Kejadian itu datang bagai petir yang tak tahu diri. Menyambar, mendatangi mimpi Putri semalam.
Bahkan dalam mimpi sekalipun Putri masih bisa merasakan bagaimana mata Sejeong terbuka dan melihat Putri tepat di mata sambil menikmati ciuman Chanyeol.
Sakit. Bahkan rasanya, kata sakit aja gak bisa mendeskripsiin semuanya. Mungkin, lebih baik jantung Putri meledak aja ketimbang harus menyaksikan adegan di depannya.
Setelah Sejeong dan Chanyeol selingkuh di depan matanya, malah tatapan jijik orang-orang satu sekolah yang ia dapat. Semua orang malah menuduh Putri yang mengambil Chanyeol dari Sejeong. Padahal, harusnya di sini Putri yang menuntut Sejeong karena mengambil Chanyeol begitu saja.
Putri berusaha menjelaskan, namun semua orang seakan menutup telinganya dan memunggungi Putri. Bahkan Chanyeol sekalipun.
Siapa yang harus disalahkan di sini? Entahlah. Putri bahkan hanya mengangguk pasrah ketika tau Sejeong yang menyebarkan gosip itu dan mengambing hitamkannya.
Saat itu satu yang Putri mengerti. Ia lelah dengan cinta. b egitu juga dengan pertemanan. Putri lelah dikhianati, bukan cuman sekali, tapi ini dua kali di waktu yang sama.
"Jangan terlalu keras sama diri lo sendiri!"
Apa bener Putri terlalu keras sama diri nya sendiri? Apakah menyelamatkan diri sendiri dari rasa sakit dengan cara tidak berusaha jatuh cinta dengan siapapun itu termasuk keras?
Semalaman Putri berpikir dan akhirnya ia menemukan jawabannya.
Siang ini, Putri akan melepaskan masa lalunya. Di tiap langkah yang ia ambil menuju cafe yang rasanya tak asing ini, semakin Putri yakin akan keputusannya.
Putri memejamkan mata sekuatnya ketika memegang knop pintu kaca di tangannya ini. Perasaan rindunya tiba-tiba menguar. Bagaimana pintu kaca ini memegang peran penting untuk menyekat jutaan kerinduan Putri dengan hari-hari yang ia abiskan bersama Chanyeol. Hari-hari di mana Chanyeol masih memesankannya berbagai jenis makanan berasa green tea, karena Chanyeol tau Putri tidak suka manis. Bagaimaan senyum lebarnya bisa membuat Putri ikut tersenyum.
Lepasin, Put.
Lagi-lagi Putri menguatkan dirinya sendiri. Sekadar untuk membantu hatinya agar tak berlari langsung dan memeluk Chanyeol yang terlihat tengah memandangnya di dalam cafe itu.
Time to let it go.
Perlahan, Putri membuka matanya.
Waktunya melepaskan.
Pintu kaca itu akhirnya terdorong masuk dan Putri membawa tubuhnya masuk ke dalam cafe itu. Meninggalkan angannya dan mengikhlaskannya untuk pergi.
Rasanya baru kemarin Putri membuka pintu kaca yang sedang ia pegang ini. Rasanya baru kemarin Putri ke sini bersama Chanyeol untuk memakan Matcha cheescakenya.,
tapi Putri menahannya. Itu sudah berakhir dari lama. Dan kali ini Putri akan melepaskannya.
Sosok lelaki pemakai topi hitam itu langsung masuk dalam pandangan Putri. Tubuhnya yang jangkung dan mudah ditemukan di antar berjejer kursi. Senyumnya yang menyambut, hangat seperti biasanya. "Hai, Mput. Long time no see yah."
Putri menatap lelaki itu dan melangkah mendekati mejanya.
Chanyeol.
Jika dulu Putri akan dengan yakin berlari dan langsung memeluknya. Ikut tersenyum dan memarahi Chanyeol karena pergi lebih dulu. Tapi kali ini Putri hanya tersenyum sambil melambaikan tangan dan duduk di depan Chanyeol. "Hai, Yeol. Wah, cafenya masih sama kaya yang dulu yah."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Player
FanficLingkaran setan yang menjerat Putri di dalamnya hanyalah sebuah permainan. Hanya ada dua bagian peran dalam permainan ini. Putri; objek utama yang dijadikan bahan taruhan. Wooseok, Chanwoo, Mingyu, Daniel, dan Jaehyun; si pemasang taruhan. Cinta...