Warung pinggiran, Bandung
Hari ini, aku menunggu orang tua ku datang. Mereka akan mengajak ku makan bersama. Di warung pinggiran, sebenarnya bukan seperti warteg. Justru ini adalah cafe, tapi oleh anak kampus sering di sebut warung pinggiran untuk nongkrong. Biasanya, cafe ini tempat andalan mahasiswa untuk 'cabut' dari jam pelajaran.
Garka juga sering ke cafe ini. Kalau aku, ini baru yang ke-3 kalinya aku ke sini. Aku memang jarang untuk nongkrong. Hanya karena pembahasan acara prom saja aku jadi mampir ke cafe ini.
Natha : aku udah di sini
Mama : tunggu bentar
Mama : kamu duduknya dimana?Natha : bangku paling pojok lantai 2
ReadAku tidak sendiri, ada Garka. Anak ini lagi yang lagi dan lagi ada di sampingku. Tapi anehnya, aku tidak bosan kalau dia yang menemani. Walau jaran bicara, tapi ada sesuatu yang membuat aku betah kalau pergi nya sama dia. Lagipula, selama aku pergi dengan Garka bukan aku yang memaksa Garka ikut atau mengantar, Garka sendiri yang meinta untuk ikut bahkan untuk mengantarku. Bisa-bisa dia jadi tukang ojek pribadi ku. Gak apa-apa kalau tukang ojek nya dia, gak mau turun dari motor deh. Hehe.
" masih lama? " tanya nya, aku menggeleng.
Mama datang dengan papa dan juga adik ku. Adik ku hanya satu, dan dia masih SMP mau lulus. Jarak dari rumah ke sini jauh, Bandung juga jalanan nya padat. Tidak hanya Jakarta yang mempunyai volume kendaraan yang tinggi, Bandung juga sama, tapi Jakarta lebih parah.
Aku menyalimi kedua orang tua ku. Tapi tidak dengan adik ku, dar kecil kita tidak pernah akur. Ya sampai sekarang juga tak akur. Akur hanya sebentar, lalu ada saja yang memancing emosi. Berantem lagi.
" pacar Aline? " tanya mama.
Mama menyebalkan sekali, nama panggilan rumahku di sebut.
" Aline?oh, bukan-bukan " jawab Garka tapi sambil tertawa. Pasti dia menertawai nama rumahku. Dan nanti waktu mama dan yang lai pulang, aku di ejek habis-habisan sama Garka.
" kalian di wisuda kapan ? " tanya papa
" mingdep, pa " balasku
" 2 minggu lagi kayak nya, om " balas Garka sopan. Sok-sokan nih Garka. Di depan orang tua aja jaga image banget di depan cewe-cewe brutal dan ngeselin banget.
Papa mengangguk kan kepalanya. kepalanya yang sudah di tumbuhi rambut putih itu terlihat berpikir.
" kita boleh dateng ke wisuda kamu? Eh, nama kamu siapa " tanya papa. Apaan sih papa.
" Garka om, boleh nanti duduk sebelahan sama orang tua saya aja " balas Garka. Cari muka mode on ini tuh. Papa mengangguk sambil tersenyum, tumben senyum.
Aku agak risih sekarang. Ini papa udah ngomong langsung sama Garka. Kayak udah ngasih lampu hijau, ngerti kan ya maksud ku. Tapi belum tentu Garka suka sama aku. Cowo itu kadang emang cuma baperin.
" om tante kalo saya dateng ke wisuda Natha boleh ? " tanya Garka.
Garka kok ngajak ribut banget ya?
" bantuin gua cabut dek " bisik ku ke telinga adik ku, Christoper Anderson. Dia mengangguk, baik tumben.
" ma, aku sama kakak mau pesen minum " dan tanpa curiga mama langsung ngangguk. Sebenarnya di sini justru aku yang curiga, bisa aja mama papa ngomong yang aneh-aneh sama Garka.
Aku dan Chris turun ke lantai bawah. Bukan untuk memesan minuman, tapi duduk dulu di lantai bawah untuk menghindari percakapan di atas.
" gue ga suka loh ya sama Garka " jelas ku, Chris mengangguk dia paham perasaan ku sepertinya.
Chris sebenarnya baik, dia baik di beberapa waktu saja. Dia itu peka, pake banget. Menurut aku yang pacaran sama dia enak sih, kan Chris orang nya cepat peka, tap gak mau ngasih tau kepekaannya itu.
" gue juga ga demen lu sama Garka " ucap nya, menurut ku dia jujur. Tapi , kenapa?
" lu percaya aja sama gue, dia bukan orang yang baik buat lo. Sekarang emang dia baik, tapi lo belom liat nanti nya " Chris bijak. Dia dari awal punya niatan buat masuk jurusan psikologi, jadi kalau aku sama dia lagi gak berantem curhat nya enak. Ya walaupun, dia ngomongnya kadang kasar, soalnya teman-temannya itu banyak yang ke Jakarta-jakartaan.
Karena menurut ku ini sudah cukup lama, aku pun membeli minuman. Hanya alibi biasa yang ternyata mama bisa percaya. Karena Chris lagi baik, aku minta dia buat beliin minumannya. Dibayarin deh, emang adi baik dan pengertian. Mungkin mood Chris lagi bagus.
Aku beli milkshake coklat, dan Chris membeli milkshake oreo. Kata Chris, rasa nya di bedain aja biar bisa nyoba-nyobain. Papa dan mama juga di beliin sama Chris, papa rasa vanilla dan mama rasa stawberry. Garka? Untung Chris masih baik, dia beliin Garka rasa coklat. Setelah itu kita berdua naik, ya kita pasti akan mendengarkan celotehan membosankan tentang aku atau pun Garka.
" makasih " ucap papa, mama, dan Garka hampir berbarengan setelah milkshake mereka diberikan oleh Chris.
" Ma, aku ada tugas bareng temen, aku pamit ya" aku menyalimi tangan kedua orang tua ku.
" Garka anterin Natha bisa? " tanya mama. Astaga.
" no, aku naik ojek online, aku udah pesen, udah ya bye " aku langsung meninggalkan mereka sebelum mama memaksa ku untuk di antar Garka.Kadang orang tua tidak mengerti perasaan anak nya yang tersiksa hati nya. Ya aku sedikit tersiksa, aku memikirkan omongan Chris tentang Garka. Saat ini dia hanya baik dan bersikap manis seolah ingin mengambil hatiku, tapi ending nya tidak tau bagaimana sikap dia. Apa dia akan berubah, atau tetap baik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Garka
Teen Fictiondia yang buat aku tau yang namanya cinta dia yang buat aku tak bisa tidur Karena hanya membayangkan wajahnya tapi hanya sesaat Dan saat itu juga Dia yang buat aku mengenal rasa benci Rasa benci yang sesungguhnya. -Nathaline Anderson