💫C|3💫

166 43 39
                                    

Gua tahu Van. Bahkan gua pun benci kenyataan ini, lo terlalu baik untuk terluka Van.

Dito mengalihkan pandangannya dari wajah Rivan. Agar tak melihat sesosok sahabatnya yang sedang rapuh. Namun sebisa mungkin Rivan menutupi semua itu. Dito tak mau memperlihatkan keprihatinannya kepada Rivan, jelas itu akan membuat Rivan marah dan muak akan kenyataan yang menimpanya terus menerus itu..

Dito menoleh saat dia sadar bahwa ada seseorang yang mendekati mereka.

"Van, udah baikan?" tanya orang itu. Rivan pun mengangguk.

"Jangan kebiasaan Van" ucapnya membuat Rivan menoleh dengan senyum miris nya

"Kebiasaan atau bukan pun keadaan gua tetep sama" ucapnya.

Orang itu pun pasrah, berbalik dan beranjak meninggalkan adik sepupunya itu. Dia adalah Iqbal Syadhan Rafendy, anak dari kakak kandung Frendy, ayah Rivan. Iqbal yang selalu menemani Rivan, saat Rivan butuh penyemangat. Iqbal yang selalu hadir dalam ruangan penuh kesengsaraan bagi Rivan. Iqbal yang selalu di jadikan sasaran saat Rivan tak kuat untuk bangkit.

Bukan hanya Iqbal saja yang berlaku seperti itu. Tapi keluarga Rafendy berlaku baik terhadapnya. Keluarga Rafendy yang selalu menganggap Rivan bagian dari keluarganya. Hanya mereka yang selalu membuat Rivan bangkit dari keterpurukannya.

Lantas bagaimana dengan keluarga Refrendy? Mungkin Rivan tak pantas di anggap keluarga Refrendy, dia lebih pantas dianggap sebagai bagian dari keluarga Rafendy.

"Woyy, gila lo semua!!" teriakan itu lantas membuat Rivan dan Dito menoleh kearahnya.

Suara itu, siapa lagi kalau bukan suara Eza. Dito yang melihat tingkah laku memalukan sahabatnya itu hanya geleng geleng kepala. Eza yang saat ini keluar dari gerombolan orang orang lapar sambil membawa nampan, dan ada beberapa siswi yang melempar tissue kearah Eza karena kesal dengan Eza yang menyelak antrean.

"Gila lo semua, gua kedipin baru tau rasa lo. Awas aje sampe jatuh cinta, gua gantungin sampe lo semua ngemis ngemis cinta" ucapnya

"Wuuuuuu" sorakkan dari para siswa dan siswi terdengar keras hingga seluruh penghuni kantin pun menoleh ke sumber keributan.

Sesampainya di tempat Eza langsung duduk di sebelah Dito dan mendapatkan jitakkan dari Dito yang membuat Eza meringis.

"Goblok, lolot, gila, sinting, miring... Ngapa lo jitak gua kecebong" ucapnya seraya mengambil makanan yang ia pesan tadi.

"Yeee,,, buluk. Gayanya mahh bakal banyak cewek yang terpesona... Heleh, tadi mah bukan terpesona bego!!" ucap Dito.

"Gak tau diri lo kudanil... Bodo amat pesanan lo Buat gua" Eza seraya mengambil makanan pesanan Dito dan menaruh di samping makanannya.

"Maruk lo bangke..." ucapnya seraya menjitak kepala Eza lagi.

Rivan, sedari tadi hanya diam seraya melahap makanannya. Dan sesekali Rivan melihat kearah yang cukup jauh darinya. Ia melihat seseorang yang sedang cekcok dengan kakak kelas yang jelas Rivan kenal. Orang itu mengambil mangkuk baksonya..

Namun naas, ia Menabrak seseorang yang juga membawa mangkuk berisik kan bakso, dan kuah bakso itu pun mengenai tangan kirinya. Refleks Rivan berdiri lalu berlari menuju orang itu. Rivan membantunya. "Bodoh. UKS" orang itu pun terkejut dengan Rivan yang kini menolongnya. Dan berjalan menuju UKS.

ARETHANIA DWIBA GALUH

Thania masih setia memandangi Rivan dari jauh. Ia merasa sangat terpukau atas ciptaan tuhan yang berada cukup jauh darinya. Dari jauh saja Rivan terlihat begitu memukau, bagaimana jika dari dekat?. Bisa bisa Thania akan kehilangan kata katanya bila ia bisa berdekatan dengan Rivan.

Thania Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang