih terdiam kaku di sofa.
"Kita jadi menonton kan?" tanya Jungkook begitu sadar suasanya jadi kaku. Dia menyenggol lengan Jimin.
Jimin sedikit gelagapan karena sejak tadi dia melamun. "Kau mau menonton apa Jimin?"
"Uhm, komedi."
"Oke, kita menonton film yang ini saja." ucap Jungkook sambil mengutak-atik home theather miliknya.
Taehyung merasa sedih. Lagi-lagi Jungkook hanya memperhatikan Jimin. Padahal dia ingin menonton film anime hari ini. Mungkin karena semalam mereka berdua sudah memutuskan mau menonton film apa di telepon.
Taehyung duduk diam di sofa. Dia bahkan tidak menikmati film yang sudah diputar karena Jungkook dan Jimin begitu menikmati film itu seakan dia tidak ada di sana diantara mereka berdua.
"Aku lupa memberi makan Yeontan. Aku pulang dulu ya. Ibu mengirim pesan juga agar aku kembali sekarang." kata Taehyung cepat-cepat sambil membereskan tasnya.
"Huh? ada apa memangnya?" tanya Jimin. Taehyung hanya mengendikkan bahu.
"Mungkin Ibu sudah memasak banyak hari ini dan tidak tahu kalau aku akan main kesini." ucapnya singkat sambil memakai sepatu.
"Taehyung." panggil Jungkook pelan.
Taehyung malas menoleh. Dia berpura-pura mengambil topi dalam tasnya. "Sudah ya. Sampai besok."
.
.
.
Taehyung ingin menangis.
Dia sudah menyukai Jungkook sejak lama tapi di tahu kalau Jungkook hanya menyukai Jimin. Jungkook sangat berbeda sekali jika sedang bersama Jimin. Taehyung berlari dengan cepat dan menghapus air matanya.
Suka dengan sahabatmu sendiri itu tidak enak.
Apalagi kalau itu cinta bertepuk sebelah tangan.
Kau bukan hanya kehilangan cinta tapi juga sahabat di satu waktu yang sama.
Jika bisa Taehyung ingin melupakan perasaan ini. Taehyung ingin perasaannya hilang supaya dia tidak perlu iri pada Jimin yang begitu baik padanya.
Ini semua bukan salah Jimin. Perasaan tidak bisa dipaksakan.
Sepulang ke rumah, Taehyung melempar tasnya dan menangis di atas ranjang.
Dia sudah dua kali menangis hari ini.
Dia masih ingat tadi pagi dia menangis di toilet karena Jungkook tidak membelikannya susu tapi hanya membelikan untuk Jimin.
Itu semua bukan salah Jungkook. Kalau suka dengan seseorang pasti kau akan memperhatikannya bukan? sekalipun hanya kebiasaan mengetahui dia sudah sarapan atau belum.
.
.
.
Jimin tidak tahu harus berada di tengah-tengah kesalahpahaman ini sampai kapan. Dia sangat menyukai mereka berdua. Jimin tahu Jungkook menyukai Taehyung makanya anak itu selalu kikuk di depan Taehyung dan cenderung terlihat tidak suka. Jungkook terlalu gugup hingga hanya ada kata-kata omelan yang akhirnya keluar setiap dia bersama Taehyung.
Sementara Taehyung selalu menjadi korban. Setiap malam Jungkook selalu menelpon untuk menceritakan soal Taehyung. Jimin akan mendengarkan dengan baik karena hanya dia teman Jungkook satu-satunya.
Hanya saja tidak ada yang tahu perasaannya sendiri. Selama ini Jimin juga selalu memendam perasaan pada seseorang. Seseorang yang mungkin tidak pernah melihatnya selain sebagai adik.
Jimin menyukai Yoongi tapi Yoongi sudah punya pacar.
Jimin terlalu takut untuk menceritakan ini pada Jungkook atau Taehyung karena kedua temannya pasti akan menertawakan Jimin.
Yoongi sudah kuliah dan lingkungan pergaulan mereka sudah berbeda tapi Jimin selalu melihat Yoongi sebagai kakak yang baik sekalipun dia selalu terlihat malas dan arogan.
Yoongi baik padanya. Mungkin karena Jimin sudah dianggap seperti adiknya sendiri.
Jimin berharap baik Taehyung dan Jungkook akan cepat-cepat keluar dari masalah ini.
Dia hanya takut persahabatan mereka rusak karena persoalan cinta.
Dia selalu bilang pada keduanya untuk berterus terang tapi keduanya selalu menolak dengan alasan ini itu yang tidak jelas.
Sebenarnya Jimin tahu, Jungkook atau Taehyung hanya tidak siap kehilangan seorang teman dan bagian yang paling sedih, Jimin tidak bisa membantu apa-apa karena ini rahasia yang harus dia pegang seumur hidupnya.
.
.
.
.
Halo halo haloooo! makasi ya udah baca dan mampir. salam kenal! bukan penulis baru kok saya hohohoho
ditunggu komen dan likenya yaaa temen-temen.
Tenang aja kalau komennya banyak aku akan rajin update. saranghaeyoooo!!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Serpentines
FanfictionJungkook, Taehyung, dan Jimin berteman dari kecil. Mereka menamakan dirinya sebagai Geng Ular. Jungkook mengira Taehyung menyukai Jimin. Taehyung mengira Jungkook menyukai Jimin. Sementara Jimin menyukai kakaknya Jungkook.