Keping Dua

307 41 13
                                    

Taehyung tidak ingat dia menangis sampai kapan. Tiba-tiba saja saat terbangun dari tidur, langit sudah gelap dan lampu kamarnya juga mati. Matanya sembab dan dia lapar sekali. Ini sudah waktunya makan malam. Taehyung bangun dari ranjangnya lalu keluar kamar. Di dapur dia melihat ibunya sedang menyiapkan makan malam.
"Taetae sudah bangun? tadi Jungkook menelpon loh."
Seketika mata Taehyung terbuka lebih lebar. Hanya saja begitu ingat kalau dia sedang kesal dengan Jungkook, saat itu juga nafsu makannya sedikit hilang. Jungkook menyebalkan!
"Oh."
Ibunya menoleh dan memperhatikan Taehyung yang kini duduk di kursi meja makan. Dia mulai mengunyah nasi dicampur bulgogi.
"Oh? Wow, kalian sedang bertengkar ya?" tanya ibunya setengah meledek. Taehyung melirik sebal.
"Jungkook menyebalkan, Bu. Sepertinya dia hanya ingin berteman dengan Jimin."
"Masa? Jungkook tadi sepertinya khawatir. Dia bertanya apa kau sudah sampai rumah dan sedang apa kau sekarang."
Taehyung tidak menjawab. Hatinya mendadak jadi senang dan dia sebal. Apa maksudnya Jungkook bertanya begitu? Huh dia suka pura-pura peduli padahal tidak.
"Hey, kalian sudah berteman sejak dulu. Jungkook memang agak dingin. Keturunan papahnya begitu. Yoongi juga dingin kan? tapi mereka semua baik."
Taehyung kembali mengunyah makanannya. "Tidak tahu ah. aku malas membahas soal itu. Biarkan saja."
Ibunya menggelengkan kepala sambil tersenyum sebal. Dasar anak-anak. "Tapi dia bilang akan menelponmu lagi. Coba saja tunggu dan jangan terlalu lama bertengkar. Itu tidak baik. Kau mengerti?"
Taehyung mengangguk sejadinya. Dia makan dengan cepat dan kembali lagi ke kamar untuk belajar.
drrt
Jungkook.
Jungkook menelponnya.
Taehyung menatap dengan sebal ke arah ponselnya tapi dia lebih sebal lagi dengan hatinya yang berdegup tidak karuan.
"Halo"
[Halo, Tae ini aku.]
"Iya. Kenapa Kook?"
[Kau sudah bangun? Ahjumma bilang kau tidur tadi.]
"Sudah. Aku capek sekali setelah memberi makan Yeontanie lalu aku ketiduran."
Taehyung mendengar Jungkook tertawa di ujung sana.
"Kau tertawa? apa ada yang lucu?" tanya Taehyung gusar.
[Hahaha tidak ada. Kau hanya pergi ke sekolah lalu pulang dan kau tidur seperti kau sudah bekerja seharian.]
"Enaksekalikautertawapadahalakusebalsekalipadamu."
[Apa?]
"Bukan apa-apa. Jadi kenapa kau menelpon?"
[Kau ingin menonton film bioskop besok?]
"Filmnya horror. Jimin tidak suka film horror."
[Maka itu aku mengajakmu. Kau mau?]
"Berdua?"
[Iya. Besok sepulang sekolah. Aku sudah menitip tiket sama anak geng lain tadi.]
Taehyung mendadak berseri-seri. "Kau tidak bercanda kan? Nanti aku sudah menunggu di bioskop tapi kau tidak datang."
[Mana mungkin aku bercanda. Kita kan berangkat sama-sama setelah pulang sekolah.]
"Tapi bagaimana dengan Jimin? Apa dia baik-baik aja kalau tidak diajak?"
[Aku tadi sudah menelpon Jimin dan dia bilang tidak apa-apa.]
Ada terbesit rasa sedih di hati Taehyung. Pasti Jimin yang meminta Jungkook untuk menemaninya dan Jungkook terpaksa karena Jimin tidak suka film horror.
"Kau tidak terpaksa kan?"
[Tidak Tae, kenapa kau bilang begitu?]
"Aku hanya tidak menyangka saja. Soalnya—"
[Kau ini suka berlebihan. Jadi besok sepulang sekolah ya?]
"Oke."
[Baiklah. Aku tutup dulu ya. Selamat malam Taehyung.]
"Selamat malam Kook."
Taehyung senang. Dia tersenyum sendiri sambil melihat ke cermin. Jungkook mengajaknya menonton dan itu artinya Jungkook tidak membenci dia. Taehyung pikir dia tidak akan menonton film yang sedang populer sekarang karena Jimin tidak suka film horror tapi ternyata Jungkook mau menemaninya.
Malam itu Taehyung tidur agak larut karena terlalu bahagia jadi dia terlambat besok pagi.
.
.
.
Seperti biasa di pagi hari Taehyung akan berlarian mengejar bus dan kali ini dia melihat Jungkook yang juga sedang berlari. Tidak biasanya Jungkook terlambat. Mereka berdua sampai di halte bersamaan dan saat itu Jungkook menarik tangan Taehyung agar dia bisa masuk ke dalam bus dengan cepat.
"Terima kasih Jungkook. Hari ini kau baik sekali."
Jungkook tersenyum tipis. "Apa itu pujian?"
"Bisa jadi begitu. Tergantung kau saja."
Mereka berdua diam sepanjang perjalanan. Taehyung menghela nafas berkali-kali karena hatinya senang tidak karuan. Dia masih ingat tangan Jungkook yang menggenggam jarinya erat. Belum lagi nanti sepulang sekolah mereka akan menonton bersama. Apa itu namanya kencan? membayangkannya saja Taehyung merasa wajahnya panas sendiri. Apa mungkin Jungkook tahu perasaannya?
.
.
.
Taehyung melihat ke arah jam berkali-kali. Rasanya lama sekali sampai waktu sekolah selesai. Lima menit lagi bel akan berbunyi. Semua materi yang diajarkan gurunya seperti menguap begitu saja entah kemana karena seharian pikirannya sudah tidak ada lagi di sekolah.
Ketika bel akhirnya berbunyi, Taehyung dengan semangat merapikan bukunya. Dia menoleh ke arah kursi Jimin. Temannya sakit.
Jimin bilang dia sakit perut. Begitu sampai di sekolah, Jimin langsung diminta beristirahat di ruang UKS. Taehyung sudah melihatnya kesana sewaktu istirahat dan membawakan Jimin makanan. Jimin tidak kelihatan sakit parah tapi dia lesu sekali seperti tidak makan sejak semalam.
Taehyung mencoba menebak-nebak apa yang sudah terjadi tapi dia begitu bodoh untuk berfikir lebih jauh jadi dia hanya mendoakan Jimin supaya cepat sembuh.
"Taehyung, tunggu sebentar ya. Aku ingin menengok Jimin dulu. Dia mau meminjam catatanku." kata Jungkook sambil buru-buru merapikan bukunya ke dalam tas.
Taehyung mengangguk.
Lima belas menit dia menunggu di depan kelas dan berfikir apa sebaiknya dia juga ke ruang UKS melihat Jimin.
Pelan-pelan Taehyung berjalan kesana dan setelah sampai dia melihat pintunya terbuka sedikit.
Jimin sedang menangis.
Menangis begitu keras sampai Taehyung tidak menyangka Jimin yang selama ini periang dan sangat baik bisa terlihat begitu terluka.
Apa yang terjadi? Kenapa tadi siang Jimin baik-baik saja dan sekarang? Kenapa Jimin menangis begitu keras?
Baru saja Taehyung akan melepas sepatunya ketika Jungkook keluar. Jungkook menatapnya dengan dalam sebelum menghela nafas panjang.
"Jimin kenapa?" tanya Taehyung pelan.
"Uh— itu.. dia tidak apa-apa. Tae?"
Taehyung sudah tahu. Sesuatu terjadi. Dari cara Jungkook menatapnya, Taehyung sudah tahu apa yang akan Jungkook katakan tapi kenapa dia tidak pernah siap dengan hal itu? kenapa rasanya masih membuat sesak?
"Apa tidak apa-apa jika aku menyusulmu ke bioskop? aku harus menemani Jimin sampai dokter datang dan setelah itu aku akan ke bioskop."
Benar kan?
Taehyung sudah terlalu lama mengenal Jungkook sampai dia tahu semua ekspresi di wajahnya.
"Iya. Tidak apa-apa."
Taehyung tersenyum pelan. "Apa boleh aku melihat Jimin sebentar?"
"Tidak usah. Kurasa— Jimin sedang ada masalah. Aku sedang mencoba membuatnya bercerita."
"Oke. Kalau begitu sampai nanti Kook."
"Hati-hati di jalan Taehyung."
Taehyung mengangguk dan berbalik. Langkahnya begitu berat. Apa yang terjadi dengan Jimin? kenapa Jimin tidak bercerita apapun?
Taehyung tahu dia tidak boleh egois tapi dia tetap sedih karena Jungkook harus ada di sana. Dia sedih karena seharusnya dia bersama Jungkook sekarang. Dia sudah membayangkan semua ini dari semalam. Dia tidak tahu semuanya akan begini.
Taehyung sampai di bioskop dan menukar tiketnya. Dia membeli dua kotak popcorn dan dua cup soda dingin. Dia menunggu Jungkook datang sambil sesekali bermain game di ponselnya.
Film akan dimulai setengah jam lagi dan Jungkook tetap tidak kelihatan. Taehyung menoleh ke arah pintu masuk berkali-kali hingga lima menit lagi film akan dimulai. Sampai kemudian dia merasa begitu bodoh karena dia percaya Jungkook akan datang. Taehyung menghela nafas sebentar lalu beranjak pulang setelah membuang makanannya.
.
.
.
.
.
Jungkook tidak bisa tidur semalam karena dia tidak tahu apa besok dia akan mengacaukan semuanya. Hatinya berdegup kencang dan baru kali mereka akan pergi berdua seperti orang yang sedang berkencan. Akhirnya di pagi hari dia terlambat bangun ke sekolah sampai dia harus berlari ke halte. Dia juga melihat Taehyung terlambat. Apa mungkin Taehyung juga tidak bisa tidur karena memikirkan hal yang sama?
Setelah kejadian kemarin, Jimin memberi saran padanya untuk bergerak mendekati Taehyung dan mengajaknya pergi bersama. Awalnya Jungkook menolak karena mereka selalu pergi bertiga tapi Jimin berkata kalau semua ini untuk kebaikan pertemanan mereka juga agar Taehyung tidak salah paham dan Jungkook sebenarnya tidak mengerti salah paham seperti apa yang ada di pikiran Taehyung.
Dia menunggu waktu sekolah selesai. Waktu berjalan begitu lama. Dia juga khawatir pada Jimin yang tiba-tiba mengadu kalau dia sakit perut dan harus beristirahat di UKS.
Ketika Jungkook datang untuk memberikan buku catatannya pada Jimin, Jungkook melihat Jimin sedang menangis sendirian.
Jungkook seperti harus memilih antara Taehyung dan Jimin karena tidak mungkin dia meninggalkan Jimin begitu saja tapi dia juga begitu ingin pergi bersama Taehyung.
"Jiminie, kau kenapa? cerita saja."
Jimin menggeleng pelan. "Tidak Kook. Taehyung pasti menunggu. Kita bisa bercerita kapan saja. Ayolah, kau pasti sudah menunggu kencanmu kan?"
Jungkook menghela nafas dan akhirnya dia memutuskan untuk keluar. Dia melihat Taehyung yang tampak bingung. Taehyung pasti melihat Jimin menangis.
Jungkook tahu dia tidak mungkin meninggalkan Jimin dan dengan itu, dia pasti akan melukai Taehyung. Taehyung pasti sangat sedih.
Tapi Jimin selama ini selalu ada dan mendengarkan semua cerita keluh kesahnya tentang Taehyung hampir setiap hari.
.
.
.
.
"Aku melihatnya tadi pagi."
"Siapa? orang yang kau suka?"
Jimin mengangguk.
"Dan?"
"Aku selalu tidak percaya kalau dia sudah mempunyai kekasih tapi tadi pagi aku melihatnya sendiri. Dia bersama seseorang."
"Jimin—"
"Aku tidak bisa memberitahumu siapa dia Kook." kata Jimin lagi dengan suara yang serak.
"Kenapa? Aku—"
"Karena kau mengenalnya."
"Huh?"
Jungkook memutar otaknya. Orang yang dia kenal? tapi siapa? selama ini mereka memang kemana mana selalu bersama tapi— apa mungkin ada yang terlewat.
"Jimin, kalau kau mau memberitahuku aku jadi bisa membantumu mencari solusi apalagi aku mengenal orang ini."
"Tapi—"
"Tidak apa-apa. Kau juga bilang aku bisa menceritakan apapun bukan? sekarang giliran kau."
"Orang itu— Yoongi Hyung."
"Y-yoongi Hyung? Kakak kandungku?"
"Iya Kook."
Ya Tuhan dunia ini sangat aneh. Jungkook tidak habis pikir. Dia menarik nafas lagi.
Semua ini mendadak membuatnya sakit kepala.
.
.
.
.
.
"Aku tidak pernah merasa Yoongi Hyung serius mengencani seseorang. Kau tahu kan, temannya sangat banyak karena Gengnya cukup terkenal sejak sekolah dulu sampai sekarang?"
"Tapi.. mereka berduaan di halte tadi pagi."
"Bisa saja mereka hanya kebetulan ketemu Jimin."
"Jadi apa yang harus aku lakukan?"
Jungkook berfikir sesaat. "Kau harus mengambil perhatiannya. Jangan hanya bermain game di rumahku."
"Dan itu dengan?"
"Bagaimana kalau kita pura-pura berkencan saja?"
"Huh? kau gila. Lalu bagaimana dengan Taehyung?"
Oh sial!
Taehyung.
Dia lupa. Taehyung sedang menunggunya sekarang.
"Ya ampun. Jimin aku pergi dulu ya."
Jungkook buru-buru ke halte bus di depan sekolah dan pergi ke bioskop. Film yang akan mereka tonton sudah mulai hampir dua jam yang lalu. Taehyung pasti menunggunya datang.
Ponsel Taehyung mati.
Dia tidak bisa menghubunginya. Taehyung pasti marah sekali padanya.
Jungkook berlari dengan cepat dan buru-buru menemui seseorang yang berdiri di dekat pintu studio.
"Apa ada pesanan tiket atas nama Jungkook? Min Jungkook?"
"Maaf tidak ada."
Jungkook sekali lagi mencoba menghubungi Taehyung dan ponselnya tetap mati.
Mungkin Taehyung terlalu lama menunggu jadi dia pulang sambil menahan marah.
Jungkook buru-buru menelpon ke rumah Taehyung.
"Halo, Bibi ini aku Jungkook. Apa Taehyung ada di rumah?"
"Taehyung? Dia belum pulang. Ada apa Jungkookie?"
"Ah tidak, barangnya ada yang tertinggal. Mungkin dia belum sampai rumah. Terima kasih Bibi."
"Iya nanti aku sampaikan pesanmu ya."
Jungkook mematikan sambungan teleponnya setelah mengucap salam. Ah, kenapa semuanya jadi rumit begini.
.
.
.
.
.
.
Taehyung begitu kesal. Dia ingin menangis lagi tapi baru saja dia akan menangis ada anak-anak dari geng hujan datang dan mengajaknya bermain bersama. Mereka anak-anak yang baik. Kadang jika sedang terpisah kelompok dengan Jimin dan Jungkook, Taehyung akan bermain dengan mereka. Mereka juga suka mengajarkan Taehyung matematika. Makanya mereka masih suka mengajak Taehyung bermain bersama.
Mereka menghibur Taehyung hari ini dengan bermain game bersama. Meski Taehyung tidak bercerita apa yang membuatnya berjalan sendirian dari bioskop.
Mereka juga bersantai dan mengobrol di kafe sambil membahas film juga buku komik yang sedang terkenal sampai Taehyung tidak tahu kalau hari sudah malam.
"Taehyung, besok belajar bersama kami yuk. Eonni-ku bisa mengajarkan bahasa inggris." kata Jisoo.
Taehyung mengangguk cepat. "Oke. besok sepulang sekolah ya."
"Iya."
"Hey, lihat sebentar deh. Ada berita baru."
Taehyung menoleh ke arah Minwoo. Dia menunjukkan sesuatu yang ada di ponselnya.
"Wah, apa benar ini?"
Taehyung mendekat karena dia begitu penasaran. Oh mereka sedang melihat status facebook seseorang.
"Apa benar Taehyung?"
Taehyung berkali-kali melihat ke arah tulisan itu. Seperti mimpi. Rasanya dia ingin berteriak kalau semua itu bohong.
Status terbaru:
Park Jimin dan Min Jungkook sedang dalam suatu hubungan.
256 orang menyukai ini.
76 komentar.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued
halo! hubungannya akan membaik kok tapi ga sekarang.
selamat membaca ya.
oh ya, boleh kan kalau aku minta komentar dan votenya? terima kasih. bye bye.

The SerpentinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang