bertemu dengan mantan

52 2 0
                                    

Sore itu sekitar pukul empat lebih tigapuluh menit. waktu, mengikat kita untuk kembali berjumpa.

Aku dan Dia, tempatku pernah menempuh pendidikan dalam lingkup Menengah Keatas. Walau penempatan makna tidak dalam hal yang sebenarnya.

Menempuh pendidikan kala itu, bukanlah hal yang sering dijumpai dalam lisan, tulisan baik ideologi maupun suara hati.

Menengah keatas, kami lebih suka belok kekanan. Alias bermain-main masih menjadi tujuan.

Hingga akhirnya kutatap hijau cat yang kontras dengan pepohonan yang lumayan rimbun mengitari pagarnya. Kuakui aku rindu.

Walau dalam keadaan menunggu, aku enggan masuk atau sekedar singgah pada tempat yang secara hukum memiliki hubungan denganku.
Yakni de jure maupun de facto tercetak jelas dalam sebuah kertas bernamakan Ijazah.

Dirasa malu, bolehkah aku masuk kembali kesana. Kita telah lama tidak memiliki urusan. Kita hanya bagian dari sebuah kenangan, tidak boleh yah? Mantan siswi yang berdiri kembali didekatnya? Hanya sekedar singgah, barang sebentar.

Perasaan, asing. Seolah yang kulihat adalah tempat yang baru pertama kali kudatangi.

Kupertanyakan perizinannya, barangkali kumerasa. Bahwa aku bukanlah lagi bagian dari dirinya. Dan pula ku rasa, belumlah ku cukup pantas untuk kembali berjumpa atau bertegur sapa dengannya. Atau mungkin sedikit-sedikit berharap. Mungkin aku bisa magang disana.

Agar kita kembali menjalin hubungan, hanya demi sebuah kenangan.

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang