Bullshit menurut Thania jika ada yang bilang bahwa menyukai lawan jenis itu hanya untuk penyemangat dan tak akan mengganggu belajar. Buktinya saat ini Thania sama sekali tak konsen bahkan sangat unmood untuk belajar.Sejak kejadian dimana Rivan mengatakan rentetan kata yang cukup menyakitkan, konsentrasi Thania sangat buyar. Hingga saat ini, Thania masih saja terbayang kejadian tadi. Belum lagi ucapan Iqbal yang membuatnya mematung setelah kejadian itu.
Niat awalnya setelah makan malam, Thania ingin belajar di kamarnya. Namun semua niatnya menguap begitu saja saat ia mengingat kejadian itu. Disini, di kamarnya Thania berdiam di balkonnya. Pikirannya melayang pada saat setelah Thania meninggalkan Rivan,Selena,Iqbal dan kedua sahabat Rivan.
FLASHBACK ON
"Ihhh kok Rivan jahat banget sihh" gerutunya setelah pergi meninggalkan sesosok alasan yang membuat hatinya retak tak terhingga. Seraya menghapus jejak air matanya pipi.
Thania memutuskan untuk pergi ke kelas. Dari pada harus berlama lama disana yang hanya akan membuatnya semakin makan hati. Duduk di bangkunya Thania menggerutu dengan hati yang takaruan. Seakan ia berharap dapat melupakan kejadian tadi.
Sejujurnya Thania sudah pernah memikirkan hal ini. Dan selalu berharap tak akan pernah terjadi,Namun, takdir berkata lain. Tepatnya hari ini, saat jam istirahat di lapangan outdoor. Kejadian itu terjadi.
Saat ini Thania hanya bisa berfikir. Apa yang kurang darinya?. Sebisa mungkin Thania memberi seluruh perhatian untuknya. Berusaha membuang jauh sifat kekanakannya. Untuk Rivan. Catat itu Hanya untuk Rivan. Nyatanya tak ada yang Thania dapatkan setelahnya.
"Ihhh sebel sebel sebel" seraya menghentakkan kaki nya dan menghapus air matanya di pipi.
Thania menoleh ketika merasa ada seseorang yang duduk di sebelahnya. Sangat salah saat Thania berfikir bahwa orang itu adalah Rivan. Memang nyatanya bukan.
Orang itu adalah Iqbal. Dan satu hal menyebalkan yang selalu Iqbal lakukan seperti pertama bertemu, yaitu mengambil kotak bekal milik Thania yang seharusnya diberikan untuk Rivan.
"Ihhh kebiasaan banget nyebelin nya. Main ngambil ajah" gerutunya namun tak mengambil kembali kotak bekalnya.
"Kenapa sihh sayang?" ucapnya setelah menelan kunyahan dimulutnya.
"Sayang sayang pala lo peang"
"Gila pala gua peang. Orang gans gini dibilang pala peang" seraya mengusap kepalanya.
"Kak Iqbal dari pada disini cuma buat nyari ribut mending kakak pergi deh" ucapnya masih dengan wajah cemberutnya. Terheran heran mengapa kakak kelas ini selalu saja mengikutinya. Padahal kesan pertama mereka bertemu tak begitu baik.
"Galak mba nya"
"Lagian, Thania sebel sama Rivan. Kenapa harus Selena? Kenapa gak Thania ajah, Thania juga gak kurang kurang amat kali"
Perkataan Thania membuat orang disebelahnya terbahak bahak. Thania menoleh heran. Memang apa yang lucu? Sedikit percaya diri kan tak apa apa. Mungkin memang Iqbal nya saja yang selalu mencari ribut dengannya.
"Nihh bocah pede banget anjay. Ngalah ngalahin mang Otoy dikantin" mata Thania melebar memukuli lengan Iqbal dari samping, benar benar mencari ribut kakak kelas ini. Sekarang ia menyebut nyebut mang Otoy laki laki kemayu si artis kantin?.
"Kak Iqbal nyebelin"
"Sakit Than" ucapnya, namun tak membuat Thania berhenti memukulinya. Iqbal pun menaruh kotak bekal di atas meja, lalu menggenggam kedua pergelangan tangan Thania, hingga Thania berhenti memukulinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thania
Novela JuvenilJudul Awal = All About Him ______________________________________________ "Kapan Rivan suka sama Thania? Thania akan terus bertahan walaupun lelah dan sudah tak tahan" -Thania "Thania, kita bagai mimpi yang engga mungkin jadi nyata. Gua dan Lo gam...