lima.

50 6 0
                                    

"kapan aku mampu bicara saat bibir ini saja sulit untuk berucap"

"De, kenapa diem aja?", tanya Tasya melihat teman nya yang murung. wajahnya seakan menyimpan masalah, menyimpan rahasia yang ia tutupi, bahkan didepan dunia.

aku ingin By..
aku ingin dia datang
tidak perlu terlalu banyak ujar
cukup dengan senyum dan tatap matanya, aku akan diam.
Abyan, dimana kamu?, ucap Dea membatin. ia mengabaikan kata-kata Tasya dan pergi ke kamar mandi sendiri.

***
Di waktu yang sama, Byan duduk di pinggir lapangan sekolah nya, ia tidak ingin belajar, tidak juga ingin pulang.

pulang? kemana? rumahku kan kamu De, karena kamu sedang marah, jadi aku tidak pulang. aku tidak takut akan marah dan kesal mu, justru aku takut kamu enggan aku singgahi.

Byan menatap langit yang kini mulai mendung, bukan beranjak dari tempatnya lalu pergi ke kelas, Byan malah pergi ke toilet laki-laki. tidak melakukan aktivitas macam-macam.
hanya memandangi kekecewaan nya sendiri di cermin.

andai bumi ini tahu, mereka berpijak pada satu dimensi yang sama, mereka bernafas cemas pada satu waktu yang sama, mereka saling rindu, saling takut,namun juga saling diam.

***

Dea membuang napas nya dengan kasar saat bel pergantian pelajaran berbunyi, kemudian pengeras suara di kelas nya yang tersambung dengan ruang siaran berbunyi dan mengatakan kalau hari ini waktu pulang dipercepat karena adanya rapat guru, itu berarti tinggal sisa 1 jam pelajaran lagi.

ketika semua orang asik bersorak, Dea tidak mengeluarkan ekspresi apapun dari wajahnya. ia berjalan dengan gontai dan duduk di depan kelas.

Dea mengeluarkan ponsel dan memberanikan diri untuk mengirim pesan kepada Byan

Dea: "By, dimana?"

(terkirim)

jantung Dea seakan ingin lari dari rongga dada nya setelah ia akhirnya mampu mengirim pesan pada Byan. kini Dea tidak lagi peduli apa balasan dari Byan, ia hanya ingin mereka bisa saling bicara.

**
15 menit sudah berlalu,
bel sudah berbunyi, guru pelajaran terakhir sudah ada di kelas.

sekarang pelajaran Geografi, Dea sangat menyukai pelajaran ini karena katanya dia bisa mempelajari bentuk di bumi.

ANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang