Ini hari penyerahan skripsi ku. Gugup, iya jelas gugup aku takut di suruh revisi dan mengulang semester tahun depan, tersial dari sialan itu emang gitu." itu skripsi?" Tiba-tiba Garka ada di sebelah ku dan bertanya sambil menundukkan kepalanya. Dia memang tinggi, dan fakta nya aku lebih pendek dari dia, sepundak nya saja tidak sampai.
" buku masak " jawabku asal
" belajar masak kok di kampus? " tanya dia balik. Ini sepertinya si Garka sedang mengerjai ku.
" berisik lo ah, udah tau skripsi pake nanya lagi " omel ku menabok bahu Garka keras, tapi ku yakin itu tak berefek sakit di badan Garka . Sst, aku lagi PMS.
Garka itu kadang emang cool, tapi bisa juga dia berubah jadi orang yang super ngeselin. Apalagi sama anak se kos, nyebelin banget itu cowo.
" siap-siap revisi, Tha " ucap nya meledek. Sialan ini anak orang.
" lu, ish, diem aja apa, doain tuh gua lulus tahun ini gitu Gar " protes ku
Garka tertawa singkat
" semoga lulus, walau bukan tahun ini " Garka tertawa lagi lalu berlari menghampiri teman-teman nya, dan aku di tinggal.
Dia orang ter-ternyebelin yang pernah aku kenal. Kadang banyak anak kampus yang neledekin aku sama Garka, darimana cocok nya coba? Aku juga sering bingung kenapa banyak yang muja-muja muka Garka yang katanya tampan. Mereka para fans belom tau aja sikap asli Garka.
" berangkat bareng akang Garka ?" Shinta menggoda ku saat aku baru saja meletakkan tas ku.
" apa sih, teu lah. Mana mungkin " sergah ku. Untung Shinta sahabat kalau ngga gimana ya? Mati babak belur sama aku.
" gitu we marah " dia melet lalu berjalan ke bangku nya. Dia sering duduk di pojok tengah. Tempat strategis buat santai katanya.
Aurel tumben, sangat tumben gak nyamperin aku ke kelas. Kalo aku yang nyamperin Aurel males, bisa-bisa dikira aku nyari Garka. Mungkin dia lagi males jalan, yaudah lah ya.
Drt.. drt..
Handphone berbentuk persegi panjang dan pipih milik ku bergetar memunculkan notif pesan masuk dari, Aurel.
Aurel : lu kesini Nat
Aurel : tolong beliin teh anget
Aurel : pusingAurel sakit? Astaga. Aku panik demi apapun, perasaan tadi pagi dia masih bugar ceria ketawa-tawa bareng aku. Sekarang kenapa jadi sakit. Dan juga, tumben-tumbenan anak itu pusing terus minta di bawain teh hangat. Biasanya? Tidur jalan sendiri ke euang kesehatan,sekalian bolos pelajaran. Namanya juga manusia, ada-ada aja tingkah nya.
Aku buru-buru menuju kantin yang letak mya lumayan jauh. Bude kantin juga jam segini biasanya masih ogah-ogah an , nanti kalau jam istirahat kekuatan tamgan bude kantin baru mantab.
" mba teh anget hiji, cepetannn " pesan ku sambil menyerahkan selembar uang 5.000
" ini " si mba nya ngasih plastik yang isi nya teh anget dan benar-benar hangat itu ke aku.
" aku ambil risol hiji, pas nyak " si mba ngangguk, aku langsung ke kelas Aurel, kelas sastra.
Aku menuju kelas sastra, sebenarnya aku gugup tapi yak segugup saat nanti ingin mengumpulkan skripsi. Di sepanjang perjalanan menuju kelas Aurel aku dilihatin banyak orang. Mungkin mereka bingung kenapa aku ada di sini. Mereka berhak bingung, kan aku anak DKV ngapain juga ke sastra.
Tapi ada yang lebih bikin aku gugup. Di depan kelas Aurel ada gerombolan cowo yang lagi ngobrol. Mereka ngehalangin jalan. Dan ku hafal, sanat hafal, mereka adalah teman Garka.
'minggir lah minggir duh, ngalangin jalan aja' dewi batin ku memberontak. Tapi aku tak berani mengutarakannya.
Aku terdiam. Hanya berdiri seperti batu sambil membawa teh di plastik di dekat mereka. Aku tak berani mengeluarkan sepatah kata. Entah kenapa. Mungkin, karena di antara mereka ada 'pentolan' .
" eh ada cewe woi " teriak Gavin ke teman-temannya, dulu aku satu SMP dengan dia. Aku tak menyangka kita akan satu kampus.
" lu pacar nya Garka ya? " tanya temannya gavin yang berpenampilan urakan. Aku menggeleng sambil swdikit meletot, entah keberanian dari mana aku bisa melotot ke dia.
" woi Garka pacar lu dateng bawa teh!! " teriak Ucup. Nama nya memang Ucup, dia sekos dengan ku. Ucup ngeselin emang, pengen di tabok itu mulut.
Aku tambah gugup lagi pas Garka keluar dengan santai dan berdiri di depan ku. Dia membuka telapak tangannya di depan ku. Sepertinya dia ingin meminta teh yang ku bawa, dasar terlalu pede ya ini anak.
" ini buat Aurel, tolong panggilin Aurel " ucap ku, dengan suara yang tak sekeras biasanya malah hampir berbisik. Malu dong, ada teman-teman Garka.
Garka memasang earphone sebelah kanan nya. Raut muka nya jadi datar, eh emang datar sih. Mama nya ngidam apa ya dulu? Kok anak nya bisa muka datar gini sih? Padahal kasep pisan ini orok.
" kirain buat aku " Garka ngomong dengan pelan, sangat pelan di dekat telinga ku. Dan dia bilang 'aku' bukan 'gua' . Mungkin bagi cowo kalem, ngomong 'aku' biasa, tapi ini Garka. Bukan hal yang biasa lagi
"Na-na-nanti gua beliin teh kalo mau. A-aurel lagi sakit soalnya " jelas ku. Sial, kenapa ngomong ku jadi gini sih. Kan gugup nya ketauan banget.
Garka menaikkan satu alis nya
" Aurel sehat, dia lagi gosip " ucap Garka sambil menarik tangan ku masuk ke kelasnya.Garka menunjuk Aurel yang memang ternyata saat ini dia sedang tertawa bersama teman-temannya yang lain di bangku pojok. Dia tidak pucat, dia tidak terlihat seperti orang pusing. Dia menipu ku. Atau dia hanya mengerjai ku? Kok kurang kerjaan.
" aku antar " Garka menggandeng ku. Perlu di garis bawahi itu. Garka menggenggam tangan ku erat, ini Garka mabok atau halusinasi? jadi aneh.
Detak jantung ku juga jadi cepat. Apa aku punya riwayat penyakit jantung ya? Duh dokter, tolong.
" Aurel " Gaeka memanggil Aurel dan membuat tawa obrolan Aurel dengan teman-temannya itu terhenti. Aku menatap Aurel. Sebenarnya ingin memina penjelasan, tapi banyak orang di sini.
" ini teh nya di minum masih hangat, cepat sembuh " ucap ku setulus mungkin sambil tersenyum. Senyum nya sedikit terpaksa memang tapi gak apa-apa, bohong sedikit aja.
Aku langsung keluar dari kelas sastra dan di susul Garka. Cowo ini lagi ngapain nyusul sih astaga.
" mungkin dia udah sembuh, sabar aja " Garka mengusap-usap pundak ku. Aku mengangguk, tidak tau harus merespon apa lagi. Otak ku jadi lamban bekerja nya.
Aku langsung menuruni tangga dan menuju kelas ku. Pikiran ku sedikit kacau. Karena Aurel yang sedang pura-pura sakit atau apa aku tidak tau. Dan karena Garka yang tiba-tiba sikap nya jadi manis. Aku tidak boleh menyukainya, anggap saja Garka orang asing dan mungkin akan selalu ku anggap begitu.
***
Ramaikan vote nya
Ramaikan coment nya
Saran & kritik diterimaPencet bintang di bawah nya jangan lupa!!!
Dadah👋👋***
KAMU SEDANG MEMBACA
Garka
Teen Fictiondia yang buat aku tau yang namanya cinta dia yang buat aku tak bisa tidur Karena hanya membayangkan wajahnya tapi hanya sesaat Dan saat itu juga Dia yang buat aku mengenal rasa benci Rasa benci yang sesungguhnya. -Nathaline Anderson